[71]

Bodyguard
Please Subscribe to read the full chapter

Kai menatap bangunan di hadapannya dengan gusar. Saat ini dirinya berada di depan kediaman keluarga Jung –rumah Krystal. Begitu dirinya mengetahui dari sang ayah bahwa Krystal telah keluar dari rumah sakit, Kai segera meluncur ke mari. Lelaki itu bahkan mengabaikan segala kemungkinan jika kehadirannya tidak diterima baik oleh Krystal maupun kedua orang tua gadis itu.

Sudah setengah jam berlalu, dan Kai tidak melakukan apapun. Lelaki itu hanya bersandar di pintu mobil, sedang kepalanya menengadah. Memandang lantai dua rumah itu, memandangi kamar jendela kamar Krystal Jung. Lelaki itu berharap dalam hati, semoga Krystal melihatnya dari sana. Tidak apa jika dia tidak mau menemui Kai. Asal gadis itu mengetahui bagaimana penyeselan Kai di masa lalu saja itu sudah cukup.

 

“Apa yang kau lakukan di depan rumah kami?”

 

Lelaki berkulit tan itu terkesiap. Dia terlampau fokus memandangi jendela kamar Krystal, hingga tidak menyadari jika Jessica sudah keluar dari rumahnya. Ibu dari Krystal Jung itu kini memandanginya begitu tajam, sarat penuh intimidasi. Seketika nyali Kai ciut. Dari semua hal yang ada di dunia ini, mungkin Kai paling takut jika menghadapi Jessica seorang diri seperti ini. Kai pasrah, dia sudah siap jika nantinya dirinya diusir oleh Jessica.

 

“Kau bisu? Tidak bisa menjawab pertanyaanku?”

 

“Ah,” Kai mengusap tengkuknya, mengurangi ketegangan yang dirinya rasakan. “Saya ingin menemui Krystal, jika diijinkan?”

 

Jessica mendesis malas. Sembari bersedekap wanita itu kembali bertanya, “Mau apa memangnya?”

 

Kai tidak kunjung menjawab pertanyaan dari Jessica. Lelaki itu masih memutar otak guna mencari jawaban yang logis. Karena jika dia hanya mengatakan ingin minta maaf, maka Jessica sudah pasti tidak mengijinkannya untuk menemui Krystal. Namun, apa lagi alasan yang bisa Kai berikan. Tujuannya ke mari ‘kan memang untuk mendapatkan maaf dari Krystal Jung atas apa yang dilakukan Kai di masa lalu.

 

“Mau minta maaf?”

 

Kai mengerjap pelan saat Jessica menebak tujuan Kai bertandang ke rumahnya. Karena memang itu alasannnya, Kai segera mengangguk. Dia sudah tidak sanggup memutar otak guna mencari alasan lainnya.

 

“Kau pikir aku akan mengijinkanmu menemui Krystal dan minta maaf padanya?”

 

“Bibi Jess—“

 

“Tidak,” sela Jessica segera sebelum Kai sempat memberikan penjelasan apapun. “Putriku sudah cukup menderita, dan aku tidak mau dia kembali terbayang oleh masa lalunya yang menyakitkan karena ulahmu. Berhentilah berada di sekeliling putriku.”

 

Selepas mengatakan itu, Jessica segera beranjak memasuki rumahnya. Meninggalkan Kai seorang diri meratapi nasibnya. Lelaki itu lantas menghela napas panjang. Pandangannya kembali diarahkan ke jendela kamar Krystal di atas sana.

Percuma. Semua yang dilakukannya saat ini sia-sia. Jessica benar, mungkin lebih baik begini. Lebih baik dirinya tidak lagi menjadi bagian dari kehidupan Krystal Jung.

