Page31: Slighted

Hacker
Please Subscribe to read the full chapter

—3rd POV—

Duduk termenung di depan laptopnya, Taehyun rupanya diam-diam juga memperhatikan jarum detik yang berputar. Jam segini entah adiknya sudah pulang atau belum, ia jadi teringat janjinya akan mengajaknya jalan-jalan malam ini. Tapi ia juga harus melakukan sesuatu.

Beberapa hari terakhir, Taehyun tahu ia sedang memikirkan sesuatu yang berat dalam otaknya. Ya, ia memikirkan Dara. Wanita itu menyebalkan sekali, mungkin baginya, karena sialnya Dara itu yang ia anggap beban pikiran. Ia kira sekarang sudah menjadi kebiasaan Dara datang ke kantornya dan makan siang bersama di sebuah food court atau cafe. Ia kira rencana yang ia buat jadi berantakan akibat apa yang dikatakan Theyo. Ia terngiang-ngiang reaksi adiknya pada malam itu.

Kenapa? Ia tidak pernah terlalu tertarik pada Dara. Wanita itu baik sekali. Ia menjaminnya. Tidak ada chemistry apapun yang membuat ia bisa menyukai wanita sepertinya selain makan siang atau minum kopi bersama. Bisa dibilang wanita itu benar-benar penulis sukses. Ya, pendidikannya bagus dan ia juga mendapat begitu banyak opini yang baik dari orang-orang di sekitarnya dan, oh, Taehyun juga yang ikut beropini baik tentangnya.

Menggigiti kuku jarinya terlalu kuat, ia lalu kembali sadar dari lamunannya. Sekarang jam 18.45, itu yang ditunjukkan jam dinding di dalam ruangannya.

Taehyun hampir terkejut lalu langsung terburu membuka kunci layar ponselnya dan mengirim pesan pada seseorang. Dari balasan yang ia dapat, di situ tertulis; 'Kebetulan. Aku sedang di kantor redaksi.'. Dan ya, itu Dara.

Taehyun meletakkan ponselnya, pandangannya lalu teralihkan pada laptopnya yang masih menyala. Ia membuka kembali website-nya dan langsung mengarahkan kursor pada list Ace di sana. Ia sudah berpikir terlalu lama jadi saat itu juga ia mengklik tombol cancel pada salah satu Ace.

Ia meng-cancel Dara, kemudian beranjak dari tempat duduknya dan mulai membereskan barang-barang yang berserak di atas meja. Sebenarnya hanya laptop dan beberapa lembar kertas saja.

Ia berjalan keluar dengan langkah yang ia besar-besarkan. Keluar dari ruangannya ia langsung menunggu di depan lift. Terdengar bunyi ting, pintu lift terbuka dan muncul orang tak terduga dari dalam sana. Lagi-lagi Dara.

"Kau mau pergi?" tanya wanita itu—walaupun ia sudah tahu jelas jawabannya. Masih berdiri di dalam lift, menatap Taehyun yang tidak menjawab dan langsung masuk ke dalam. Dara lalu menekan tombol lantai dasar, sebenarnya Taehyun berencana ke basement agar ia bisa langsung ke tempat parkir tanpa perlu memilih jalan yang memutar-mutar. "Aku baru akan pergi dengan adikku ke mall jadi mampir kemari,"

Siapa yang bertanya... "Oh, aku juga." jawab Taehyun santai.

"Itu bagus. Kita bisa pergi berempat."

Taehyun melirik ke arah Dara diam-diam. Wanita itu mengajaknya bicara tanpa menoleh ke arahnya, dia masih tersenyum terlihat dari pantulan pintu lift. Beberapa detik mereka terdiam, sampai Taehyun menghela nafas panjang dan berkata, "Dara,"

"Aku merasakannya." Dara tiba-tiba berkata tanpa tahu pernyataan itu membingungkan Taehyun. "Jangan berakting lagi di depan mereka." lanjutnya lagi dengan nada yang begitu pelan.

Taehyun yang dari tadi hanya memerhatikannya melalui pantulan dirinya di pintu lift lalu menoleh ke arah Dara, memasang raut bingung di wajahnya. Baru ia akan mengatakan sesuatu wanita itu sudah bicara lagi. 

