Page15: Lil' Jerk Return

Hacker
Please Subscribe to read the full chapter

—3rd POV—

Baekhyun marah. Ia tidak percaya akan satu kamar dengan orang yang tidak ia sukai. Jarinya menunjuk-nunjuk orang itu seperti sebuah benda. Dia tidak percaya ini akan terjadi. Dosa apa yang telah ia perbuat sampai dia harus terus merasa seperti di neraka ketika harus beradu tatapan dengannya. Dia tentu lebih memilih kembali ke Seoul dan tidur di rumahnya. Dan dia berpikir tidak ada yang lebih buruk daripada ini dalam sejarah 17 tahun hidupnya.

Ekspresi yang ia keluarkan padanya selalu sama. Ia selalu marah. Setidaknya ia tahu bahwa bertengkar mengenai mau sekamar dengan siapa itu tidak penting—tapi di antara perang mata mereka itu mustahil tidak terjadi.

Dari awal dia juga sudah tahu, bahwa apa yang mereka lakukan tidak ada gunanya. Tidak ada gunanya mereka pergi ke tempat ini dan menyewanya. Tapi... berpikir mengenai apa yang akan ia dan teman-temannya lakukan selama liburan musim panas lalu bahaya Teddy yang belum mereka ketahui saat itu? Menculik adiknya? Itu sangat... entahlah.

Baekhyun adalah orang yang tidak mau memikirkan sesuatu yang berat-berat.

Tapi jarak dari tempat ini ke Seoul sangatlah jauh. Jika menaiki pesawat pasti memakan waktu. Dia tidak tahu bahwa dia dan teman-temannya bisa melakukan Hackdevolve sejauh itu.

Tapi, untuk diketahui, melakukan Hackdevolve memang tidak memiliki batas sampai sejauh mana tetapi, sebanyak apa? Sejauh yang mereka tahu, terlalu sering menggunakan Hackdevolve mungkin bisa berakibat sesuatu. Atau mungkin juga tidak?

Begitu sampai di tempat ini, Tao, Lay, dan Kai, merasa pusing. Apalagi mengingat tadi Baekhyub yang tertimpa oleh Theyo. Apa yang membuat Baekhyun kembali untuk menjemputnya? Dia tidak tahu, sesuatu dalam pikirannya mungkin berteriak untuk kembali ke kamar Kai dan mencoba melakukan Hackdevolve dengannya. Pikirannya terasa aneh saat itu. Dan saat Baekhyun melihat hasilnya dan ternyata itu berhasil, dia juga merasakan sesuatu yang lebih aneh lagi. Senang? Dia merasa senang? Apa yang ada di dalam otaknya sampai dia harus merasa senang?

Atau mungkin juga tidak.

Kris memukul kepalanya kuat, dan dia terpaksa menurut.

Menurut mereka, terutama Baekhyun, Theyo bersikap tidak seperti perempuan biasa. Dia luar biasa dengan mulutnya itu. Tingkahnya berubah-ubah dan aneh. Mungkin dia bipolar. Dan yang paling yakin tentang asumsinya itu adalah Baekhyun. Dia mengumpulkan kejadian-kejadian ajaib dan berhipotesis yang–itu menurutnya–bisa dikatakan kalau Theyo itu bipolar. Dia sangat yakin bahkan ia berpikir keras untuk itu.

Teddy telah memilih Ace yang tepat. Walau tidak disengaja.

Soal Teddy? Dia memang sedang merencanakan sesuatu seperti yang dikatakan Kris. Dia sengaja membiarkan Theyo dibawa dan memberi alasan pada orang tua mereka bahwa Theyo sudah libur musim panas lebih cepat dari tanggal yang ditentukan. Dan karena mendadak, dia akan liburan musim panas ke pulau Nami dengan teman-teman 'perempuan'-nya. Semuanya disponsori temannya yang kaya. Jadi Theyo hanya menitipkan salam bahwa dia akan segera kembali setelah bersenang-senang. Dia hanya akan pergi seminggu atau lebih jadi tidak perlu membawa banyak pakaian. Karena dia bilang pakaian juga dibayar temannya. Tamat.

Alasan yang terdengar bodoh dan naif. Namun ibu dan ayahnya gembira betapa baiknya teman yang dipilih anak perempuannya itu. Dengan begitu, masalah orang tuanya yang tidak protektif itu bukan masalah lagi. Bahkan mereka tidak menimbulkan kecurigaan sedikit pun.

Dalam grup mereka, semuanya termasuk Baekhyun tahu, tidak bisa melawan atau membantah kalau Kris sudah memilih keputusan. Bagi mereka, Kris adalah leader. Sedangkan Chanyeol adalah tangan kanannya. Karena demi apapun mereka selalu bergantung pada Kris dan otaknya itu. Meskipun tidak banyak berguna mereka terkadang hanya bisa menurut. Apalagi Luhan.