 

O0O

 

Krystal mengeratkan genggamannya di tralis jendela saat melihat Kai memasuki mobilnya. Lelaki itu tampak putus asa, membuat gadis itu merasa bersalah karena tidak mau menemuinya tadi. Sebenarnya, Krystal telah berniat untuk menemui Kai. Dia ingin menyelesaikan semua masalah yang terjadi di masa lalu. Namun, sang ibu menemui Kai terlebih dulu. Dan dari apa yang terlihat, tampaknya Jessica mengusir Kai dengan tidak hormat.

 

“Kalau ingin menemuinya, susul sekarang. Sebelum dia pergi.”

 

Krystal terhenyak, gadis itu segera memutar tubuhnya. Begitu berbalik, dirinya telah menemukan sang ayah yang tengah tersenyum kepadanya. Lelaki dewasa itu bersedekap sembari mendudukkan diri di tepian ranjang Krystal. “Kenapa diam saja? Ayo, temui dia.”

Krystal menggeleng pelan. Hatinya ingin berlari ke sana, menuju Kai dan menahan lelaki itu untuk tetap tinggal. Gadis itu ingin mencari kebenaran dari masa lalunya yang melibatkan Kai. Dirinya ingin segera memutuskan, akan membenci Kai atau memaafkannya. Karena hati kecil Krystal sesungguhnya ingin memaafkan Kai.

 

“Apa kau membenci Kai, princess?” tanya Donghae kembali. Dan sekali lagi Krystal menggeleng. Gadis itu masih enggan mengeluarkan suaranya, lebih memilih menggerakkan kepalanya sebagai jawaban. Donghae menghela napas panjang. Percuma juga terus bertanya kepada sang putri, dia tidak mau memberikan jawaban apapun.

 

“Kurasa kau harus memberi kesempatan kedua untuk Kai,” Donghae berinisiatif memberikan saran kepada sang putri. Dia sudah terlampau lelah menumpuk segala kebencian, itu membuatnya merasa tidak tenang. Jadi, dia memutuskan untuk memaafkan siapapun yang bertanggungjawab atas trauma Krystal di masa lalu. Dan dia berharap Krystal mampu melakukan hal yang sema seperti dirinya.

 

“Ingat, Krys. Apa yang Kai lakukan dulu bukanlah keinginannya. Itu keinginan orang lain. Lagi pula dia sudah dihukum sejauh ini. Suho telah menceritakan segalanya, Kai diliputi rasa bersalah yang berkepanjangan, Krys. Itu lebih dari cukup untuk menghukum dirinya atas semua yang pernah dia lakukan,” ujar Donghae memberi Krystal pengertian.

Krystal menunduk dalam, memikirkan semua perkataan Donghae. Yang sang ayah katakan benar adanya. Krystal melihatnya tadi, Kai memandangi kamarnya dengan pandangan terluka. Ada aura penyesalan yang menguar pula dalam diri lelaki berkulit tan itu. Krystal tahu, maka dari itu dia tidak tega saat membiarkan Kai diusir oleh ibunya.

 

“Pikirkanlah itu, Krys.” Selama proses berpikir, Donghae telah mendekati Krystal. Meraih bahu gadis itu hingga kini Krystal menatap lurus ke arahnya. “Lakukanlah yang menurutmu baik, kami akan mendukung sepenuhnya keputusanmu.”

 

O0O

 

Kurasa kau harus memberi kesempatan kedua untuk Kai.

 

Kata-kata itu terus terngiang dalam banak Krystal. Terus-menerus dia pikirkan semalaman ini. Membuat Krystal lebih banyak diam di pagi hari. Juga membuat lelaki yang duduk di sebelahnya ikut cemas melihat perubahan sikap Krystal.

Sehun mendesah pasrah. Lelaki itu diam-diam memperhatikan raut wajah Krystal sembari mengemudikan mobilnya. Akhir-akhir ini Krystal cenderung diam, tetapi tidak sediam ini. Setidaknya gadis itu selalu memamerkan senyuman cerah yang mampu menjadi asupan energi bagi Sehun. Namun kini, senyuman itu tak terlihat. Membuat Sehun merasa was-was. Takut jika masa lalu kembali membayangi diri gadis itu.