"Hubunganmu denganku yang sebenarnya, tidak lebih antara editor, dan penulis, bukan? Kalau kau merasa tidak nyaman aku menyukaimu, kau boleh bilang." tuturnya diakhiri dengan helaan nafas panjang.

Lagi, sebelum Taehyun menjawab, pintu lift sudah lebih dulu terbuka. Ia benar-benar ditinggalkan dalam situasi buruk—kebingungan. Namun Dara sudah berjalan keluar cepat-cepat terdengar juga dari hak sepatunya yang beradu dengan lantai. Taehyun mengacak rambutnya setelah keluar dari lift, ia berlari menghampiri Dara dan menghadang jalan wanita itu. Bibir yang biasanya tersenyum manis menjadi lengkungan yang membuatnya begitu kentara dengan ekspresi sedih. "Minggir."

Taehyun bergeming, Dara lalu memilih berjalan di sampingnya, tapi saat itu Taehyun kembali mencegat wanita itu. "Kalau kau mau kau bisa terus datang mengajakku makan siang atau semacamnya." usul Taehyun. Bahkan tidak tahu hal apa yang sedang ia bicarakan.

Dara mendengus mendengar perkataan itu. Matanya terlihat merah saat ia kembali menatap Taehyun. "Egois." desisnya, kembali ingin Taehyun menyingkir dari hadapannya. Kalau Taehyun bisa merasakannya, ia pasti tahu kenapa ia mengatakan hal itu. Egois. Untuk apa ia menyapanya setiap hari dan makan siang bersama dengan orang yang ia pikir merasa jengkel dengan tindakannya. Tapi orang itu tetap menerima tawarannya dan tersenyum manis melelehkan. Ia merasa tolol. Itu saja.

Dara kembali berjalan melalui Taehyun, namun langkahnya terhenti saat Taehyun bicara lagi, "Kau mau tahu bagaimana itu wanita yang kusukai?"

Membelakangi wanita itu, Taehyun kembali melanjutkan kalimatnya. Karena ia tahu Dara masih berdiri menunggu ia melanjutkan perkataannya.

"Dia tetap menyayangiku walaupun aku pernah menyakitinya. Walaupun ia bersikap tak acuh tapi ternyata dari hatinya ia menyanyangiku dan walaupun tidak tahu bagaimana cara menunjukkan rasa perhatiannya ia tetap melakukan hal-hal yang tanpa ia sadari adalah bentuk perhatian yang sangat natural," Taehyun lalu berbalik. "Dia mengerti betul orang seperti apa aku. Dia menyukai makanan yang kusukai. Dan dia tidak pernah berusaha menjadi yang tercantik ketika berada di sekitarku. Aku harap itu adalah kau, Ms. Kwon."

Ia belum selesai menjelaskan, namun saat itu juga Dara berbalik tanpa mengatakan sepatah katapun untuk bisa ia jadikan komentar. Ia menatap Taehyun yang memasang wajah begitu datar.

"Tapi fakta yang benar-benar mengejutkan, wanita itu adalah adikku sendiri."

Saat itu kalimat itu keluar, Dara benar-benar terkejut. Ia benar-benar tidak dapat mengatakan apapun selain alis bertaut kaget yang menunjukkan reaksinya. Itu hanya alibi, hanya alasan agar Dara tahu kenyataan yang sebenarnya walaupun itu menyakiti perasaan wanita itu.

"Selamat malam." ucap Taehyun memberikannya salam mengakhiri pembicaraan mereka. Mungkin, hanya mungkin, Taehyun pikir mulai sekarang mereka tidak lagi ada hubungan apapun. Dan mungkin lagi, ia tidak akan merasa jengkel sendiri dan pikirannya jauh terasa lebih ringan. Sangat ringan, terasa bagaimana kakinya melangkah ke area parkir untuk menjemput seseorang.

