What Should I Do?
BodyguardKrystal berjalan sendirian di tengah keramaian orang. Tubuh mungilnya tampak tidak bertenaga. Berkali-kali gadis itu terlihat menghela napas pelan. Dia seolah melepaskan seluruh bebannya melalui helaan napasnya itu.
“Apa yang harus kulakukan?” gumam gadis itu lebih kepada dirinya sendiri. Tentu saja dirinya tidak menemukan jawaban yang diinginkan. Karena yang ada dipikirannya saat ini adalah pembicaraan dirinya dan Taeyeon sebelum ini.
Flash Back
“Jadi, siapa dia?” tanya Krystal to the point setelah Taeyeon meminta teman lelakinya untuk membiarkan mereka bicara berdua saja. Terserah jika Taeyeon mau mencapnya sebagai tukang ikut campur, toh Krystal sudah terlanjur penasaran.
“Dia…” Taeyeon menggantungkan jawabannya sejenak. Dihirupnya napas dalam-dalam sebelum melanjutkan jawabannya. “Kim Junsu, tunanganku.”
“Tunangan?” Krystal memastikan kembali bahwa yang didengarnya tadi bukanlah kesalahan. Sungguh, Krystal ingin sekali salah dengar.
“Ne, dia adalah tunanganku,” Taeyeon mempertegas kembali jawabannya.
Krystal menatap Taeyeon dengan raut kecewa. Bagaimana bisa gadis dihadapannya ini menjawab pertanyaan Krystal tanpa dosa seperti tadi? Tidak tahukah dirinya bahwa mungkin ada seseorang yang terluka karenanya? Dan orang itu tidak lain adalah Byun Baekhyun.
“Lalu bagaimana dengan Baekhyun oppa?” tanpa sadar Krystal menyuarakan pertanyaan yang berkelebat dalam batinnya.
“Bagaimana apanya?” Krystal tertawa getir mendengar pertanyaan yang balik Taeyeon layangkan.
“Eonnie jangan pura-pura tidak menyadarinya. Eonnie sudah tahu bukan bagaimana perasaan Baekhyun oppa padamu?”
Taeyeon menunduk dan memegang gelas di hadapannya erat. Yah, Taeyeon menyadarinya. Sekali lihat saja Taeyeon sudah dapat menerka perasaan Baekhyun padanya. Tetapi, cukup mengejutkan ketika ternyata dirinya segan untuk berterus terang. Dirinya malah menikmati kebersamaannya dengan Baekhyun dan sejenak melupakan tunangannya.
“Eonnie harus mengakhirinya.” Ucapan Krystal sukses membuat Taeyeon mendongak dan menatap lurus ke arahnya.
“Baekhyun oppa. Berhentilah bemain-main dengannya. Eonnie harus menghadapi kenyataan bahwa telah memiliki tunangan,” lanjut Krystal dengan nada yang sangat serius.
“Kau benar,” helaan napas terdengar di ujung ucapan Taeyeon.
“Tapi Krys, kumohon jangan katakana apapun pada Baekhyun soal ini. Biarkan aku sendiri yang mengatakannya,” pinta Taeyeon dengan nada memelas.
Krystal mengerang pelan, “Baiklah.” Akhirnya gadis itu setuju. Mungkin keputusan terbaik dengan membiarkan Taeyeon yang mengatakannya sendiri pada Baekhyun.
“Kapan eonnie akan memberitahukannya?”
“Aku.. aku tidak tahu.” Sekali lagi Taeyeon menundukkan kepalanya. Dia terlihat masih ragu dengan keputusan yang diambilnya.
“Eonnie..”
“Krys, aku mohon jangan paksa aku. Aku butuh waktu untuk mempersiapkan diri. Jadi kumohon beri aku sedikit waktu lagi.”
“Baiklah,” kata Krystal akhirnya.