 

“Apa yang tengah kau pikirkan?”

 

Krystal terkesiap. Gadis itu tampak mengerjapkan kelopak matanya, tanda bahwa memang sedari tadi melamun. “Apa?”

 

“Kau kenapa?” tanya Sehun sekali lagi. “Belum siap bertemu dengan Kai?”

 

Krystal mengalihkan pandangan segera. Skak mat. Bagai cenanyang Sehun selalu mampu menerka segala sesuatu yang ia pikirkan, termasuk soal Kai. Krystal memang tengah gundah gulana memikirkannya. Dia hanya tidak sanggup memilih, memaafkan atau membenci. Yang pasti Krystal tak mau jika membenci Kai. Namun, memaafkan bukanlah perihal yang mudah. Butuh waktu agar Krystal menerima segala yang terjadi kepadanya dulu.

 

“Kita sudah sampai.”

 

Suara berat Sehun memecah lamunan Krystal. Membuat gadis itu memandang ke luar jendela modil seketika. Benar, mereka telah tiba di sekolah. Krystal terlalu bergelut dengan pemikirannya hingga tak sadar jika mereka telah tiba di tujuan akhir.

 

“Jadi, mau masuk atau tidak?” tanya Sehun, menyadari bahwa Krystal tak kunjung keluar dari mobil. Gadis itu hanya diam sembari menggigit bibir bawahnya. Tampak ragu untuk bersekolah kembali hari ini.

Sehun merasakan itu, lelaki itu memahami kegelisahan Krystal. Gadis yang duduk di sebelahnya ini memiliki trauma yang mirip dengan dirinya. Hingga Sehun memahami benar dilemma yang dialami Krystal, ingin menghadapi tapi tak berani menerima kenyataan. Setidaknya Sehun mampu melaluinya dulu, dan inginnya Krystal juga mampu melaluinya lebih baik.

 

Namun, jika itu menyiksa Krystal, Sehun kelihatannya harus memikirkan keinginannya sekali lagi.

 

“Mau kuantar pulang lagi saja?”

 

Seketika Krystal menoleh. Gadis itu kemudian menggeleng pelan, tanda tidak menyetujui usul Sehun. Dia ragu mungkin, apalagi mengingat akan bertemu Kai di sekolah nanti. Namun, lari dari masalah juga bukan keputusan yang bijak. Krystal harus mampu menghadapi semua dan menyelesaikannya, meski itu sedikit menyiksa batin.

 

“Aku baik-baik saja,” gumam Krystal pelan. Terlihat gadis itu menarik napasnya dalam-dalam, mengisi asupan oksigen ke dalam ruang kosong paru-parunya. “Kita tidak usah pulang lagi. Aku sudah terlalu banyak membolos, tidak enak dengan pihak sekolah.”

 

Sehun tersenyum menanggapi keputusan Krystal. Kekhawatiran akan kondisi gadis itu melebur, berganti kelegaan tiada tara. Tangan lelaki berkulit putih itu terulur menyentuh sebelah pipi Krystal. Membelainya lembut, seolah menyalurkan energi kepada gadis itu melalui sentuhannya. “Baiklah, jangan mengkhawatirkan apapun. Aku akan selalu ada untuk melindungimu,” ujar Sehun tanpa menghapus senyum yang melekat di wajahnya.

Melihat senyum menenangkan Sehun, membuat Krystal mau tak mau balas melempar senyuman lembut. Krystal bersyukur masih memiliki Sehun di sisinya. Jika tidak, mungkin Krystal tidak akan berani untuk menghadapi semua masalahnya.

 

“Genggam tanganku jika kau ragu.” Krystal terkesiap saat Sehun sudah beralih untuk menggenggam telapak tangannya. Jemari mereka saling tertaut erat, begitu pas dan terasa nyaman. “Aku akan selalu bersamamu, pacar.”

 

Pacar?

 

Krystal mengerjap pelan. Apa Sehun bilang tadi?

