Page3: Magic And Logic

Hacker
Please Subscribe to read the full chapter

Langit sudah gelap, dan sebentar lagi akan berbunyi, alat yang menentukan taraf kewarasanku di sekolah hari ini. Jika biasanya aku menjalani hari-hariku dengan santai tanpa beban, kalau biasanya aku selalu tenang dan bersikap dingin, dan kalau biasanya aku selalu diam tanpa berani mengucapkan kata kasar apapun—di depan guru, dan terakhir, kalau biasanya aku bahkan tidak pernah melamunkan apapun selain belajar atau menyalin catatan. Dan karena sebuah pena, hancur statusku sebagai murid teladan di mata Mrs. Song, guru kimia yang hatinya sangat sulit untuk ditahlukkan oleh murid manapun. Kukira dia menyukaiku karena selalu aktif dan serius saat belajar dengannya. Sedikit banyak hal itu membuatku merasa bangga.

Namun aku harus segera menyelesaikan masalah pikiranku. Ayolah, aku harus tahu website itu dari mulut Luhan. Agar ada sedikit jalan keluar dan aku berhenti memikirkan hal-hal aneh dan mistis dari... kemarin.

"Eh, kalau kau mau, mampir saja kerumahku. Di rumahku, ada dongsaeng-ku, dan hyung-ku," ketika aku selesai menyampirkan tasku di bahu, aku lalu menoleh ke arahnya. Mengangkat sebelah alisku dengan tatapan mengajukan pertanyaan.

"Kau bicara padaku?"

"Bagaimana kalau kau ke rumahku sekarang?"

Harapanmu. Aku memutar bola mataku mengabaikan permintaan anehnya itu. Segera aku berjalan santai untuk segera keluar dari... kau tahu aku menyebut ruangan berisi dua puluh lima murid ini apa, jadi aku tidak perlu menyebutkannya.

Sudah kutebak, dia mengikuti langkah kakiku. Berjalan sejajar di sampingku sambil berusaha menarik ekor mataku agar menoleh ke arahnya

"Dan?"

"Di rumahku ada dongsaeng-ku, dan hyung-ku," tuturnya penuh harap. Harapan agar aku setuju. Dan bisa kutebak kalau aku menjawab tidak, dia akan memaksa, "Kalau kau tidak mau... tidak apa-apa sih... Habis aku bilang akan memberitahumu mengenai hal tadi,"

Atau mungkin tidak.

Malah aku yang merasa terpancing sekarang. "Dan mana ibumu atau ayahmu?"

"Aku... tidak punya—"

"Cukup!" dengan cepat, aku memotong perkataannya sekaligus menghentikan langkahku, dan dia pun berhenti. Menatapku dengan kedua alisnya terangkat, mulut terbuka,—dungu sekali, dia terlalu lucu. Aku memotongnya bukan bermaksud untuk mengalihkan pembicaraan dengan berkata 'Baiklah, ayo, aku mau'. Tidak. Aku tidak bermaksud membuatnya merubah raut wajahnya sekarang. "Aku minta maaf."

"Karena?"

"Aku tidak tahu kalau orang tuamu itu, yah..." aku lantas mengangkat bahuku bingung melanjutkan perkataanku. Dan dia malah tersenyum. Segera aku kembali menurunkan bahuku dan menghela nafas panjang. Kuharap dia memaafkanku. Tentu, karena aku sama sekali tidak tahu kalau dia tidak memiliki orang tua.

"It's okay. You don't need to apologize," dia tetap tersenyum. Sementara kini mulutku yang terbuka melihatnya. Jujur, aku benar-benar jujur, kalau tersenyum dia terlihat begitu cantik. Apalagi mengingat rambut blond-nya yang gayanya tidak ketinggalan jaman.

"Ahh... iya..." Aku pun mengangguk merasa senang dalam hatiku. Karena aku tidak perlu merasa bersalah pada siapapun, dan yang mana itu akan menambah beban pikiranku yang sudah terlalu berat. Sungguh.

Aku dan Luhan pun kembali berjalan pelan menyusuri koridor. Sebenarnya, aku yang lebih dulu melangkahkan kaki.

"Bagaimana? Kau belum menjawabku?"

Aku menyimak pertanyaannya. Namun tetap terdiam. Dia dan anggota keluarganya sedang berkumpul di rumah, yaitu dongsaeng dan hyung-nya, kurasa akan terasa aneh kalau Luhan mengajakku padahal kami baru bertemu dalam hitungan jam. Dan kenapa dia tidak berniat mengajak teman sekelasnya yang lain? Tentu kalau aku hadir di tengah tengah mereka, itu terasa aneh, jika dia membawaku ke rumahnya dan pasti aku merasa tak enak hati mengingat aku satu-satunya orang asing di sana.

Lagipula aku termasuk jarang jika harus pergi mengunjungi rumah teman. Apalagi laki-laki.

"Aku bilang akan menceritakanmu tentang Hacker, bukan?"

Benar juga... Pikirku mengangguk dalam hati.

"Bagaimana? Kau tidak perlu merasa sungkan, dongsaeng-ku, dan hyung-ku, orang baik-baik," ucapnya lalu terkekeh melancarkan bujukan ke duanya. Sedikit banyak bisa kupercaya. Tapi, aku takkan langsung menerimanya. Sebelum... well, setidaknya aku pergi ke rumahnya tanpa ada beban memikirkan bahwa aku takut anggota keluarganya itu tidak menyukai kehadiranku.

