Plan?
Bodyguard“Aku merasa ini tidak benar,” gumam Baekhyun seraya menghembuskan napasnya pelan. “Aku benar-benar tidak tega meninggalkan Krystal.”
“Yah, aku juga merasa begitu. Apalagi tadi dia terlihat begitu kehilangan kita,” sahut Kyungsoo menyetujui pernyataan Baekhyun.
“Haruskah kita menjauhinya seperti perintah paman Donghae?” tanya Chanyeol lemah. Dia cukup frustasi memikirkan akan jauh dari gadis kesayangannya.
“Tidak juga,” sahut Sehun segera. “Kita bisa tetap menjaganya dengan diam-di….”
“Tidak.” Suho dengan segera memotong usulan Sehun. “Tidak ada yang boleh mendekati Krystal, termasuk kau juga Oh Sehun.”
Sehun mendengus kesal, “Sebenarnya apa masalahnya sih, hyung? Apa hanya karena trauma itu lantas kita harus menjauhi Krystal?”
“Sehun benar. Semestinya kita malah membantunya untuk lepas dari trauma itu,” kata Kyungsoo berpihak pada Sehun.
Suho menghela napasnya sebentar, “Bukankah kemarin paman Sungmin mengatakan kalau kau pernah bertemu dengan Krystal sebelum ini, Sehun?”
Sehun mengernyit bingung, tetapi lantas mengangguk. Meski tidak yakin, tapi mungkin saja memang dia dan Krystal saling terkait di masa lalu.
“Kalau begitu, kau lebih berpotensi membangkitkan memori Krystal. Lalu apa kau tidak berpikir kalau keberadaanmu itu cukup membahayakan bagi Krystal?”
Rahang Sehun mengeras. Tangannya terkepal sempurna selepas diberi pertanyaan seperti itu oleh Suho. Dia tidak bisa menjawab. Karena jika memang Krystal adalah gadis kecil di ingatan Sehun, maka dirinya mungkin memang bisa menggali dan membangkitkan memori yang ingin dilupakan gadis itu.
“Sudahlah. Aku tidak mau membahas ini lagi. Sudah kuperingatkan. Jika kalian langgar dan terjadi sesuatu, maka jangan salahkan aku,” kata Suho sambil berlalu menuju kamarnya.
Selepas Suho pergi, mereka semua merenung. Memikirkan harus memilih yang mana. Berada di sisi Krystal dengan resiko yang cukup berbahaya. Atau mengikuti perintah Donghae meski harus menyiksa mereka.
O0O
Suho mengusap wajahnya dengan gusar. Dia sama sekali tidak bisa berkonsentrasi menyelesaikan tugas maupun mengecek seluruh kegiatan yang diajukan kepadanya. Suho tidak dapat fokus. Masalahnya dengan Krystal benar-benar membuat fokusnya kacau. Bahkan suho yang cenderung tenang menghadapi masalah pun akan menjadi seperti ini. Kelihatannya Krystal benar-benar punya pengaruh yang besar pada dirinya.
Tok..Tok.. Tok…
“Hyung, boleh aku masuk?”
Sebelum sempat memberi izin, sang adik –Kai segera saja memasuki kamar kakaknya itu dengan tak lupa menutup pintu kembali.
“Ada apa?” tanya Suho sambil melepas kacamata bacanya.
Kai mengigit bibirnya ragu. Banyak hal yang benar-benar ingin dibicarakannya dengan sang kakak. Tetapi, tiba-tiba saja lidahnya kelu. Dia merasa sedikit takut.
“Apa soal Krystal?”
Kai terhenyak dan langsung menatap lurus ke arah Suho. Pemuda itu lantas mengangguk pelan. “Hyung, sebenarnya siapa itu Krystal. Tidak mungkin kalau dia anak ….”
“Kai, bukankah kita sudah sepakat untuk tidak pernah mengungkit soal anak itu?” Suho segera menyela karena tahu ke mana arah pembicaraan Kai.
Kai mendesah pelan. “Aku juga ingin melupakan dan tidak mengungkitnya kembali. Tapi melihat Krystal tempo lalu mengingatkanku pada anak itu. Pada insiden itu,” kata Kai dengan gusar.
Suho mengerang pelan. Dia tahu kalau Kai menyadari ini sejak awal. Tapi, mengingat kalau adiknya itu tak pernah membahas atau bertanya, membuatnya sedikit tenang. Sayang, ternyata Kai tidak terlalu kuat untuk menahan rasa penasarannya.
“Jangan bilang kalau kau sudah tahu bahwa Krystal adalah anak itu.”
Suho terdiam. Kai kini sudah menatapnya begitu curiga. Dan kelihatannya Suho harus berterusterang kali ini. “Yah, aku memang curiga kalau Krystal adalah anak itu, Kai.”
Kai membulatkan bola matanya, “Lalu kenapa kau setuju menjadikan kita sebagai bodyguard Krystal?”
Suho menarik napasnya dalam-dalam, “Sebelumnya aku tidak yakin. Aku pikir mungkin saja jika memang Krystal orangnya, maka kau bisa menebus rasa penyesalanmu. Jadi, kau tidak terlarut dalam rasa bersalah lagi.”
“Dan kau tidak memberitahukan ini padaku?”
Suho menatap adiknya itu lekat-lekat. “Lalu membuatmu seperti yang dulu? Tidak, Kai.”