 

Pacar?

 

“Hei pacar, kau kenapa? Ada yang salah?”

 

Tidak. Tidak ada yang salah dengan pendengaran Krystal. Sehun memang menyebutnya pacar, dan ini untuk yang kedua kalinya. “Siapa yang kau sebut pacar? Aku? Pacarmu?”

 

Sehun mengangguk tanpa ragu. Kedua sudut bibirnya tertarik semakin lebar, membuat senyum manisnya semakin merekah jua. “Iya, pacarku adalah dirimu, Krystal Jung.”

 

“Sejak kapan aku menjadi pacarmu?”

 

“Sejak kau mengatakan kalau menyukaiku.”

 

Krystal membelalakkan kedua bola matanya. Jawaban macam apa itu? Apakah dengan menyampaikan bahwa dirinya menyukai Sehun, maka dia begitu saja menjadi kekasih lelaki itu?

 

“Kesimpulan macam apa itu?” Krystal mendengus kesal. “Aku tidak pernah menerimamu sebagai pacarku Oh Sehun. Lagi pula kita tidak memiliki kesepakatan semacam itu.”

 

“Memangnya saling suka saja tidak cukup?” pertanyaan dari Sehun cukup menggelitik benak Krystal. “Memangnya perlu kesepakatan untuk mengakui dirimu sebagai kekasihku?”

 

Krystal mengatupkan bibirnya rapat. Tidak ada lagi argument yang hendak dia keluarkan. Otaknya tak mampu lagi mengimbangi Sehun. Lelaki berkulit putih itu begitu pandai berdebat, Krystal kalah telak. Melihat tidak ada lagi elakan dari si gadis, Sehun mengangkat sebelah sudut bibirnya. Lelaki itu menyeringai, menyadari kemenangannya.

“Dengar Krystal Jung,”  Sehun memegangi kedua bahu Krystal. “Mau ada kesepakatan atau tidak, aku menyukaimu dank au menyukaiku. Lalu perlu apa lagi? Itu sudah cukup menjadi dasar bagiku untuk memilikimu, begitupun sebaliknya,” ujar Sehun hati-hati.

Sebelum ini, kepekaan Krystal di ambang batas. Takutnya, gadis itu kembali salah paham seperti sebelumnya. Ini akan merugikan Sehun, jadi lelaki itu memutuskan untuk menjelaskan perlahan. Yang penting Krystal mengerti, cukup.

 

“Jadi, mau kau mengelak seperti apa juga, aku tetap pacarmu dan kau pacarku. Mengerti?”

 

Krystal membuang muka segera. Dihadiahi senyum menawan Sehun untuk kesekian kalinya membuat dirinya menyerah. “Terserah,” ujar gadis itu akhirnya.

 

Mendengar satu kata terucap dari bibir manis Krystal, membuat senyum Sehun semakin merekah. Kata terserah memang mengandung banyak arti, tapi bagi Sehun itu adalah kesepakatan. Jadi, Krystal akan menjadi kekasihnya mulai saat ini, suka maupun tidak. “Baiklah, pacar. Ayo kita masuk ke kelas sekarang,” ajak Sehun yang kini lebih dulu keluar dari mobilnya.

 

Krystal merasakan tengkuknya meremang. Mungkin dia cukup senang karena, yah lelaki yang disukainya juga memiliki perasaan yang sama. Karena akhirnya dia pun menjadi gadis normal seperti Sulli, memiliki kekasih. Namun, panggilan pacar begitu menggelikan. Mungkin lain kali Krystal harus sedikit mengoreksi panggilan Sehun kepadanya. Harus, dan secepatnya.

 

O0O

 

“Krystal sudah keluar dari rumah sakit.”

 

Kai yang tengah meletakkan kepala di meja tergerak. Sembari mendengus, lelaki itu berujar ketus, “Aku sudah tahu. Aku berkunjung ke sana saat mendengar kabar itu dari appa-ku.”

 

“Kalau soal dia berangkat sekolah mulai hari ini?”

