Enemy or Friend?
BodyguardAku mempercayakan Sehun padamu, Kim Suho.
“Oppa, kau mendengarku?”
Jangan buat dia mengingat kecelakaan itu, dan jangan membahas apapun yang ada kaitannya dengan bibi Yoona.
“Oppa?”
Biarkan seperti ini saja. Bibi Yoona pasti mengerti. Dia pasti lebih menginginkan kebahagian Sehun, meski itu harus membuatnya membenci ibunya seumur hidup.
.
.
.
“Suho oppa.”
Seruan itu sukses membuat Suho kembali ke alam sadarnya.
“Kau tidak mendengar panggilanku dari tadi, ya?” tanya Krystal kesal. Sedang Suho sendiri hanya meringis kecil, menyesal karena mengabaikan Krystal Jung sedari tadi.
“Mian, Krys,” ujar pemuda itu dengan tatapan memelas. “Tadi kau bilang apa?”
Krystal memutar bola matanya malas. “Aku tanya kau mau pesan apa, nanti kupesankan pada Sulli.”
Suho mengernyitkan dahinya seraya berpikir. “Samakan saja pesananku denganmu,” putusnya kemudian.
“Ckkkss, plagiat,” desis Krystal. Meski Krystal terus menggumam tidak jelas, tetap saja gadis itu memesankan pesanan Suho pada Sulli. Diam-diam Suho tersenyum melihat tingkah Krystal. Krystal Jung memang begitu, sok cuek namun sebenarnya peduli. Paling perhatian dari siapapun yang Suho kenal.
“Hei, apa yang sedang kau pikirkan tadi?” Suho mendengar bahwa Baekhyun berbisik padanya.
“Bukan urusanmu,” jawab Suho singkat. Baekhyun mencibir kesal, “Kau ini sekarang suka sekali main rahasia-rahasiaan.”
Suho menghembuskan napasnya pelan. Moodnya sedang tidak baik saat ini, dan Baekhyun malah memperparahnya saat ini. “Diam, atau kujahit mulut cerewetmu itu,” ancam Suho kemudian.
“Oh, aku takut,” ejek Baekhyun dengan tingkah paling menyebalkan. Membuat hidung Suho menghempaskan napas kesal, tetapi dia tahan. Sabar lebih baik, dari pada meladeni Baekhyun yang kurang waras.
“Aku yakin sekali kau sedang memikirkan Sehun. Aku jamin sebenarnya kau tidak tega pada bocah itu, iya kan?”
Suho terdiam mendengar tebakan Baekhyun. Yah, sekitar 80% tebakan Baekhyun tepat.
“Pesanan datang.”
Suho mengembalikan ekspresi tenangnya seperti sedia kala saat Krystal datang sambil membawa nampan yang berisi pesanan mereka.
“Kok, kau yang mengantar. Di mana Sulli?” tanya Chanyeol sambil menyesap minumannya. Membasahi kerongkongannya yang mulai mongering.
“Dia sibuk, jadi aku memperingan tugasnya dengan membawa minuman kita sendiri,’ jawab Krystal sambil tersenyum lebar.
“Lain kali kau jangan sungkan meminta bantuan pada kami. Kulihat tadi kau cukup kerepotan membawanya,” saran Kyungsoo dengan nada yang terdengar serius.
“Aigoo, Kyungsoo kita perhatian sekali padaku,” ujar Krystal gemas sambil mencubit pipi cubby Kyungsoo.
“Siapa juga yang perhatian,” elak Kyungsoo cepat. Pemuda itu segera melepaskan tangan Krystal dari pipinya, sebelum rona kemerahan semakin menguasai wajahnya. Sial, kenapa gadis itu spontan sekali mencubit pipinya? Membuat Kyungsoo merasakan senang dan kesal dalam satu waktu.
“Kau, hahahaha,” kata Krystal sambil terkekeh pelan. Menggoda Kyungsoo merupakan kegiatan yang mengasyikkan. Apalagi dengan tingkah Kyungsoo yang sedikit sok jual mahal.
“Kenapa kau hanya memuji Kyungsoo saja. Aku juga perhatian padamu,” protes Chanyeol tanpa menyembunyikan nada cemburu pada suaranya. “A-ah maksudku, kami juga perhatian padamu,” ralat Chanyeol segera. Menggantikan kata aku menjadi kami.
“Kau sekarang mulai pamrih ya, oppa?” tanya Krystal dengan ekspresi datar.
“Ah, bukan begitu,” sahut Chanyeol cepat. Sial, kenapa gadis itu malah salah paham?
“Hahahaha.” Chanyeol terpaku saat Krystal tertawa. “Aku bercanda, oppa. Aku tahu kok, kalau kau yang paling tulus dari semuanya.” Oh, Chanyeol rasanya melayang saat dipuji seperti itu. Mengabaikan semua raut tidak senang yang ditunjukkan teman-temannya.
“Dan aku yakin sekali, kalau kalian semua tulus padaku. Kalian begitu serius menjagaku. Bahkan Oh Sehun yang seperti itupun….” Krystal menghentikan perkataannya tiba-tiba. Oh, seharusnya dia tidak menyebut nama Sehun lagi. Pemuda itu kan sudah tidak lagi menjadi bodyguardnya. Meski tadi pemuda itu mengatakan akan terus melindunginya apapun yang terjadi.
“Kau baik-baik saja, Krys?” tanya Baekhyun khawatir. Krystal segera saja tersenyum, menyembunyikan keresahan di hatinya.
Suho menatap gadis di sebelahnya itu dengan pandangan yang sulit diartikan. Melihat Krystal yang seperti ini, membuat Suho semakin merasa bersalah. Membuat tangan pemuda itu terulur untuk menyentuh pipinya. Mentransfer kehangatannya pada gadis itu.
