New Target
BodyguardKrystal bersyukur ia tak terlambat hari ini. Semalaman ia mengerjakan tugasnya hingga larut, sehingga ia sedikit lebih terlambat dari sebelumnya. Untungnya Donghae, ayahnya berbaik hati untuk mengantarnya menuju sekolah.
Sudah seminggu ini Krystal berada di sekolah barunya dan Krystal mulai merasa cocok dengan sekolahnya ini. Dia cukup dapat beradaptasi dengan baik, memiliki beberapa teman (walau ia hanya bisa berteman baik dengan Joy), dan ia sedikit menyukai situasi di sini. Di sini, Seoul, jauh berbeda dengan California. Dia tampak tak berbeda dari yang lainnya dan itu cukup membuat Krystal nyaman.
Hanya saja sikap Krystal masih sama seperti dulu, cenderung tertutup. Ia terkesan dingin dan kaku bahkan terkadang agak terlihat angkuh. Krystal dapat merasakan beberapa siswa membicarakan dirinya di belakang. Namun, karena dia dekat dengan Joy, yang notabene salah seorang siswi yang cukup popular, membuatnya bebas dari masalah. Mungkin dapat dibilang tidak ada yang berani mencari masalah dengannya.
Brak. Krystal menghentikan langkahnya yang terburu-buru untuk menuju ke kelasnya. Ia merasa ada sesuatu yang aneh di dalam toilet. Perlahan Krystal memberanikan diri melangkah untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dalam toilet itu. Krystal menelan salivanya kasar saat meraih ganggang pintu toilet.
“Krys?” Krystal tersentak saat merasakan seseorang sedang meraih bahunya.
“Uh, kau mengagetkanku, Kai,” kata Krystal menghembuskan napasnya pelan. Ia sidikit lega karena mendapati bahwa orang yang memanggilnya tadi adalah Kai, teman sekelasnya.
“Oh, kau berbicara cukup panjang denganku. Itu kemajuan,” kata Kai sambil mengulas senyum lebarnya. Pasalnya, Krystal terkesan amat menjaga jarak dengan pemuda tampan yang menjadi teman sekelasnya ini.
“Sebaiknya kita segera ke kelas, sebelum kena marah, kaja,” ajak Kai sambil menarik tangan Krystal. Krystal cukup terkejut. Ingat, tangannya baru saja dipegang Kai, orang yang wajib dihindarinya.
“Aku bisa jalan sendiri,” Krystal menarik tangannya dari genggaman Kai dan melangkah mendahuluinya. Kai mengernyit heran, namun kemudian kembali tersenyum. Krystal Jung benar-benar menarik.
O0O
“Mana tugasku, Choi Sulli?”
“Ma-maaf, Hyeri-ah. Tugasku banyak sekali untuk hari ini, jadi aku lupa membuat tugasmu,” kata Sulli takut-takut sambil menundukkan kepalanya.
“Akh,” Sulli mengerang pelan, rambutnya tengah ditarik oleh Hyeri.
“Oh, kau mulai mengabaikan perintahku, nona Choi,” bisik Hyeri dengan tatapan membunuhnya. Ia lalu mendorong Sulli hingga tubuhnya sedikit membentur wastafel.
“Dia mulai kurang ajar, Hyeri-ah,” kata seorang teman Hyeri sambil menyeringai.
“Mungkin perlu sedikit kita ingatkan lagi bagaimana kedudukannya di sini,” kata Hyeri sambil tersenyum ganjil. Sulli bergidik ngeri melihat ekspresi sadis milik Hyeri.
“Jadi apa yang harus kita lakukan?” tanya teman Hyeri lainnya. Hyeri hanya tersenyum lantas memberi kode pada temannya untuk melakukan aksinya.
Byur. Sulli merasakan air dingin menyerang tubuhnya tiba-tiba. Ia mengusap wajahnya agar dapat melihat bayangan manusia-manusia yang telah menyiksanya itu. Hyeri dan teman-temannya tertawa lepas. Mereka tengah menertawakan diri Sulli yang kini basah kuyup.
“Dengar Choi Sulli, jangan kau ulangi lagi hal ini. Atau kau akan dapat hal yang lebih buruk,” Hyeri tersenyum remeh lantas meninggalkan Sulli di sana sendirian.