***

Sekolah sudah membunyikan bel pulang tiga puluh menit lalu, tidak langsung membubarkan seluruh isi sekolah. Theyo yang menunggu di dalam di perpustakaan sesekali menoleh keluar dan tidak melihat tanda-tanda mobil Taehyun datang menjemputnya di sana. Ia menghela nafas lelah, langsung berdiri dari tempat duduknya dan berjalan keluar dari sana. Jadi ia menunggu Taehyun dengan duduk di halte dengan beberapa murid lainnya. Ia menunggu oppa itu karena tahu, kalau Taehyun benar-benar membuat janji ia tidak akan berani tidak menepatinya.

Dua puluh menit kemudian, sekarang hanya tinggal ia sendiri, dan Taehyun belum juga datang. Membuatnya menunggu begitu lama, dan wajahnya terlihat sedikit memucat ditambah sungutan kesal dari bibirnya yang tidak berhenti keluar.

Baru saja ia berniat berdiri untuk masuk ke dalam bis kedelapan jurusannya yang berhenti di halte tempatnya duduk, sebuah mobil putih muncul tepat di belakang bis itu.

"Nah, finally." gumamnya lalu berbelok berjalan ke arah mobil itu dengan langkah gontai. Tidak mengambil tempat duduk di sebelah kursi kemudi, ia malah membuka pintu belakang dan masuk ke kursi penumpang. Pemilik mobil yang memerhatikannya dengan bingung belum sempat bertanya karena Theyo langsung berkata dengan nada tak tertarik diajak bicara. "Kita pulang. Aku lelah. Jangan tanya." Theyo langsung melepas tasnya dan menyandarkan kepalanya pada kaca jendela lalu memejamkan mata.

"Aku akan—"

"Tidak." jawabnya dengan begitu datar, tetap dalam posisinya. Kalau mahluk itu kembali bersuara ia pasti akan berteriak saat ini juga.

Taehyun malah menyeringai lalu berkata, "Baiklah. Aku memaksa, kita akan makan malam." tidak mempan pada nada datar yang mungkin berisi ancaman itu, Taehyun lalu mulai melajukan mobilnya pergi.

"Yak!" Theyo seketika langsung membuka matanya lebar-lebar. Tapi melihat pantulan wajah Taehyun dari kaca sudah membuatnya cukup muak. Dia menyeringai! "Ssh..." desisnya tidak mau membalas lagi dan kembali memejamkan matanya.

***

Taehyun tidak tahan melihat bagaimana Theyo tetap memasang wajah merengut saat mereka berdua memasuki mall. Dia hanya menatap lurus ke depan dengan tatapan dongkol—tidak—bahkan cara ia berjalan dengan menyeret kakinya sudah menunjukkan seberapa dongkol ia sekarang. Neraka untuk Taehyun kalau tetap membuatnya benar-benar dalam mood yang buruk akibat membuang waktunya.

Tiba-tiba saja Taehyun yang berjalan sejajar dengannya merangkulkan tangannya di leher Theyo, bertanya dengan nada santai. "Hmm, es krim lagi?" andai saja ia melihat bagaimana dongkolnya tatapan orang yang ia rangkul sekarang. Ia memang sudah tahu sih.

Theyo membalas datar, singkat, "Tch," ia mencoba menolak tawaran itu. "Tidak."

"Bioskop?" tawarnya lagi.

"Tidak."

"Karaoke?"

"Tidak."

"Game center?"

"Semuanya membosankan."

Taehyun tersenyum, ia lalu melepas rangkulannya, "Yasudah," Taehyun berhenti hanya untuk mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya, mencoba tidak tertarik pada apa yang dilakukan Taehyun, Theyo lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain dengan tangan terlipat. "Ini." ujarnya meraih tangan kanan Theyo dan memberikan uang itu padanya. Theyo mengernyit heran, memandangi uang di tangannya bingung lalu menatap Taehyun dengan tatapan menanyakan apa maksudnya. "Terserah mau kau apakan. Aku akan pergi makan es krim. Dah~" Taehyun tersenyum manis, melambai pada adiknya yang menganga tak percaya saat ia mulai berjalan pergi.

