.....19
Bodyguard“Sudah kuduga kau ada di sini,”
Siwon sedikit tersentak karena mendapati bahwa sang sahabat telah duduk di sampingnya. Banyak hal yang Siwon pikirkan saat ini, sehingga ekstensi sahabatnya pun diabaikannya.
“Jadi, sudah bertemu dengan putriku?”
Siwon menoleh dengan kening mengernyit penasaran, “Kau sengaja mengirimnya padaku?”
“Yah, begitulah. Kurasa hanya Krystal yang mampu mengubah keputusanmu,” jawab Donghae selaku ayah Krystal Jung.
Siwon tertawa kecil menanggapinya. Oh, dia baru saja masuk ke dalam umpan Donghae. Sahabatnya itu selalu pintar membaca situasi.
“Kau benar-benar tahu kelemahanku,” komentar Siwon sambil menegak habis minumannya.
Donghae tersenyum kecil mendengarnya, “Kurasa kau memberikan keputusan yang kami harapkan,” katanya.
Siwon menggeleng pelan sambil kembali menuang minuman beralkohol ke gelasnya kembali, “Tidak juga,” katanya.
Donghae menatap sahabatnya itu intens. Yah, tidak mudah untuk membujuk Siwon agar mengubah keputusannya. Terlebih jika menyangkut keputusannya dalam menangani pasien. Sudah sepuluh tahun terakhir ini sahabatnya itu keluar dari dunia kedokteran. Setidaknya dia masih mau mengurusi rumah sakit dengan menjadi direktur di sana.
“Sudah 10 tahun, Siwon-ah. Sudah lama sekali, kurasa kau sudah bisa…,”
“Tidak,” potong Siwon cepat.
“Aku memang sudah bisa menjalani kehidupanku. Tapi tidak untuk Sehun,” lanjut Siwon.
“Sehun, dia selalu hidup dengan kebencian yang menyertainya. Dan mungkin kau tahu sendiri bahwa putrimu kembali mengingatkan Sehun pada masa lalunya,” kata Siwon lagi.
Donghae mendesah pelan. Ah benar, seharusnya dia tidak melibatkan putra Siwon. Seharusnya dia mencegah Siwon dan putranya terlibat dalam urusan Krystal. Donghae benar-benar tidak berpikir sejauh itu.
“Ini bukan salahmu, maupun salah Krystal,” Siwon seolah mengerti dengan pemikiran Donghae.
Tatapan Siwon kemudian menerawang entah ke mana, “Ini takdir, Hae-ah. Mungkin takdir ingin mengingatkan padaku dan Sehun untuk tidak terlarut pada masa lalu,” katanya sambil tersenyum miris.
Donghae kemudian tersenyum mendengar perkataan sahabatnya, “Yah, benar. Kau dan Sehun seharusnya mulai melangkah ke depan,” katanya.
“Kau tahu, kurasa Krystal akan berhasil membujukmu,” kata Donghae sambil tersenyum penuh arti. Siwon menatap sahabatnya ini penuh tanya. Apa maksud Donghae?
“Kau tahu terkadang sifat Jessica yang keras kepala cukup bermanfaat. Dan beruntungnya, karena Krystal mewarisi sifat itu.”
O0O
Sejak berangkat sekolah Krystal cukup kesulitan untuk lepas dari intaian Chanyeol. Entah kenapa pemuda itu tampak bisa menemukaan keberadaannya. Padahal Krystal ingin sekali menghindari pemuda jangkung tersebut. Bukan apa-apa, hanya seja keberadaan Chanyeol yang selalu mengawalnya kemana-mana cukup merepotkan. Terlebih pemuda itu melarang Krystal untuk berada di dekat Sehun. Sial, padahal Sehun satu-satunya harapannya saat ini.
Yah, kemarin- saat dia menemui Siwon, pria yang sebaya ayahnya itu menolak mentah-mentah permintaannya. Berbagai cara sudah Krystal coba, namun sama sekali tidak membuat Siwon mengubah keputusannya. Sesaat Krystal sempat putus asa dan berniat meminta ayahnya untuk mencari solusi lain. Tetapi, bukan Krystal Jung namanya jika menyerah begitu saja. Benar, sifat keras kepala yang diwariskan ibunya sangat bermanfaat kali ini.