Kali ini dia memilih diam. Sebenarnya hati nuraninya ingin sekali ikut campur. Tetapi, Krystal memilih untuk diam dalam batasannya. Meski begitu, entah kenapa Krystal merasa ada yang salah. Perasaannya tidak enak. Benar-benar tidak enak.
Flash Back End
Krystal sekali lagi menghela napas berat. Biarpun dia memutuskan untuk tidak ikut campur, batinnya tetap khawatir. Biar bagaimanapun dialah yang mengetahui kenyataan yang sebenarnya. Dia juga bersalah jika ikut menyembunyikan kenyataan itu. Tetapi tetap saja, diapun tidak tega memberitahukan kenyataan yang mungkin akan membuat Baekhyun terluka.
O0O
“Eoh. Baiklah aku tidak akan terlambat,” kata Sehun dengan seseorang di ujung teleponnya. Dirinya sendiri masih sibuk memperhatikan jalan.
“Benar, ya. Dengar, appa sudah meluangkan waktu untuk menonton denganmu. Jadi jangan sia-siakan kesempatan ini.”
“Aku tahu. Appa sudah mengulanginya tiga kali,” sindir pemuda itu dingin.
Terdengar suara kekehan Siwon dari ponselnya, “Aku hanya mengingatkan. Kau akan sulit melupakannya jika kuulang terus-menerus.”
“Ckks, ap..” perkataan Sehun menggantung karena netranya menangkap sosok seseorang. Seorang gadis yang sedang berjalan sendirian di tengah keramaian orang.
“Nanti aku telpon lagi, appa.”
“Ya, Oh Sehun jangan….”
Sebelum perkataan Siwon selesai, Sehun sudah mematikan sambungan teleponnya. Perlahan pemuda itu memarkirkan mobil yang dikendarainya. Dengan langkah cepat dia berusaha mengejar sosok yang dilihatnya tadi. Sehun terlihat lega ketika menemukan sosok yang dicarinya. Dengan senyum kecil pemuda itu lantas mengikuti gadis tadi. Berjalan diam-diam tapi tetap memusatkan perhatian pada si gadis.
Sehun mengikuti langkah gadis itu dengan sabar. Entah kenapa gadis yang tidak berada jauh darinya itu tampak mengkhawatirkan. Meski tidak dapat melihat raut wajah gadis itu, Sehun tahu benar bahwa si gadis sedang tidak baik-baik saja. Entahlah, hanya saja dia terlihat lebih lesu. Mungkinkah sesuatu terjadi padanya?
Dering ponsel si gadis cukup membuat Sehun membuyarkan lamunannya. Dia memasang pendengarannya baik-baik. Dia bukan berniat menguping. Dia hanya penasaran. Yah, hanya penasaran siapa yang menelepon si gadis.
“Mian karena tidak berpamitan denganmu, Sulli-ah.” Sehun menghembuskan napas lega ketika tahu bahwa si penelepon adalah Choi Sulli. Tapi kenapa?
“Ne, aku baik-baik saja jangan khawatir.” Sekali lagi Sehun dapat mengetahui dengan pasti bahwa gadis itu tengah berbohong.
“Arraseo. Sampai jumpa besok.”
Sehun mengernyit ketika gadis di hadapannya itu menghela napas berat. Mungkin kali ini dia tidak lagi sakit. Mungkinkah dia terlihat aneh karena sedang ada masalah. Sehun memiringkan kepalanya seraya berpikir. Tapi dia sama sekali tidak menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam otaknya. Yah, sebaiknya dia tetap mengikuti gadis ini.
Sehun berada setengah meter di belakang gadis itu ketika hendak menyaberang. Sehun sama sekali tidak kehilangan fokusnya dari sang gadis. Terlebih gadis itu terlihat melamun. Kondisi yang cukup bisa membuat seseorang cemas, bukan?
Tiiin.