Theyo terkejut, bahunya menjadi tegang dan ia meremas uang dalam kepalannya itu hingga tangannya berurat, "Ya, makan sana! Aku akan pulang!" teriaknya langsung berbalik membuat langkah lebar ke arah pintu masuk mall tadi. Taehyun benar-benar membuatnya kesal, marah sendiri padahal dia tidak melakukan apa pun. Dia saja yang cari perhatian, parahnya ia malah berharap Taehyun berbalik untuk mencegatnya pergi. Tapi, sampai ia di pintu masuk, tidak ada alarm yang menandakan Taehyun benar-benar akan mencegatnya pergi. "Aissh! Benar-benar!" desisnya terlampau geram sambil menghentakkan sepatunya dengan keras ke lantai. Menarik beberapa pasang mata yang memandanginya heran.

Theyo lalu membalikkan tubuhnya, matanya langsung menangkap sosok tinggi Taehyun yang memakai kemeja putih dengan lengan yang tergulung, celana hitam, dan sepatu leather, menggantung mantelnya pada lengannya. Dia yang dengan gaya terlalu santai berjalan akan berbelok untuk menaiki eskalator—yang mana, tentu saja itu membuat kepala Theyo mendidih—tidak, bahkan seluruh darahnya.

Ia menyentak-nyentakkan sepatunya begitu jelas ia berjalan mendatangi kunyuk itu seperti akan menerkamnya dari belakang. "OPPA!" panggilnya dan Taehyun tidak berhenti untuk menoleh. Tapi kita tahu, dia sedang tersenyum penuh kemenangan dengan begitu lebar. "Nam Taehyun!"

Baru ia menoleh ke belakang, langsung menemukan wajah berapi-api yang sekarang ada di hadapannya. "Lho, tidak jadi pulang?" sindirnya berpura-pura terkejut, tapi ia tersenyum dalam hati.

Theyo menggertakkan giginya keras dan tangannya masih terkepal, "Tidak. Lalu kenapa?" jawabnya ketus, kini ia menginjak sepatu Taehyun dengan begitu kuat sampai Taehyun benar-benar meringis kesakitan.

"Astaga anak ini benar-benar... Untuk apa ini?!" protesnya. Tapi, pelakunya hanya melengos pergi menaiki eskalator dengan tangan terlipat arogan di depan dada, merasa seperti tidak melakukan kekerasan apapun.

"Ke lantai dua." titahnya entah kenapa merasa puas. Ia lalu mengulas senyuman kecil karena tahu-tahu Taehyun sudah berada di sebelahnya dan kembali merangkul lehernya.

"Aku yang traktir." Taehyun dengan percaya diri mengangkat sebelah sudut bibirnya dan menoleh ke bawah—ya, tinggi adiknya hanya sebatas hidungnya, setidaknya lebih beberapa milimeter lagi.

"That's your duty." balasnya cepat.

Taehyun malah mencubit pipinya gemas, lagi-lagi, ia tersenyum manis.

***

"Lagi?"

Taehyun tersentak di kursinya, ia lalu langsung mengingatkan, "Theyo, ini sudah yang ke berapa? Ayo kita makan nasi atau apalah." ia menunjuk tumpukan piring di meja mereka penuh kejutan. Ia bahkan tidak ada waktu untuk menghitung jumlahnya.

"Satu lagi saja. Aku tidak peduli kau menolaknya," Theyo lalu memicingkan mata ke arah tabel menu yang tergantung di atas kasir. Ia menempelkan sendok es krim pada bibirnya yang mengerucut lucu. Taehyun malah terkekeh, ia kira anak di depannya ini mabuk atau apa. "Coklat!"

"Ya, coklat."

"Boleh 'kan?" tunjuknya mengacungkan jari telunjuknya, mengedip-ngedipkan mata dan tersenyum semanis mungkin. Tanpa sadar, ber-aegyo ria sendiri.

Taehyun hampir menunjukkan wajahnya yang dongkol, tapi dia menghela nafas panjang dan bertanya untuk memastikan, "Kau yakin baik-baik saja? Kau sakit?" dia mulai menautkan alis cemas. Theyo lalu menggeleng cepat. "Kau ada makan sesuatu seharian ini?"