Kai menundukkan kepalanya. Dia sangat memahami bagaimana perasaan Suho. Sejak dulu, kakaknya itu selalu melindunginya. Bahkan pada insiden terparah yang pernah melibatkan dirinya. Suho turun tangan langsung untuk membantunya, bahkan tanpa bantuan kedua orang tua mereka.
“Lagipula, masih belum pasti kalau anak itu Krystal.” Kai mendongak. Dalam hati dia membenarkan perkataan Suho. Dan berharap kalau yang dikatakan pemuda itu benar adanya. Karena jika Krystal memang anak yang dimaksud keduanya, maka Kai tidak akan berani untuk berada di dekat Krystal lagi. Dia terlalu takut dan merasa tak pantas.
“Tapi, bagaimana kalau itu memang Krystal?” tanya Kai. Memperkirakan kemungkinan terburuk.
Suho mengalihkan pandangannya seraya menghempaskan seluruh beban melalui hembusan napasnya. “Kita ikuti saja alurnya. Toh, selama si kunci utama tidak muncul semua akan aman terkendali.”
Kai mengangguk setuju. Benar, selama si tokoh utama pembuat masalah tidak kembali Kai bisa tenang. Tapi, jika dia memang berani menampakkan diri, Kai berjanji untuk turun tangan menghadapi langsung dirinya. Menghadapi si sepupu yang menyebalkan.
O0O
Sulli menatap Krystal dengan khawatir. Gadis itu tampak murung semenjak tadi. Tak ada gairah hidup sama sekali. Mungkinkah karena merasa kehilangan para bodyguardnya?
“Sebaiknya kau pulang saja.”
Krystal yang tadinya merebahkan kepalanya di salah satu meja di café tempat Sulli bekerja, beranjak bangun. Merapikan sejenak rambutnya yang berantakan lalu mengulas senyum tipisnya yang terkesan kaku. “Aku tidak apa-apa, kok. Tidak harus pulang sekarang juga.”
“Ckkkss, aku ini temanmu, Krys. Tentu aku tahu bagaimana kondisimu sekarang ini. Berada di sini bukanlah pilihan terbaik. Kau harus pulang dan coba selesaikan masalahmu. Mungkin kau bisa bicara dengan ayahmu?”
Krystal menggeleng tidak setuju. “Appa selalu serius dengan keputusannya. Dulu saat mengirim mereka menjadi bodyguardku bahkan untuk yang sekarang, saat memecat mereka semua. Lagi pula untuk apa aku perjuangkan jika mereka-nya saja mengacuhkanku.”
Sulli mencerna perkataan Krystal baik-baik. Kata-kata Krystal ada benarnya juga. “Lalu, bagaimana?” tanya Sulli sambil duduk di hadapan Krystal.
Krystal kembali menggeleng. “Aku tidak tahu.”
Kedua sahabat itu sama-sama menghembuskan napas perlahan. Masalah kali ini cukup rumit. Bukan hanya 1 orang saja yang dipecat. Tapi semuanya.
“Hei, Krys.”
“Hum?”
“Kau paling merasa kehilangan siapa?”
Krystal mengerjap pelan. Sedang Sulli tengah menatapnya begitu penasaran. Kening Krystal mengerut sempurna. Jujur, dia merasa aneh dengan pertanyaan Sulli. “Aku merasa kehilangan semua, sama rata,” jawab Krystal yakin.
Sulli memangku dagunya dan menatap Krystal serius. “Kau ini benar-benar berbakat menggantungkan hati orang, ya?”
“Hah?” Krystal menatap Sulli tidak mengerti.
“Maksudku, kau kan sudah cukup lama mengenal mereka. Masa tidak ada yang istimewa, sih?” tanya Sulli sekali lagi.
“Kau ini kenapa?” Krystal malah jadi kesal sendiri. Dia sama sekali tidak mengerti arah pembicaraan Sulli. “Aku sedang bingung, malah ditanyai seperti itu,” sungut Krystal kesal.
“Aku kan hanya penasaran. Memangnya kau tidak memiliki secuil perasaan lebih pada salah satu di antara mereka?”
Krystal terlihat berpikir keras, “Maksudmu perasaan itu…. Cinta-cintaan?”
Sulli mengangguk cepat. Akhirnya Krystal mengerti juga arah pembicaraan mereka.
Krystal berpikir. Menerawang, hingga bayangan para bodyguardnya lalu lalang di otaknya. “Aku tidak yakin bisa jatuh hati pada salah seorang di antara mereka,” terang Krystal sambil mengetukkan jemarinya di dagunya.
“Suho oppa itu terlalu serius, dan senyum malaikatnya itu diam-diam terlihat mengerikan. Dia cenderung licik,” Krystal menggeleng pelan. Suho bukan pilihan yang tepat.
“Baekhyun oppa, dia manis, sih. Sayang, tingkahnya kekanakan. Dan cerewetnya minta ampun.” Sulli mengangguk setuju. Baiklah, Baekhyun kelihatannya juga dicoret.
“Chanyeol oppaa, dia yang paling baik dan perhatian. Tapi kelewat posesif. Aku nyaris tidak dapat bergerak saat dia melindungiku,” dengan sedikit tidak rela Krystal mencoret nama Chanyeol.
“Kyungsoo, dia sangat jaim. Cenderung menyebalkan.” Sulli sekali lagi mengangguk setuju. Meski dia akui Kyungsoo juga yang paling bijak menyikapi semua situasi, tapi kadang jaimnya menyebalkan.
“Tinggal Kai dan S
Comments