Page41: Unexpected Appearance

Hacker
Please Subscribe to read the full chapter

Jadi waktu itu antara hari Rabu atau Kamis, sekitar beberapa hari setelah Taehyun dan adiknya masuk rumah sakit. Sebenarnya niat Dara meluangkan waktu sudah dari hari pertama editornya itu kecelakaan. Tapi entah kenapa mendatangi rumah sakit pun rasanya dia memerlukan mental yang kuat. Jadi beberapa kali ia hanya datang diam-diam dan siang ini dia akan datang lagi.

Pakaiannya kali ini kasual. Bukan sebuah turtle neck, coat, lalu sepatu hak yang selalu membuat ia diklaim sebagai wanita elegan. Namun, ia mengenakan sebuah kaos longgar ber-print nama plus logo tim baseball nasional Korea Selatan, celana jins, sepatu kets, dan cap Sanghyun yang berwarna merah serasi dengan bajunya. Tangan kiri menggenggam kunci mobil erat-erat, sedang yang satu lagi membawa paper bag berisi satu-satunya hal yang dapat ia berikan, sebuah buku novelnya. Buku novel itu tidak untuk dirilis, buku novel itu adalah novel pertama yang ia tulis dan hanya ada satu-satunya di dunia ini. Tak bisa dipungkiri kalau itu adalah hal yang paling berharga dalam hidupnya.

Kakinya melangkah semakin pelan manakala kamar pasien Taehyun sudah dekat. Ia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya, tersenyum pada diri sendiri lalu menyiapkan tenaga pada sebelah tangannya hanya untuk menggeser pintu.

***

Baekhyun resah. Sibuk menukar-nukar posisi duduknya sementara sang guru di depan kelas sedang menerangkan. Di bawah meja tangannya mengetik balasan pesan untuk Sehun yang berada di kelas sebelah, tak sadar sedang diperhatikan.

"Byun Baekhyun."

Tahu dirinya dipanggil, Baekhyun beranjak dari sana lalu menyampirkan tas sekolah di bahu. Dengan gesit melesat keluar kelas tak menghiraukan panggilan kedua namanya untuk bertemu Sehun yang sama-sama pergi bolos kelas di lapangan bola, keduanya lalu memutuskan untuk bertahan di sana sambil berbincang menunggu bel pulang yang akan berbunyi sekitar lima belas menit lagi.

"Baekhyun,"

"Hentikan, Sehun. Aku tahu maksudmu."

"Tidak. Kau tidak tahu maksudku. Kali ini takkan kubiarkan kau mengambil keputusan sendiri lagi."

Baekhyun terkekeh dengan suara parau, membuka topinya lalu mengacak-acak rambut. "Dengan apa kau akan menghentikanku?"

"Aku tidak tahu. Yang jelas aku takkan membiarkanmu menemui Theyo secara langsung sebelum Kris mengatakan yang sebenarnya pada ahjumma."

"Lalu apa bedanya?" menaikkan sebelah alis, Baekhyun menatap lucu Sehun.

"Kau lupa apa yang kau lakukan padanya kemarin," Sehun mengingatkan, kekehan Baekhyun makin keras.

"Oh Sehun. Susah payah kau mengingatkan aku mengenai hal itu."

"Then, what's the point if you meet and apologize to her? She definitely won't accept your apologize. She won't forgive you nor one of us,"

"We'll see,"

"Baekhyun, jika kau melakukan hal itu berarti kau mengacaukan rencanamu sendiri," Sehun menaikkan nada bicara, tak tahu temannya yang kini mencabuti rumput asal-asalan itu menarik lendir di hidung.

"Aku demam lagi,"

"Tsk!" Sehun menepuk kening, tahu kalau akhirnya ia pasti bakal mengalah pada Baekhyun.