Menyebutkan kata makan sesuatu, adiknya mengernyit terkejut, ekspresinya sempat berubah namun kembali tersenyum lebar dan mengangguk. Seingatnya ia hanya makan sandwich.

Dan lagi-lagi, Taehyun menghela nafas menatap adiknya agak ragu dengan jawaban itu. "Baiklah, setelah itu kita makan malam, oke?"

Theyo tersenyum semakin bahagia langsung menyambut Taehyun dengan nyanyian riangnya yang terdengar sumbang—tidak heran beberapa hari lalu ia dikeluarkan dari klub paduan suara, "Thank you!"

Theyo lalu beranjak untuk kembali memesan setelah menerima uang dari Taehyun, berdiri mengantri untuk yang ke sekian kalinya. Hm, tapi itu malah membuat Taehyun merasa senang.

Tiba giliran Theyo, Taehyun dapat melihat sang petugas yang melayaninya ternganga takjub, kemudian matanya beralih pada tumpukan piring di meja Taehyun. Namun selanjutnya petugas itu kembali tersenyum profesional, langsung membawa pesanan Theyo.

Tidak sampai dua menit, Theyo sudah membawa mangkuk es krimnya. "Whoa~" matanya berbinar cerah memandangi topping-topping cantik di atas es krim coklat yang dicetak seperti cake itu. Ia berjalan tak sabaran kembali ke arah Taehyun, sampai seseorang tidak sengaja menabrak tubuhnya dan es krim itu terjatuh, mengalihkan perhatian semua orang pada insiden kecil mereka.

"YAK!"

"Maaf, aku minta maaf." ujar pria yang sepertinya seumuran dengannya itu. Tanpa ia kira, orang yang ia tabrak langsung membentak.

"Maaf kau bilang?" Theyo menatap pria itu seakan-akan kata maaf itu begitu konyol keluar dari mulutnya. "Lihat apa yang kau lakukan pada makananku? Dan minumanmu tumpah mengenai rok sekolahku. Sebenarnya apa yang kau pakai untuk melihat kalau ada orang di depanmu? Hah?" ia benar-benar dikuasai oleh kemarahannya sendiri. Sementara pria di depannya membungkuk beberapa kali sambil meminta maaf lalu mengeluarkan dompetnya.

"Tidak, tidak usah." Taehyun tiba-tiba saja muncul, menahan pria itu saat akan memberikan uangnya sambil tersenyum sopan. Ia beralih cepat pada Th

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Riaa_Osehhlovu #1
Chapter 48: Antara ecxited sama sedih tokoh utamanya ganti :')
Tapi tetep bakal nunggu sekuelnya koks
ChanCartSoo #2
Chapter 48: Save offline nya di disable ama authornya


Bgst
ChanCartSoo #3
Chapter 48: Q suka lah ni cerite
zaa29b_byeol
#4
Chapter 47: Ini aku belum baca ya? Ah bodo amat. Bagus, bloom! Great one!
crunchymiki
#5
Chapter 47: ane nyengir-nyengir sendiri bacanya anjjayyy >\\\\<
alterallegra #6
Chapter 47: Wow.. Great ff Story i have read ever..
Jongin-ahh #7
Chapter 47: Endingnya gantung bgt gitu authornim T.T
Jongin-ahh #8
Chapter 47: Gue senyum2 sendiri baca ini T.T lebih sweet dr es krimnya theyo ini mah:3
Jongin-ahh #9
Chapter 44: Gue baca dari awal masa T.T chapter ini menggemaskan ><
keyhobbs
#10
Chapter 47: wwoahh!!!author jjang! Gmana bisa endingnya sekeren ini, ya ampun, dan Taehyun akhirnya sama Dara yeyy!! Terus terus Theyo sama Luhan, awalnya aku lebih suka kalo Theyo sama Baek tpi pas baca scene yg mereka jadian jadi ikutan seneng juga, jdinya bingung-_- sebenernya aku suka Theyo-Luhan atau Baek-yo hihi, tpi y sudahlah ya, yg penting pada akhirnya semuanya bahagia,hihi!