Setelah hampir seharian berusaha lepas dari pengamanan Park Chanyeol, akhirnya Krystal bebas. Mungkin nanti dia akan meminta maaf pada pemuda itu karena tidak menjadi gadis patuh dan penurut. Mencari Sehun untuk meminta bantuannya lebih penting ketimbang menuruti semua perintah bodyguardnya itu.
“Kuharap dia masih suka tidur di sini,” gumam Krystal ketika tiba di atap sekolah.
Pandangan Krystal diedarkan ke seluruh penjuru tempat itu. Tapi, nihil. Pemuda yang dicari Krystal sama sekali tidak terlihat. Krystal baru saja hendak melangkah pergi saat netranya menangkap sepasang kaki yang terjulur di balik tembok. Dengan senyum merekah gadis dingin itu segera mendekat. Dan, binggo. Itu memang kaki milik Oh Sehun.
Krystal menggeleng pelan melihat Sehun yang ternyata memang sedang tertidur. Pemuda ini hobi sekali tidur. Tidak di kelas, di atap sekolah, oh mungkin saja dia akan tidur di toilet jika bisa.
“Kenapa wajah sadis ini bisa tampak seperti malaikat jika sedang tidur,” gumam Krystal sambil berjongkok di hadapan Sehun yang tengah tertidur.
Puk.
Krystal menusukkan jari telunjuknya ke pipi Oh Sehun.
Puk. Puk. Puk.
Krystal benar-benar menyukai kegiatannya untuk menusuk-nusuk pipi pemuda berkulit putih itu. Krystal berani melakukannya karena Sehun sedang tertidur. Coba saja pemuda ini sedang terjaga, dia pasti akan membunuh Krystal di tempat.
Grep.
Kedua mata Krystal membulat begitu tangannya ditangkap oleh seseorang. Dan yang membuatnya membeku adalah, orang itu adalah Oh Sehun. Yah, kan hanya dirinya dan Ssehun yang berada di sana.
“Kau mau melukai pipi berhargaku dengan kuku tajammu itu, huh?” sindir pemuda itu dengan tatapan elangnya.
“A-ah, itu…,”
Krystal meringis pelan ketika Sehun menghempaskan tangannya sedikit kasar. Pemuda itu sama sekali tidak berubah, tetap kasar dan dingin padanya. Padahal beberapa kali pemuda itu terlihat baik dan melindunginya. Oh, Krystal bodoh. Tentu saja dia baik saat itu, kan dia menjalankan perintah Suho. Bodohnya Krystal jika berpikir Sehun tulus bersikap baik padanya.
“Apa yang kau lakukan di sini?” Krystal membuyarkan lamunannya begitu mendengar pertanyaan terlontar dari mulut Sehun.
Pemuda itu kemudian mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru, untuk mencari seseorang. “Pergilah, aku tidak mau di salahkan lagi karena berada di dekatmu,” kata pemuda itu dengan nada datarnya.
Krystal tahu pasti siapa yang Sehun maksud. Yah, itu adalah Park Chanyeol. Kan sudah sejak berangkat tadi Krystal selalu di jauhkan dari Sehun. Park Chanyeol benar-benar over protektif terhadapnya.
“Kalau kau hanya berniat bengong dan melamun, enyah dari hadapanku,” Krystal benar-benar ingin mencakar wajah datar Sehun saat ini juga. Tapi diurungkan niatnya. Sehun sedang dibutuhkannya saat ini. Jadi, Krystal harus bersabar sedikit. Yah, hanya sedikit.
Krystal berupaya tersenyum semanis mungkin. Dia lalu menatap Sehun dengan tatapan lembutnya, setidaknya itu yang ada di pikiran Krystal. Karena pada kenyataannya Sehun merasa ngeri melihat sikap Krystal yang sok manis begitu.
“Kau, kau berniat menggodaku?” tanya Sehun sambil mengangkat sebelah alisnya.
