Page9: Curious

Hacker
Please Subscribe to read the full chapter

—Luhan's POV—

*Today, 5 days before Wednesday...

Aku tahu hari ini aku baru saja dimaki oleh teman sebangkuku. Dan disaksikan semua mata yang ada di kantin sekolah. Dia pun dipanggil kehadapan wali kelas kami sebagai tersangka yang menuding-nudingku dengan kata-kata kasar yang tidak pantas diucapkan. Aku tidak membela diriku, atau membelanya. Dia pun tidak mengatakan apapun selama dinasehati selain mengangguk dan berkata 'ya, saya minta maaf'. Pada guru itu. Tapi tidak padaku. Dan itu bukan merupakan beban bagiku. Sekiranya memang aku yang salah. Dia memang banyak masalah dan beban pikiran dan itu terlihat dari hari pertama aku masuk ke sekolah ini. Mungkin dengan kehadiranku itu lebih menjadi beban buatnya.

Dan aku pun memutuskan untuk tidak mendekatinya dulu sementara, walau sekarang tempat duduk kami terpisah jauh. Dari ujung ke ujung. Dan kelihatannya dia lebih nyaman dengan teman sebangkunya yang baru daripada aku.

Selama beberapa hari sebelum hari Rabu nanti aku akan kembali pindah sekolah. Sebenarnya aku ingin sekali mengulur waktu dengan mengatakan pada Kris dan yang lainnya kalau aku akan berada di sekolah ini beberapa hari ke depannya lagi setelah Rabu. Tapi itu akan menimbulkan kecurigaan tentunya. Selama ini kami semua belum pernah meminta tambahan waktu. Kalau tiba-tiba saja aku meminta tambahan waktu kurasa masalahnya akan berbelit-belit. Yang jelas aku harus bertaruh pada waktu. Menggantungkan semuanya pada peruntunganku. Entah aku bisa mendapatkannya atau tidak, itu tergantung padanya. Dia menyebalkan. Kenapa ada perempuan sepertinya? Bahkan kukira kalau aku menyerangnya dengan ketampananku, itu takkan berhasil. Yah, dilihat dari sikapnya itu mustahil. Bisa jadi dia akan berteriak menjijikkan padaku. Aku juga tidak bisa menghinanya balik karena aku bukan orang seperti itu. Lagipula, dia itu cantik.

Kalau aku menjengkelkan pada Kris dan yabg lainnya, itu wajar. Namun di sekolah dan di manapun, aku pelajar biasa. Ini memang terlalu rumit. Belum lagi, aku tentu harus meyakinkannya dengan cara yang membuatnya bisa merasa nyaman berada di dekatku. Perlahan saja sebelum hari Rabu depan nanti.

Entah kenapa dia itu susah sekali untuk di dekati. Justru karena itu maka aku harus mendekatinya tidak dengan cara yang terburu-buru. Karena aku masih ada waktu 4 hari lagi. Kurasa beban pikirannya nanti akan sedikit lebih berkurang. Tidak mungkin dia membiarkan beban pikirannya terus-menerus seperti itu.

Saat bel pulang berbunyi tepat pukul setengah tujuh, malam tentunya, lebih cepat atau lama sama saja, mungkin karena hari Jumat ini sekolah lebih banyak mengadakan ekstrakulikuler seperti basket atau olahraga lainnya di dalam gedung olahraga, aku tidak langsung bergerak cepat untuk pulang. Lebih baik menunggu tempat ini sedikit agak sepi, agar aku bisa pulang lebih cepat dengan Hackdevolve daripada menaiki bis. Lagipula aku tidak bawa uang. Karena uangku hari ini habis untuk membeli lensa kontak serta Tortellini. Namun saat melihat keluar dari jendela kelas, aku melihat mobil BMW putih yang kemarin aku lihat, sekarang ada di tempat parkir. Itu mobil teman Theyo. Gumamku. Dan sang pemilik pun keluar. Pria dengan mantel tebal dan kemeja serta celana hitam panjang yang pas di kakinya. Kurasa dia orang kantoran. Apa mungkin dia temannya Theyo?

Masih dalam posisiku sekarang, aku lalu mendengar suara derap sepatu yang semakin terdengar jelas. Segera aku bangkit dari kursiku untuk bersembunyi. Jangan-jangan petugas sekolah atau murid lainnya? Teriakku panik pada diri sendiri. Tentu tidak sempat melakukan Hackdevolve belum lagi harus melepas lensa kontak—aku tahu aku melakukan pemborosan, jangan salahkan aku yang tidak peduli. Lantas aku pun segera duduk di pojok kelas paling belakang sudut sebelah kiri. Di lihat dari sudut manapun dari depan takkan terlihat kecuali orang itu berjalan ke belakang. Karena aku tertutupi oleh meja-meja dan beberapa kursi. Timing yang tepat. Begitu aku terduduk, orang itu masuk.