"Aku mau Theyo memaafkanku lebih dulu sebelum aku mengaku pada ahjumma itu aku yang membuat anaknya masuk rumah sakit," kemudian suara Baekhyun berubah lirih. Meletakan dagunya pada lutut yang tertekuk tak mau menerima argumen lainnya yang akan keluar dari bibir Sehun. "Kau tahu, Sehun, Theyo tidak mungkin tidak akan memaafkanku,"

Menggeleng disertai nafas panjang, Sehun mulai berpikir Baekhyun pasti kembali berangan-angan.

"Atas dasar apa kau bicara begitu yakin?" tanya Sehun merespon. Ikut-ikutan menggunduli rerumputan di dekat sepatunya perlahan.

"Aku memiliki satu permintaan yang harus dikabulkannya."

Perlahan-lahan, alis Sehun semakin bertaut. Keheningan terjadi akibat ia yang diam berusaha mencerna apa yang baru saja Baekhyun katakan padanya. Tak berniat bertanya lebih jauh, Sehun lagi-lagi cuma geming.

Namun, begitu Baekhyun kembali memasang topinya, pemuda pucat itu tersentak dan ikut berdiri mengikuti Baekhyun yang kini secara tiba-tiba mengambil langkah seribu.

Tahu apa yang akan dilakukan pemuda itu, Sehun merogoh kantung celana sekolahnya terburu-buru dan mengeluarkan kunci sepeda dari dalam sana.

***

Kentara jelas saat ini Kris, Chanyeol, dan Kyungsoo yang sudah berada di kafe untuk bekerja merasakan keringat dingin menuruni pelipis masing-masing. Kecuali Baekhyun dan Sehun yang Kris kira akan datang terlambat lagi sore ini. Diam di posisi mereka masing-masing, mereka tidak bisa mengalihkan pandangan satu sama lain dengan ketegangan otot bahu yang sama. Baekhyun belum datang, jadi beberapa siswi SMA yang lewat tidak jadi masuk ke dalam kafe, membuat tempat ini sedikit lebih tenang.

Ibu Theyo lalu nampak keluar dari ruang kerjanya, ia yang mengecek isi tas dan terlihat dari pakaiannya ingin pergi ke suatu tempat membuat Kris bingung harus bicara empat mata dengannya hari ini atau tidak.

"Ahjumma," panggil Kris sambil berlari ke arah wanita itu.

Ibu Theyo mengangkat kepala, meresleting tas kemudian berhenti melangkah.

"Kau akan ke mana?" tanya Kris. Perhatian kedua temannya sekarang benar-benar terpusat pada apa yang akan dikatakan ia dan ibu Theyo.

"Ah ya, aku menunggu suamiku. Aku hanya akan pergi sebentar," jawabnya disertai senyuman lalu berniat mengambil tempat duduk. Kris mengikutinya dari belakang, langkahnya bergetar saat mendapati bosnya menatap ia heran. "Kau membutuhkan sesuatu, Kris?"

Kris diam selama beberapa saat. "Kapan kau akan kembali? Aku memiliki sesuatu yang harus kubicarakan padamu."

"Tidak lama, Kris. Bicaralah sekarang sebelum suamiku datang." ibu Theyo kembali membalas dengan senyuman lemah.

Tahu ada sesuatu yang pasti lagi-lagi menimpa ibu dua anak tersebut, Kris bertanya hati-hati. Kalau benar itu pasti menyangkut pasal anaknya yang masuk rumah sakit kemarin atau sesuatu kembali terjadi pada anaknya sama seperti kemarin ia pergi secara tiba-tiba seperti yang dikatakan Xiumin dan Tao.

"Theyo... baik-baik saja 'kan?"

Diam, Kris membuat kesimpulan kalau jawabannya adalah tidak. Apa? Kenapa? Ia tidak mau tahu lagi kalau apa jangan-jangan Baekhyun dan Sehun berbuat ulah kembali seperti kemarin oleh karena itu mereka datang begitu telat hari ini?

"Ahjumma—"

Ibu Theyo membuang nafas kasar membuat Kris menahan kata-katanya. Wanita itu lalu mengepalkan tangan membuat keriput pada punggung tangannya tertarik. "Aku harus membawanya ke psikiater."