“Ne?”
“Kau tadi menusuk pipiku, sekarang sok manis di depanku. Apa kau mencoba menggodaku?” Krystal membulatkan mulutnya begitu mendengar penututran Sehun. Sebenarnya apa yang pemuda itu pikirkan tentang dirinya.
“Jika memang itu tujuanmu, maka hentikan. Kau sama sekali tidak menarik perhatianku,” kata pemuda itu sambil menyandarkan badannya di tembok.
Ingatkan Krystal setelah urusannya selesai untuk menendang pemuda arogan ini ke laut. Oh, kalau perlu ke galaksi lain.
“Cih, percaya diri sekali,” tanpa sadar Krytal mencicit sinis. Yah, kesabaran orang ada batasnya, bukan?
“Aku hanya ingin bernegosiasi denganmu, tuan Oh,” kata Krystal kini dengan nada angkuhnya, seperti biasa.
“Negosiasi?” tanya Sehun penasaran.
“Yah, aku benar-benar membutuhkan bantuanmu untuk membujuk ayahmu,” kata Krystal to the point.
“Aku harap kau bisa membujuknya untuk melakukan operasi dan perawatan pada Kyungsoo,” kata gadis itu lagi.
“Kyungsoo?”
Krystal menghela napasnya, “Lain kali akan kujelaskan lengkapnya, tapi hanya ayahmulah yang bisa menolong Kyungsoo saat ini,” katanya.
Sehun mencoba mengalihkan pandangannya. Diskusi mengenai profesi ayahnya, hal yang paling dibenci Oh Sehun.
“Aku tidak mau, cari saja dokter lain,” tolak pemuda itu segera.
“Jika aku bisa, aku akan melakukannya dan tidak perlu memohon padamu seperti ini,” sahut Krystal cepat.
“Hanya saja, dokter kenalanku hanya mau bekerjasama dengan ayahmu, tidak dengan yang lain,” terangnya.
“Jadi…,”
“Itu masalahmu, jangan libatkan aku,” potong Sehun ketus. Dia kemudian kembali menatap tajam Krystal.
“Dan lagi, kurasa usahamu akan sia-sia.”
“Do Kyungsoo, aku mengenalnya lebih baik dari dirimu. Dia sudah menyerah pada piano, jadi percuma saja jika menjalani operasi yang belum tentu berhasil. Kau hanya akan memberinya harapan kosong,” lanjut pemuda itu seolah mematahkan semangat Krystal.
Krystal terdiam mendengarnya. Benar, dia memang tidak mengenal Kyungsoo. Benar, dengan sekali lihat saja Krystal tahu bahwa Kyungsoo sudah terlihat menyerah dengan impiannya. Tapi, bukankah tidak baik jika menyerah sebelum mencoba?
Sehun menatap gadis itu dalam diam. Sebenarnya dia tidak tega mengatakannya. Dia juga tidak tega jika membiarkan Kyungsoo dalam kondisi seperti itu. Tapi, menyerahkan masa depan Kyungsoo di tangan ayahnya? Sehun tidak akan pernah menyetujuinya. Sudah cukup, dia tidak mau siapapun jadi korban kegagalan ayahnya sebagai seorang dokter.
“Kurasa kau cukup pintar untuk memahami perkataanku, nona Jung,” kata Sehun sambil bangun dari duduknya dan beranjak pergi.
“Bagaimana kalau kita bertaruh?” pertanyaan Krystal sontak menghentikan langkah Sehun segera.
Pemuda itu lantas berbalik dan mendapati Krystal tengah menatapnya intens.
“Aku akan membuktikan bahwa Kyungsoo sama sekali belum menyerah. Dia masih memiliki semangat juang untuk menggapai impiannya. Sebagai taruhannya, kau harus mau membujuk ayahmu untuk menangani Kyungsoo jika aku berhasil,” kata Krystal penuh percaya diri.
Sehun menghembuskan napasnya pelan. Gadis yang satu ini sungguh keras kepala.
Please Subscribe to read the full chapter
Comments