"Idiot book."

Theyo? Aku terkejut mendengar suara makian yang begitu familiar. Ternyata dia yang melangkah masuk. Maka aku pun segera mengintip untuk mengetahui apa yang sedang ia lakukan. Walaupun dalam keadaan seperti ini aku bisa melakukan Hackdevolve setelah melepas lensa kontakku, namun aku mengurungkannya dan memilih berada di sini. Apa yang dilakukannya?

Ah, dia mengambil buku yang tertinggal di laci rupanya.

Saat aku bergerak memindahkan posisi dudukku, aku lalu tidak sengaja menimbulkan suara decitan pada meja yang berada persis di depanku. Maka yang sekarang kusadari bahwa Theyo langsung menoleh ke arah belakang. 

Sial...

"Ada seseorang?" terdengar dari suaranya, kurasa sekarang dia sedang menoleh ke sekeliling. Aku berharap dia tidak terlalu penasaran pada bunyi decitan tadi. Namun kini aku mendengar suara sepatunya yang melangkah perlahan. Kenapa dia tertarik pada bunyi seperti itu...

"Theyo."

Suara siapa itu?

Aku terkejut mendengar suara lain yang masuk ke ruangan ini. Suara seorang pria. Aku pun berusaha mengintip siapa pria yang datang langsung memanggil Theyo. Apa itu temannya tadi?

"Bagaimana oppa bisa tahu kalau aku di kelas?"

Oppa-nya?

"Saat aku sampai aku melihatmu berlari kembali ke kelas,"

"Oh. Aku meninggalkan bukuku," Theyo menunjukkan buku yang ia ambil dari laci mejanya itu.

"Kau mau langsung pulang?" tanya oppa-nya. Entah kenapa mereka memutuskan untuk berbincang di sini.

"Tadinya aku akan menghadiri ekstrakulikuler vokal. Kemarin aku mendaftar dan ini jadwal pertemuan pertama," jawab Theyo. Nadanya terlalu terkesan acuh tak acuh. Mungkin sedang ada masalah di antara mereka. Tapi, ekstrakulikuler vokal? Aku baru tahu kalau dia memiliki bakat itu.

"Sejak kapan kau mulai ingin belajar menyanyi?"

"Kau heran?"

"Tentu saja."

"Tsk. Aku hanya mau mengisi waktu luang. Jadi keparat sepertimu tidak perlu merasa kesal jika sewaktu-waktu melihatku pulang cepat dan berada di rumah,"

"Sejak kapan kau mulai sering memakiku?"

"Dan kau? Sejak kapan kau kemari?"

"Ibu bilang—"

"Untuk apa kau kemari? Hah? Kenapa kau bersikap seakan-akan tidak terjadi apa-apa? Dengan santainya kau bertanya dan mengajakku bicara. Kukira kau membenciku? Kukira kau membenci kita berdua?"

"Theyo! Kau—"

"Jangan membentakku! Kenapa kau mempersulit aku?! Katakan saja apa salahmu dengan begitu aku bisa memaafkannya! Kau pun tahu sendiri kalau aku tidak pernah dendam padamu, kau tahu itu tapi kau tidak mau memberitahu apapun! Kenapa... Kau... Kau kenapa?!"

Ada apa diantara mereka?

Aku terus bergumam karena tidak mengerti situasi kedua orang itu. Ini membuatku semakin penasaran. Ini adalah adegan yang sering muncul pada drama yang ditonton Dyo, Baekhyun, dan yang lainnya. Aku ingat beberapa drama itu. Karena hampir setiap hari mereka menontonnya, dan menceritakannya...

Sang adik memiliki wajah yang terlampau cantik lantas sang kakak menyukainya. Namun hubungan mereka tidak disetujui lantas mereka berdua diusir dari rumah mereka? Apa ini juga terjadi pada Theyo dan oppa-nya?

Atau sang adik sangat menyayangi kakaknya, sang kakak pun menyayangi sang adik. Mereka bahagia namun suatu ketika terjadi sebuah pertengkaran hebat. Sang adik lalu pergi meninggalkan kakak serta orang tuanya. Dia pergi tanpa tujuan dan bertemu seseorang yang membawanya pergi. Sang adik selalu merasa kesepian selama tidak bertemu kakaknya. Dia menderita dan hidup dalam kesengsaraan dengan orang yang membawanya pergi itu. Ending-nya, dia mati... Tapi aku tidak tahu jelas bagaimana lebih jelas rangkaian ceritanya...