Oh come on, aku berfikir seakan-akan mau menjumpai kakak dan adik iparku disana.

"I-iya aku mau-mau saja... tapi, aku merasa aneh. Kau tahulah, kita baru saling mengenal tadi pagi dan... mendengarmu berkata bahwa kau hanya mengajakku... itu akan aneh, bukan? Atau kau juga bisa mengajak Sandeul atau Hanbin?" aku berusaha menuturkan perkataanku dengan sangat hati-hati. Bahwa aku tahu dia begitu menyimak penuturanku itu tanpa berniat memotongnya. "Hey, itu orangnya!" Tunjukku sambil berseru pada dua teman sekelas kami yang berjalan beriringan di lapangan. Mereka berdua kompak menoleh, agak terkejut lalu memastikan ke sekeliling bahwa benar aku melambaikan tangan ke arah mereka. Mereka lalu langsung tersenyum kaku, melihatku melambai tanpa ekspresi ke arah keduanya. Itu wajar sih, karena aku tidak menyapa orang—tergantung situasi yang harus memaksaku menunjukkan sopan santun.

"Dan?"

"Tidak ada..." jawabku ringan, kembali menatap lurus ke depan. Sekilas merasakan matanya yang terasa terus memandangiku, aku menoleh ke arahnya lagi dengan sebelah alis terangkat, "Apa aku... kembali menyinggungmu?"

Tiba-tiba saja dia terkekeh pelan. Dan aku hanya bisa mengernyitkan dahiku melihat responnya. Sepertinya tidak ada yang salah dengan perkataanku.

"Tidak, tidak ada keanehan apapun," jawabnya setelah berhenti terkekeh. Aku pun kembali mengangguk mengerti dalam hati. Oh... lantas apa?

"Lantas?"

"Intinya, kau mau datang ke rumahku atau tidak? Kalau kau datang, kau juga akan tahu banyak mengenai Hacker. Kukira, sebegitu inginnya kau mengetahui itu. Habis, dengan begini, kita bisa lebih dekat 'kan? Aku mau berteman saja, habis percaya tak percaya, aku tidak punya teman yang sepikiran mengenai Hacker sepertimu," ucapnya dengan fasih, aku tahu dan menyadari bujukan ke tiganya itu. Maka kali ini aku pun tidak akan terdiam dan menggumam lebih lama padanya. Aku pun menganggukkan kepala tanpa ragu sekarang.

Terserah mau dia menganggap aku teman atau bukan, yang penting masalahku bisa segera selesai.

 ***

Aku dan Luhan lalu pergi naik sebuah bis jurusan Cheonsam. Cukup jauh letaknya dari sekolah, karena kami sudah melaju selama kira-kira 20 menit. Karena selama ini aku menaiki bis hanya 10 menit ke sekolah.

Dia, kau tahu, aku bahkan enggan menyebutkan namanya terus-menerus dalam pikiranku. Sudahlah. Dia sempat mengakui sesuatu kalau dia pun tadi ke sekolah menggunakan angkutan umum ini. Aku juga tidak tahu kenapa karena dia tidak mengatakan hal lainnya. Sementara setelahnya aku dan Luhan kembali membisu satu sama lain. Apa ini akibat kami yang tidak terlalu akrab? Atau, mungkin, dia ingin mengatakan sesuatu namun ia malu mengatakannya. Ayolah, jangan berpikir bahwa Luhan itu menyukaiku!

Mana mungkin, Theyo bodoooh!!!

"Apa ada sesuatu?"

"Eh?" aku terkejut menatapnya dan berhenti menepuk-nepuk pipiku. Ini adalah kebiasaan langka yang ada padaku. Hal seperti ini hanya akan kulakukan kalau hanya ketika berusaha mengusir sesosok pria yang mengganggu di dalam otakku. Tidak ada yan

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Riaa_Osehhlovu #1
Chapter 48: Antara ecxited sama sedih tokoh utamanya ganti :')
Tapi tetep bakal nunggu sekuelnya koks
ChanCartSoo #2
Chapter 48: Save offline nya di disable ama authornya


Bgst
ChanCartSoo #3
Chapter 48: Q suka lah ni cerite
zaa29b_byeol
#4
Chapter 47: Ini aku belum baca ya? Ah bodo amat. Bagus, bloom! Great one!
crunchymiki
#5
Chapter 47: ane nyengir-nyengir sendiri bacanya anjjayyy >\\\\<
alterallegra #6
Chapter 47: Wow.. Great ff Story i have read ever..
Jongin-ahh #7
Chapter 47: Endingnya gantung bgt gitu authornim T.T
Jongin-ahh #8
Chapter 47: Gue senyum2 sendiri baca ini T.T lebih sweet dr es krimnya theyo ini mah:3
Jongin-ahh #9
Chapter 44: Gue baca dari awal masa T.T chapter ini menggemaskan ><
keyhobbs
#10
Chapter 47: wwoahh!!!author jjang! Gmana bisa endingnya sekeren ini, ya ampun, dan Taehyun akhirnya sama Dara yeyy!! Terus terus Theyo sama Luhan, awalnya aku lebih suka kalo Theyo sama Baek tpi pas baca scene yg mereka jadian jadi ikutan seneng juga, jdinya bingung-_- sebenernya aku suka Theyo-Luhan atau Baek-yo hihi, tpi y sudahlah ya, yg penting pada akhirnya semuanya bahagia,hihi!