Sehun terhenyak ketika suara klakson mobil memekakkan pendengarannya. Untunglah gadis yang dari tadi dia ikuti baik-baik saja. Responnya cukup bagus untuk mundur satu langkah ke belakang. Dilihatnya si gadis sekarang tengah membungkukkan badannya berkali-kali sebagai wujud sesalnya karena bertindak ceroboh.
Tetapi, setelahnya si gadis kembali melamun. Dia kembali berkutat dalam pikirannya sendiri. Sekali lagi dia berniat melangkah untuk menyeberang jalan. Kini Sehun lebih waspada. Dia melihat ada sebuah motor yang kini melaju kencang ke arah gadis itu.
Grep.
Sehun merasa jantungnya berpacu kencang ketika akhirnya mampu meraih lengan gadis itu. Kini si gadis sudah berada dalam dekapannya. Dan itu cukup membuat Sehun lega.
“Syukurlah kau baik-baik saja,” gumam pemuda itu tanpa sadar.
“Sehun?” gadis itu tidak sepenuhnya sadar bahwa yang menolongnya adalah Sehun. Dia baru menyadarinya begitu mendengar gumaman Sehun. Yah, dia hapal benar kalau itu adalah suara Sehun.
Gadis itu merintih saat tiba-tiba pemuda berkulit putih itu meremas kedua bahunya dengan kasar. “Ya, apa kau mau mati?!?”
Gadis itu terdiam. Mencerna setiap kata yang diucapkan Sehun. Bukankah pemuda itu baru saja menolongnya, mengkhawatirkannya, bahkan bersikap lembut padanya. Tetapi kenapa sekarang dia berubah kasar kembali?
“Kutanya, apa kau mau mati, Krystal Jung?!?”
“Mian.” Satu kata itu keluar dari bibir Krystal dengan pelan. Sehun kesulitan bernapas saat mendengarnya. Dia jadi menyesal karena sudah berlaku kasar. Tapi, dia juga tidak tahu kenapa dirinya jadi seperti ini.
“Kau ini. Bisakah lebih hati-hati? Ceroboh.” Sehun merutuki ucapannya dalam hati. Sebenarnyaa dia tidak ingin mengucapkannya. Tapi sayang, hati dan otaknya tidak mau bekerjasama dengan baik.
“Mian,” kata Krystal lagi.
“Untung saja ada aku. Jika tidak mungkin kau akan mati. Merepotkan.”
“Mian. Mian. Mian.”
Sehun menghembuskan napasnya kasar. “Akh,” terdengar suara rintihan Krystal saat Sehun mencengkeram rahangnya. Pemuda itu memaksa Krystal memandangnya.
“Kau, apakah tidak ada hal yang bisa kau ucapkan selain mian?”
Sejenak Sehun terpaku pada lensa bening milik Krystal yang menatapnya dengan pandangan berkaca-kaca. Dada Sehun rasanya sesak. Dengan pelan akhirnya pemuda itu melepaskan cengkeramannya sambil mengalihkan pandangannya. Dia tidak tahan melihat wajah sendu gadis itu.
“Sudahlah yang penting kau tidak…” Perkataan Sehun terhenti begitu menyadari sesuatu yang bening perlahan mengalir di pipi gadis itu.
“Mian,” gumam gadis itu pelan dengan napas terputus-putus. Sehun merasa tidak nyaman saat melihatnya.
“Mian.”
“Mian.” Berulang-ulang Krystal mengucapkannya. Dia sampai tidak sadar bahwa air matanya telah mengalir.
“He..hei kenapa menangis?” Sehun terlihat panik saat tangisan Krystal mulai semakin jelas terdengar. Dia menatap sekelilingnya dengan ragu. Beberapa orang menatapnya. Seolah sedang menyalahkan dirinya karena membuat Krystal Jung menangis.
“Hei, sudah. Diamlah. Berhentilah menangis.”
Sehun mengacak rambutnya sendiri kesal. Krystal bukannya berhenti menangis, malah semakin sesenggukan.
Grep.