Ini adalah tahun pertama musim panas mereka setelah menjadi Hacker. Mereka tidak tahu bagaimana mencari Ace kalau sekolah itu libur karena Teddy hanya berkata bahwa Ace adalah anak sekolah. Perempuan. Laki-laki. Mungkin keduanya.

Kalau ternyata Ace itu sudah tamat dari sekolah menengah atas mereka, Teddy tahu apa yang akan dia lakukan karena ia selalu memantau apa yang terjadi pada bonekanya. Dia tahu apa yang terjadi walau Hackernya hanya melihat isi-isi dari news feed yang ia berikan. Dan ia selalu suka memberi tahu sesuatu yang baru.

Seperti sekarang ini.

 

Information from @teddy:

Aku bingung apa yang harus kulakukan pada websiteku. Jadi poof. Aku menghapus aplikasiku. Aplikasi kalian dan semuanya. Biar mereka tahu kalau website Hacker benar-benar menyeramkan dan website ini bisa tetap menjadi trending diiiiiiiii manapun. Cool...

Sebenarnya aku menghapus semua aplikasi yang semua orang miliki karena di Play Store mereka selalu berkomentar mengenai 'bug fixes'. Menyebalkan. -_-

Dan aku... sedang menyetel ulang website ini. Mungkin akan ada yang terjadi pada akun dan... oh! Tentu saja diri kalian! Jadi jangan heran kalau terjadi sesuatu yang aneh nanti.

Dan... untuk lebih lanjutnya akan kuberitahukan. ^_^

 

Belum ada yang sempat membuka handphone mereka. Belum ada yang melihat informasi itu. Mungkin bisa kalau mereka mendapat sinyal di rumah ini.

Sampai akhirnya Theyo berdiri dari atas sofa. Dia berjalan ke arah pintu tanpa ekspresi atau jejak-jejak kalau jiwanya masih ada dalam dirinya. Meninggalkan tasnya di sofa dan mulai membuka pintu. Ia tidak tahu akan ke mana. Yang jelas Luhan mulai mengikutinya dari belakang. Mereka semua pun hanya berkomat-kamit. Berdiskusi. Dan yang lain kembali ke kamar mereka.

Mereka berpikir jalan-jalan di hutan mungkin akan menyenangkan di malam harinya. Tapi... berada di sini sampai habis musim panas dengan berbelanja boleh juga. Itu kalau ada mall yang secara misterius bisa muncul seperti dalam dunia komik yang bisa menemukan dunia antah berantah di dalam hutan. Asal Taehyun tidak dengan sengaja menon-aktifkan akun mereka saja.

"Hey, Theyo!" Luhan memanggil nama perempuan itu berniat tahu tujuannya. Suaranya bergema dan sayup-sayup terdengar burung kecil yang tak nampak meniru suaranya. Gadis itu dengar. Namun dengan cepat mengabaikannya.

Beberapa hewan terdengar bersahut-sahutan dengan horor di telinga Luhan. Ia pun sempat terkejut ketika seekor rusa lewat tak jauh di sebelah kirinya. Dengan waspada setiap beberapa detik sekali ia akan menoleh ke atas, ke bawah, ke kanan, dan ke kiri. Namun, Theyo hanya memandang ke depan.

Sampai mereka berjalan lebih dari setengah jam, mereka sudah berada sangat jauh dari rumah sewaan mereka. Dan karena gadis itu tidak bodoh, beberapa kali ia menandai pohon-pohon besar yang dilewatinya dengan membuat goresan tanda panah dan angka dengan ranting kecil agar tidak tersesat.

"Whoa..." Luhan terkejut. Di tenemukannya sebuah pemandangan yang tanpa sadar membuat ia terkesima. Sebuah air terjun. Tidak begitu lebar namun arusnya sangat deras. Cukup untuk membuatnya terseret. Ia pun berdiri di atas sebuah batu. Melompat dengan lincah dari satu batu yang lain. Melompat setelah memperkirakan jarak dan memilih batu yang tepat. Agar sepatunya tidak terkena lebih banyak cipratan air. Atau yang paling buruk—dia bisa saja terpeleset lumut yang menempel di batu itu. Dan yang lebih buruk, ia akan jatuh dari atas air terjun dan mati tenggelam. Kalau ia ingin selamat ia bisa berenang. Tapi bagaimana kalau ia mati dengan kepala terbentur batu. Skenario terburuknya masih dalam proses.

Sampai di seberang air terjun, ia dan Theyo masih berjalan semakin jauh. Sangat jauh dan tentu saja Luhan masih mengikutinya. Mereka tidak sadar ada Daehi juga di belakang seperti pengintai berusaha untuk tidak ketahuan keduanya. Sebagai pemilik jiwa penggemar teman seangkatan yang tampan, tidak heran kenapa ia memilih berada dan ikut-ikutan nekat masuk ke hutan bersama Luhan dan Theyo dari pada berada bersama teman-teman Luhan. 