Di situ otot kelopak mata Kris tertarik, membuatnya membelalak termasuk Chanyeol dan Kyungsoo yang sedang mengupingnya.

Tidak salah lagi, Kris tahu ini adalah akibat dari apa yang ia dengar pada rekaman suara yang diberitahukan Baekhyun padanya kemarin. Dan ini sama saja dengan menggali liang kubur untuk diri sendiri.

Kris tahu, bila membiarkan ahjumma ini tahu jika semua perkataan anaknya kemarin adalah benar, nasibnya dan pekerjaan yang begitu mudah didapatkan di sini seratus persen akan lenyap dalam satu kedipan mata. Bayangkan saja, jika ibu Theyo tahu kalau pegawai yang ia rekrut adalah orang yang telah menyebabkan ia membuat pemikiran terkejam untuk anaknya sendiri. Ia menganggap anaknya sendiri sudah gila sehingga ia dan suaminya memutuskan membawa anak gadisnya itu ke psikiater.

Kris sama sekali tidak menyangka akan seperti ini jadinya. Jika dari awal Theyo tidak masuk rumah sakit, wanita tua di depannya ini takkan sampai pada kesimpulannya yang salah besar itu.

Lalu apa yang akan terjadi bila ia benar-benar membiarkan Theyo dibawa oleh ibunya nanti?

Kris mengangguk yakin pada apa yang akan ia lakukan dalam hati. Menyimpulkan kalau sebaiknya ahjumma ini tahu kalau mereka semua memang adalah Hacker dari mulut anaknya sendiri nantinya.

Mendengar bunyi krincing dari pintu masuk, membuyarkan Kris dari lamunan panjangnya. Ayah Theyo masuk dan istrinya segera beranjak dari sana.

Kris masih diam saat ahjumma hanya menepuk bahunya agar segera pergi kembali bekerja.

Begitu orang tua Theyo hilang dari pandangan, Chanyeol menghampiri Kris. Pemuda itu mengernyitkan dahi saat hanya dilihatnya Kris diam dengan kepalan tangan kentara jelas di sebelah kedua pahanya.

"Kris? Kau membiarkan ahjumma membawa Theyo ke psikiater?!" seru Chanyeol dengan matanya yang masih membulat. "Apa yang kau pikirkan?! Gadis itu akan

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Riaa_Osehhlovu #1
Chapter 48: Antara ecxited sama sedih tokoh utamanya ganti :')
Tapi tetep bakal nunggu sekuelnya koks
ChanCartSoo #2
Chapter 48: Save offline nya di disable ama authornya


Bgst
ChanCartSoo #3
Chapter 48: Q suka lah ni cerite
zaa29b_byeol
#4
Chapter 47: Ini aku belum baca ya? Ah bodo amat. Bagus, bloom! Great one!
crunchymiki
#5
Chapter 47: ane nyengir-nyengir sendiri bacanya anjjayyy >\\\\<
alterallegra #6
Chapter 47: Wow.. Great ff Story i have read ever..
Jongin-ahh #7
Chapter 47: Endingnya gantung bgt gitu authornim T.T
Jongin-ahh #8
Chapter 47: Gue senyum2 sendiri baca ini T.T lebih sweet dr es krimnya theyo ini mah:3
Jongin-ahh #9
Chapter 44: Gue baca dari awal masa T.T chapter ini menggemaskan ><
keyhobbs
#10
Chapter 47: wwoahh!!!author jjang! Gmana bisa endingnya sekeren ini, ya ampun, dan Taehyun akhirnya sama Dara yeyy!! Terus terus Theyo sama Luhan, awalnya aku lebih suka kalo Theyo sama Baek tpi pas baca scene yg mereka jadian jadi ikutan seneng juga, jdinya bingung-_- sebenernya aku suka Theyo-Luhan atau Baek-yo hihi, tpi y sudahlah ya, yg penting pada akhirnya semuanya bahagia,hihi!