Sehun akhirnya mendekap Krystal. Krystal membulatkan kedua bola matanya saat mendapatkan perlakuan tidak terduga dari Sehun. Keduanya terdiam. Mereka seolah terhanyut dalam pikiran masing-masing. Krystal dapat merasakan bahwa jantungnya berpacu cepat. Dan dia juga dapat memastikan bahwa pemuda yang mendekapnya ini juga mengalami masalah jantung yang sama. Krystal dapat mendengarnya. Bahkan rasanya irama jantung keduanya seakan jadi satu, seirama.
“Berhentilah menangis,” kata Sehun kini dengan nada yang lebih lembut. Perlahan tangannya mengusap pelan surai hitam Krystal.
Krystal merasa kehangatan menjalar ke seluruh tubuhnya. Pipinya bahkan terasa lebih panas. Tanpa sadar, gadis itu mencengkeram kuat kaos yang dikenakan Sehun. Sehun sedikit tertegun karenanya. Memang Krystal tidak membalas pelukannya. Tapi dia tetap saja lega karena setidaknya gadis itu merespon perlakuannya.
‘Ada apa denganku?’ kalimat itu dilontarkan oleh batin keduanya. Tanpa ada yang mendengar, bahkan ada yang menjawab.
O0O
“Sudah sampai,” kata Sehun sambil mematikan mesin mobilnya.
“Gomawo,” kata Krystal pelan. Secara perlahan gadis itu membuka sabuk pengamannya dan mulai beranjak keluar dari mobil Sehun.
Grep.
Tubuh Krystal kembali terduduk karena pergelangan tangannya baru saja ditarik oleh Sehun. Gadis itu memandang Sehun bingung. Gadis itu seolah bertanya –ada apa lagi?
“Kau ada masalah?”
Krystal menautkan kedua alisnya perlambang berada dalam kebingungan. Oh Sehun, dia baru saja menunjukkan sikap kepedulian padanya. Krystal tidak salah dengar bukan?
“Tidak,” jawab Krystal singkat.
“Sungguh?” Sehun terdengar tidak percaya.
“Jika pun aku punya masalah. Bersikaplah seolah tidak tahu seperti biasanya Oh Sehun. Jangan memaksakan diri untuk peduli,” kata Krystal. Sehun terkejut dengan kata-kata gadis itu.
“Jangan bersikap baik padaku jika pada akhirnya kau selalu kasar padaku. Jangan membuatku bingung,” ungkap Krystal.
Dipandanginya Sehun yang diam saja. Pemuda itu tampak sedang mencerna kata-katanya. “Ya, sudah aku masuk dulu. Annyeong,” pamit gadis itu seraya meninggalkan Sehun seorang diri.
Sehun masih terdiam dan menatap kosong semua hal di hadapannya. Dia memegangi dada kirinya yang terasa sesak. Setelah mendengar pernyataan Krystal, entah kenapa dia merasa sesak. Aneh, dia benar-benar merasa tidak nyaman.
“Mianhe, Krystal Jung.”
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Dering ponsel Sehun mampu mengalihkan perhatiannya. Ditatapnya layar ponselnya. Yang tertera adalah panggilan dari Appa. Sehun menepuk dahinya pelan. Dia lupa dengan janjinya dengan Siwon. Oh, semoga saja Siwon tidak mengomel. Dengan ragu, Sehun mencoba menjawab panggilan Siwon
“Ya, Oh Sehun.”
Baiklah, mungkin lain kali Sehun harus ingat untuk membatalkan janji dengan Siwon jika ada kejadian insidental.
O0O
Krystal merebahkan kepalanya di meja sambil menerawang jauh. Dia sama sekali tidak bergairah untuk mengikuti pelajaran hari ini. Pikirannya masih saja tertahan dengan masalah Taeyeon dan Baekhyun. Dia merasa bersalah pada keduanya sekaligus.
Puk.
Please Subscribe to read the full chapter
Comments