“Jangan terlalu merasa kehilangan Sehun,” kata Suho pelan. “Kau masih bisa melihatnya dalam jangkauanmu, Krys. Jadi tidak ada yang perlu kau khawatirkan. Dan lagi, kau masih punya kami. Dengan atau tanpa Sehun kami tetap ada di sisimu,” lanjut pemuda itu.
Krystal menghela napasnya pelan, “Aku hanya merasa bersalah padanya, oppa. Karena diriku juga tadi kalian sempat bersih tegang. Mungkin seharusnya sejak awal kalian tidak perlu menjadi penjagaku.”
“Kau bilang apa sih?” celetuk Kai tiba-tiba. “Kau tadi sangat percaya pada ketulusan kami, kenapa malah bilang seperti itu? Dengar ya, kami akan tetap memutuskan menjadi penjagamu, Krys. Bahkan jika tidak ada perintah dari paman Donghae. Jadi, jangan salahkan dirimu. Menjadi bodyguardmu adalah pilihan kami sejak awal,” terang Kai panjang lebar.
Suasana berubah menjadi lebih hening. Semua menatap Kai lurus seakan terhipnotis dengan kata-kata yang baru saja pemuda itu sampaikan. Tetapi, semua tatapan itu malah membuat Kai merinding.
“Ke-kenapa menatapku seperti itu?” tanya Kai kaku.
Chanyeol meletakkan punggung tangannya ke dahi Kai. Dan segera ditepis kasar oleh pemuda berkulit tan itu. “Apa-apaan sih, hyung?”
“Kau kerasukan apa, jadi bisa berkata bijak seperti itu?” tanya Chanyeol dengan tatapan tak percaya.
“Apa maksudmu, sih hyung?”
“Sepertinya uri Kai sudah lebih dewasa,” celetuk Baakhyun kemudian.
“Tidak, mungkin itu tadi kutipan film yang dia tonton,” kata Kyungsoo membantah pendapat Baekhyun.
“Memang ada film o yang menyajikan kata-kata bijak?” tanya Krystal begitu polos.
“Mungkin saja,” sahut Suho sambil mengetukkan jemarinya di dagu.
“Yak, kalian,” seru Kai tidak terima. Membuat semua orang tertawa mendengarnya. Terlebih melihat ekspresi kesal yang ditunjukkan Kai. Judge macam apa itu? Apa karena dia playboy, makanya selalu dihubungkan dengan sesuatu yang berbau mesum. Cih, Kai tidak seperti itu, dia adalah playboy terhormat.
Krystal tertawa hingga sudut matanya mengeluarkan cairan bening. Membuat gadis itu terus menyekanya di sela-sela tawanya. Kedua lensanya kemudian menangkap sosok yang baru saja memasuki café tempat mereka berada. Sosok yang begitu familiar di mata Krystal.
“Kang Seulgi?”
Kelima bodyguard Krystal mengernyit lantas mengikuti arah pandang Krystal. menangkap sosok gadis yang terlihat kebingungan mencari tempat kosong.
“Seulgi-ah.”
O0O
Seulgi terus menggumam kesal di sepanjang jalan. Gadis itu bahkan tidak mempedulikan tatapan heran yang ditunjukkan setiap orang yang dia temui. Dia sedang kesal, benar-benar kesal. Sebenarnya sudah 2-3 hari ini Joy, Wendy, dan Irene terkesan menjauhinya. Mereka malah dekat dengan Hyeri yang terkenal sebagai tukang cari muka seantero sekolah. Seulgi menduga ini ada kaitannya dengan dirinya yang membantu Krystal saat dijahili Hyeri. Dan sepertinya lagi, gadis menyebalkan itu memberitahu teman-temannya bahwa dirinya menjenguk Krystal beberapa waktu yang lalu.
Seulgi menarik napasnya dalam-dalam. Permasalahannya akan selesai sebenarnya, jika dia mau mengungkapkan alasan kenapa dia melakukan itu semua. Tetapi, menurut Seulgi ini bukanlah waktu yang tepat. Dan sebaiknya, mungkin Seulgi perlu mengikuti permainan Hyeri dulu saja. Pilihan yang sulit memang, tetapi itu pilihan terbaik.
Seulgi merasa butuh sesuatu yang bisa membangkitkan moodnya kembali. Meminum sesuatu yang tampaknya mampu sedikit mengembalikan moodnya. Akhirnya gadis itu memutuskan memasuki salah satu café yang dia lewati. Seulgi menyapu pandangannya ke sekeliling café, mencari tempat yang cocok baginya untuk menenangkan diri.
“Seulgi-ah.”
Seulgi segera menoleh saat sebuah suara memanggilnya. Dan betapa terkejutnya Seulgi melihat siapa yang baru memanggilya itu, Krystal Jung. Gadis itu tampak melambai, menyuruhnya untuk mendekat dan bergabung dengannya. Seulgi menimbang ragu, haruskah?
“Yak, kenapa diam saja,” Krystal yang sudah tidak sabar akhirnya menghampiri Seulgi dan menarik gadis itu bergabung dengan rekannya yang lain.
“Nah, duduklah di sini.” Tanpa bisa menolak, Seulgi patuh saja pada perintah Krystal. Pikirannya benar-benar kosong bahkan untuk menolak ajakan gadis itu.
“Kenapa kau mengajaknya ke mari, Krys?” tanya Kai dengan nada tidak suka.
Krystal menautkan kedua alisnya, “Kenapa? Kau keberatan?”
Kai mengangguk pasti, “Yah, aku keberatan,” jawab pemuda itu dengan begitu mantap.
“Bukan hanya Kai, aku juga
Comments