"Kau tuli? Kau bisu? Atau kau buta? Lihat, sekarang Taehyun, aku bahkan tidak lagi memanggilmu oppa. Aku bahkan menatapmu seperti ini. Aku bahkan sudah berani memakimu. Kau mau tahu sejak kapan? Sejak aku terus menguras otak memikirkan kesalahanmu padaku," suasana menjadi hening selama beberapa saat, "Aku semalaman terus berkata bahwa apapun perbuatanmu, aku memaafkanmu. Aku tidak peduli apa itu. Tapi kumohon..." aku terkejut, kenapa Theyo sudah seperti itu namun oppa-nya hanya diam memerhatikannya. Kukira oppa-nya tidak mendengarkan apa yang dikatakan Theyo. Bahunya tiba-tiba naik turun karena terisak. Ia tetap berdiri dengan kedua tangan lurus di sebelah pahanya. Matanya menatap lurus kearah lawan bicaranya. "Kumohon jangan seperti ini..." suaranya bergetar. Hampir tidak bersuara sanking lembutnya ia bicara.

Namun, lama aku menunggu reaksi oppa-nya, tidak terjadi apa-apa. Dia tetap diam.

"Aku sudah mengatakan alasanku."

Baru dia bersuara.

"Why you do this to me..."  ia berucap semakin lirih. Aku jadi ingin sekali bertindak.

"I don't know."

Apa dia bilang? Oppa macam apa kau ini?

"I... I... beg you, oppa. Please... don't do this to me."

"Aku tidak melakukan apapun padamu."

"Oppa..."

"Kumohon padamu... jangan panggil aku seperti itu sambil menangis. Kau bilang bahkan tak lagi memanggilku begitu,"

"U-untuk terakhir kalinya, jawab aku, kenapa Taehyun? Kenapa?"

Tidak ada jawaban dari oppa-nya. Maka semua hening kecuali suara sorakan dari gedung olahraga, suara kendaraan dari luar, dan suara nafas masing-masing yang memenuhi kelas ini. Termasuk isakan kecil gadis itu dihadapan oppa-nya.

Ini tidak terlalu sunyi.

"K-kau benar-benar... tidak mau menjawabku?"

Theyo memecahkan keheningan. Namun pria di depannya tetap terdiam. Lantas segera ia berjalan pergi berlalu di sebelah oppa-nya begitu saja.

. What's going on now? Gerutuku dalam hati. Entah kenapa pria ini masih berdiri pada posisinya sekarang. Namun kurasa, tidak mungkin ia menyadari kehadira—

"Get out."

Atau mungkin tidak.

Mendengarnya ternyata tahu kehadiranku, aku lalu tersenyum. Bagaimana bisa? Tentu saja. Kurasa dia bisa merasakan aura kehadiranku.

Aku pun segera berdiri dari posisiku sekarang. Pria dengan rambut yang memiliki belahan poni di tengah itu langsung menatapku tajam. Wajahnya kukira begitu lain dari kemarin saat aku melihatnya dengan kacamata bulat mencapit di antara batang hidungnya.

"Aku minta maaf. Aku tidak bermaksud untuk... mendengar percakapanmu dengan Theyo," akuku setelahnya langsung tersenyum. Dengan paksaan.

"Kami tidak bercakap-cakap." jawabnya. Kali ini dia berkata sedatar mungkin terdengar di telingaku. Itu terdengar mengancam. Dan horror.

Dan itu mampu membuatku terdiam. Bingung melanjutkan apa yang harus kutanyakan. "Kalau begitu aku sungguh minta maaf. Aku temannya. Tapi baru beberapa hari karena aku murid baru di sini," dan aku tahu aku hanya bisa berkata minta maaf.

"You're not." ucapnya. Singkat. Namun tetap bisa membungkamku selama kurang lebih sepuluh detik. "Kau murid menyebalkan yang selalu diceritakan adikku." ucapnya mengintrogasi. Namun aku rasa telah timbul kesalahpahaman.

"Aku tidak melakukan apapun padanya. Tidak dalam tindakan fisik atau bentuk lainnya," tuturku berterus terang.

"Ah, kau bilang kau murid baru. Untuk apa kau pindah kemari?"