Sulli menggigit bibirnya menahan tangis. Air matanya tidak boleh keluar. Dia kuat. Dia adalah gadis yang kuat jadi ia tak boleh menangis. Sulli menepuk kepalanya pelan. Jam pertama akan segera dimulai, dan dia tak ingin terlambat lagi. Namun, mana mungkin dia masuk kelas dengan penampilan seperti ini. Dengan berat hati Sulli segera mengganti pakaiannya menjadi pakaian olahraga. Semoga saja ia tak dimarahi oleh gurunya nanti, semoga.
O0O
“Sudah terlambat dan sekarang kau memakai baju olahraga. Kau pikir ini pelajaran olahraga? Di mana seragammu?”
“Maaf, songsaengnim. Baju saya tak sengaja tercuci dan sampai sekarang belum kering, jadi…,”
“Sudahlah, kali ini kau tidak bisa dimaafkan. Keluar sekarang juga,” kata sang guru membuat Sulli mendesah kecewa.
Sulli berniat melangkah pergi, namun lensanya menangkap satu sosok yang menatapnya prihatin. Krystal Jung, orang yang memperhatikan Sulli adalah Krystal. Entah kenapa Sulli tersenyum seakan menanggapi tatapan Krystal. Krystal mengalihkan pandangannya segera saat melihat senyum Sulli. Ia tak mau ketahuan bersimpati sedikit pada gadis itu. Krystal kemudian menatap kepergian Sulli dengan pandangan yang sulit diartikan. Ia juga sekali lagi mengingatkan dirinya untuk tak terlibat dengan gadis itu. Tidak boleh.
O0O
Sekali lagi Krystal mendengar celotehan dan gurauan dari Joy, Seulgi, Wendy, dan Irene. Sebenarnya Krystal juga ingin terlibat dengan obrolan mereka. Sayangnya, ia belum cukup berani untuk memulainya. Ia tidak tahu harus mulai dari mana. Ia juga tidak tahu harus bicara apa. Alhasil, ia hanya mendengarkan mereka sambil fokus dengan mie ramennya.
“Hai, girls,” sapa Kai tiba-tiba menginterupsi obrolan seru mereka.
“Hai Kai,” balas Seulgi sambil tersenyum lebar. Dari caranya tersenyum dan matanya yang berbinar dapat Krystal simpulkan bahwa Seulgi benar-benar menyukai Kai. Keputusan Krystal untuk menghindari Kai sepertinya tepat sekali.
“Di mana yang lainnya?” tanya Wendy sambil mengedarkan pandangannya mencari sosok rekan-rekan Kai lainnya.
“Entahlah, aku tidak tahu,” kata Kai cuek sambil mengangkat bahunya.
“Ya, Kaaaai,” seru seseorang memanggil Kai. Seorang pemuda yang cukup mungil segera menghampiri Kai dengan raut kesalnya.
“Kenapa kau meninggalkanku, huh?” kata pemuda itu sambil menjitak kepala Kai. Kai meringis pelan.
“Hyung, sakit tahu,” protes Kai sambil mempautkan bibirnya. Hampir semua gadis yang tengah memperhatikan mereka menjerit tertahan. Bagi mereka Kai amat cute. Dan Krystal bergidik ngeri karenanya.
“Salah sendiri kau…,” kalimat pemuda tadi terhenti. Matanya mengerjap menatap Krystal. Krystal sedikit mengangkat sebelah alis matanya. Pemuda ini benar-benar tengah menatapnya, dan itu bukan halusinasi.
“Wooooaaaah, kau benar-benar manis. Sudah kuduga yang asli jauh lebih manis,” kata pemuda itu sambil mencubit pipi Krystal gemas.
Krystal membulatkan kedua bola matanya sempurna. Ia sangat terkejut karena tiba-tiba seorang pemuda asing telah berani mencubit pipi berharganya. Bukan hanya Krystal Joy dan hampir seluruh penghuni kantin juga dibuat kaget. Kai menepuk dahinya pelan. Ini adalah kejadian yang paling tidak ia harapkan untuk terjadi.
“Hyung, berhenti. Kau membuatnya takut,” kata Kai seraya melepaskan pipi Krystal dari pemuda yang dia panggil ‘hyung’.
“Asli?” gumam Irene pelan penuh tanda tanya.
“A-ah, bukan apa-apa. Kalian tahu dia suka sembarangan bicara,” Kai mencoba mengalih
Comments