"Ini sudah sangat jauh!" seru Luhan setelah terakhir kali mereka berhasil menyeberang air terjun. Dan saat itu Theyo kembali mengabaikannya. Walaupun sebenarnya tidak tahu kenapa Luhan mengikuti mungkin itu bisa ia tanyakan nanti. Ia hanya mau membuktikan sesuatu dengan jiwa nekat yang sudah muncul beberapa jam lalu. Tepat saat tahu kalau Luhan bisa memindahkan tubuhnya dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu singkat ala-ala magician.

Saat ia mencari sebuah ranting yang patah untuk menandai pohon ke-102, ia berjongkok dan menemukan dengan mudah sebuah ranting pengganti. Luhan kini berdiri tepat di belakangnya memerhatikan dia yang mulai menggoreskan tanda panah dan urutan pohon itu. Tangannya berurat karena ia menekan keras ranting pohon pinus yang ia temukan itu, atau mungkin itu ranting pohon cemara, dan ia tidak benar-benar tahu pohon apa yang ada di sekitarnya ini. Ranting yang ternyata tidak cukup kuat untuknya menggores angka 2, akhirnya ia menggunakan kukunya sendiri. Walau tidak begitu kentara tapi berhasil membuat angka terakhirnya.

"Hey..." suara Luhan terdengar kembali. Terrdengar lemah dan lelah karena, siapa yang tidak kesal keberadaannya dianggap tidak ada? "Aku hantu, ya?" tanyanya. Hanya berusaha untuk tidak kesal.

Tapi tetap saja ia mengikuti gadis itu.

Sampai pohon dengan anak panah ke 150.

Kali ini keduanya menemukan rerumputan luas namun tetap saja ada banyak pohon besar dan tinggi di sekeliling mereka. Apalagi saat melihat ke kanan ternyata tak jauh dari sana mereka rupanya berada di atas sebuah tebing. Walaupun ngos-ngosan, setidaknya ia menemukan sinar matahari dan mulai mendekati sinar itu. Setelahnya, Luhan menghela nafas lega. Gadis itu akhirnya duduk membelakanginya. Apa dia hanya ingin mencari sinar matahari? Itu yang ada dipikiran Luhan.

"Kenapa kau mengikutiku?"

"A-apa?" Luhan terkejut begitu berniat duduk di sebelah Theyo.

"Sebenarnya tidak apa-apa. Itu bagus. Jadi aku ada teman tersesat nanti kalau ingin kembali."

Setelah agak lama terdiam. Luhan pun memutuskan untuk ikut duduk. Rerumputan yang terkena sinar matahari tidak berembun. Namun ia lebih suka yang ini sehingga celana sekolahnya tidak akan basah. Ia merasa seperti sedang membolos sekolah dengan Theyo dalam situasi seperti ini. Ia masih memakai seragam sekolah—mereka berdua masih memakai seragam sekolah.

Sebagai pihak yang memulai pembicaraan, Tehyo pun menghela nafas panjang. Sebenarnya berniat menatap lawan bicaranya namun menurutnya akan terlihat aneh. "Waktu kau bilang... besok kau akan pindah sekolah, aku merasa senang. Sekaligus aneh karena bahkan... kau baru bersekolah seminggu," jeda. Luhan tetap memasang telinganya baik-baik

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Riaa_Osehhlovu #1
Chapter 48: Antara ecxited sama sedih tokoh utamanya ganti :')
Tapi tetep bakal nunggu sekuelnya koks
ChanCartSoo #2
Chapter 48: Save offline nya di disable ama authornya


Bgst
ChanCartSoo #3
Chapter 48: Q suka lah ni cerite
zaa29b_byeol
#4
Chapter 47: Ini aku belum baca ya? Ah bodo amat. Bagus, bloom! Great one!
crunchymiki
#5
Chapter 47: ane nyengir-nyengir sendiri bacanya anjjayyy >\\\\<
alterallegra #6
Chapter 47: Wow.. Great ff Story i have read ever..
Jongin-ahh #7
Chapter 47: Endingnya gantung bgt gitu authornim T.T
Jongin-ahh #8
Chapter 47: Gue senyum2 sendiri baca ini T.T lebih sweet dr es krimnya theyo ini mah:3
Jongin-ahh #9
Chapter 44: Gue baca dari awal masa T.T chapter ini menggemaskan ><
keyhobbs
#10
Chapter 47: wwoahh!!!author jjang! Gmana bisa endingnya sekeren ini, ya ampun, dan Taehyun akhirnya sama Dara yeyy!! Terus terus Theyo sama Luhan, awalnya aku lebih suka kalo Theyo sama Baek tpi pas baca scene yg mereka jadian jadi ikutan seneng juga, jdinya bingung-_- sebenernya aku suka Theyo-Luhan atau Baek-yo hihi, tpi y sudahlah ya, yg penting pada akhirnya semuanya bahagia,hihi!