 

Kai terkesiap, membuat senyum kemenangan terukir di wajah Choi Sulli. Dari ekspresi Kai saat ini, tampaknya lelaki itu belum tahu jika Krystal sudah mulai kembali beraktivitas hari ini. “Katanya sudah berkunjung. Kok, tidak tahu jika Krystal mulai berangkat hari ini?”

 

Dengusan pelan keluar dari bibir Kai. Entah mengapa Sulli menjadi sangat menyebalkan selepas gadis itu mengetahui perihal masa lalu Krystal dan dirinya. Setiap ada kesempatan, gadis itu selalu menyindir Kai. Memberi kesan bahwa apa yang dilakukan Kai selalu salah di matanya.

 

“Kau sendiri, bagaimana bisa tahu?” Kai enggan menanggapi sindiran Sulli, berakhir dengan dirinya yang balik bertanya. Bukan tanpa alasan dia melakukan itu. Kenyataan bahwa dia diusir oleh Jessica ketika berkunjung adalah satu alasan mengapa Kai perlu menganti fokus pembicaraan.

 

“Aku selalu mengunjungi Krystal, asal kau tahu.” Kai menganggukkan kepalanya. Benar juga, satu-satunya yang tidak bermasalah adalah Sulli. Gadis itu pasti bebas untuk menemui Krystal sesuka hatinya. Satu hal yang Kai wajib syukuri. Setidaknya Krystal tidak akan kesepian selama dirinya dan rekan-rekannya yang lain tidak berada di sisi gadis itu.

 

“Tapi, memangnya Sehun tidak memberitahumu?” Kening Kai mengerut saat Sulli mulai menyebut nama Sehun. Merasa janggal saja, karena menurut Kai tema

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
lee-jungjung
I will update,,, hmmm wednesday or thursday maybe,,, so stay here.. ^^ gomawo

Comments

You must be logged in to comment
LizziEverdeen
#1
Chapter 77: ahhh great job, author! i would like to hit like to every single chapter if i can.
ah, senangnya ff ini berakhir bahagia. suka banget sama ff ini dari awal. gimana para bodyguard itu nunjukin rasa sukanya ke Krystal dengan lucu. and bahkan setelah 10 tahun, merek masih suka godain Krystal.
sedangkan buat SeStal? ah, manisnya. pokoknya mereka berdua manis banget, aku bener2 baper bacanya.
ini happy ending gak cuma buat Krystal aja. all of the character have their happy ending. para bodyguard, seulgi, myungsoo, SeStal, Sulli.
ah jadi kepanjangan hehe, intinya ini ff bagus banget. thank you for writing this! this is truly a beautiful story! :)))))
EXO__CY #2
Bagus nih kalo dibuat drama :) ceritanya keren
Fx_exo
#3
Can u please write an English version to this story? It seems really good and I really want to read it.
soojungie123 #4
Chapter 77: Sestal Forever Kibarkan bendera sestall
anna28fx #5
Chapter 77: Best sangat la cerita ni!!!!!
Zeeveria #6
Chapter 77: Tolong bikinin epilognya dong. Biar gak ganjel gitu. Please ya, buatin epilognya thor..
icejuvenileyo #7
Chapter 77: Ahirnya end. Tapi ko sedih yaaah pengen tetep ada ff ini pengen tetep baca hal yang lucu ngeselin manis dri cerita ini. Makasih udah bikin happy ending. Aku sukaaa dari pertama baca sampai end semua pas. Cariin jodoh juga untuk 5 bodyguard yang lain haha. Sukses terus author
trsndewi
#8
Chapter 77: Finally endingㅠㅠ this is so beautiful:') cinta sehun akhirnya kesampean wkwk
Cara sehun nge lamar ituuu please sweet tapi lucu banget!! Good job author!
SamanthaJ #9
Chapter 76: request gue waktu di wattpad terkabul
kyuhyun12 #10
Chapter 76: Dr sehun :D