Kurasa itu pertanyaan sama sekali tidak terdengar aneh bagi orang lain. Namun ada bagiku. Seakan ada kecurigaan atau hal lainnya yang membuatnya bertanya itu. Dan kurasa dia menginginkan jawaban yang tidak biasa.

Aku kemari mencari Ace.

"Pekerjaan orang tuaku."

Kali ini kurasa aku harus berbohong.

"Kau tidak bermaksud mendekati adikku karena sesuatu, bukan? Karena dia bilang kau berusaha mendekatinya. Bahkan di hari pertama kau sekolah di sini,"

Pertanyaan makin membuatku merasa janggal. Apa jangan-jangan dia mengetahui sesuatu? Dan kali ini dia pun menginginkan jawaban yang tidak biasa juga.

Aku tidak berusaha mendekatinya. Namun setelah tahu dia Ace, aku berusaha mendekatinya.

"Tidak. Aku rasa aku tidak menyebalkan. Hanya saja dia mungkin alergi pada laki-laki," jawabku santai lalu tertawa kecil.

"Dia memang sedikit sensitif pada laki-laki. Yang berusaha mendekatinya. Namun dia belum pernah menceritakan tentang laki-laki manapun yang mengganggunya padaku,"

Skak mat. Kukira aku telah terpojok dengan perkataannya yang terdengar santai dan biasa. Dia curiga padaku yang mendekati Theyo. Bukan curiga tentang hal biasa yang sering dilakukan laki-laki lain padanya. Seperti berusaha mendekatinya karena suka. Namun, mungkin dia seakan-akan tahu maksudku. Dia seakan tahu aku mendekati Theyo bukan karena suka. Aku cerdik sekali bisa mengetahui hal ini.

"Ahh... Aku baru tahu itu,"

"Ya, lalu kenapa kau bersembunyi di situ?"

"Tidak ada. Tidak penting bagimu 'kan?"

"Penting karena kau menguping."

"Bisa bicara keintinya saja?" tanyaku kali ini dengan nada tidak ramah dan tatapan tak suka tentang perlakuannya memojokkanku. Dia mau tahu kalau aku ini tahu sesuatu mengenai Theyo yang sebenarnya?

"Kalau kau menginginkan adikku, itu tidak baik." ucapnya lalu menggeleng dengan mata terpejam. "Sebaiknya tidak usah. Aku 'kan oppa-nya,"

Aku terdiam pada tempatku. "Um... yeah. I know."

"I'm always watching on her, now I'll be watching on you too. Please becareful." dia pun berbalik seraya mengatakan hal yang terdengar benar-benar seperti ancaman yang halus untukku, dan pergi. Kata 'menginginkan' yang dia ucapkan itu membuatku terpikirkan sesuatu.

Apa dia salah satu bagian dari kami?

 

 

*Today, 3 days before Wednesday...

Hari Sabtu ini berjalan normal. Theyo bersikap seperti biasa. Tanpaku yang tentu akan mengganggu dan membangkitkan kemarah

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Riaa_Osehhlovu #1
Chapter 48: Antara ecxited sama sedih tokoh utamanya ganti :')
Tapi tetep bakal nunggu sekuelnya koks
ChanCartSoo #2
Chapter 48: Save offline nya di disable ama authornya


Bgst
ChanCartSoo #3
Chapter 48: Q suka lah ni cerite
zaa29b_byeol
#4
Chapter 47: Ini aku belum baca ya? Ah bodo amat. Bagus, bloom! Great one!
crunchymiki
#5
Chapter 47: ane nyengir-nyengir sendiri bacanya anjjayyy >\\\\<
alterallegra #6
Chapter 47: Wow.. Great ff Story i have read ever..
Jongin-ahh #7
Chapter 47: Endingnya gantung bgt gitu authornim T.T
Jongin-ahh #8
Chapter 47: Gue senyum2 sendiri baca ini T.T lebih sweet dr es krimnya theyo ini mah:3
Jongin-ahh #9
Chapter 44: Gue baca dari awal masa T.T chapter ini menggemaskan ><
keyhobbs
#10
Chapter 47: wwoahh!!!author jjang! Gmana bisa endingnya sekeren ini, ya ampun, dan Taehyun akhirnya sama Dara yeyy!! Terus terus Theyo sama Luhan, awalnya aku lebih suka kalo Theyo sama Baek tpi pas baca scene yg mereka jadian jadi ikutan seneng juga, jdinya bingung-_- sebenernya aku suka Theyo-Luhan atau Baek-yo hihi, tpi y sudahlah ya, yg penting pada akhirnya semuanya bahagia,hihi!