Page27: "Let's Sleep. Good Night."

Hacker
Please Subscribe to read the full chapter

Kemarin, sebelum website itu kembali pulih, aku akan menjelaskannya sekarang, kalau website itu sudah baik. Dan sehari sebelum website itu pulih, tidak ada yang memprediksikan hal itu. Mereka sama sekali tidak menduga-duga hal seperti itu akibat kehidupan sehari-hari bersama teman yang mereka jalani sekarang.

Dan yang terjadi sebelum itu sangat banyak.

"Luhan," Luhan menggenggam tangan gadis di sebelahnya. Theyo, memejamkan mata, berusaha tidur walaupun suara tangisan dari kamar sebelah begitu mengganggu telinga.  Ia pun membuka mata perlahan. Kemudian mengubah posisi tubuh, menghadap ke arah Theyo.

"Hm?" tanya Luhan kemudian mengeratkan genggaman tangan mereka. Memandangi wajah gadis itu dari arah samping, lalu tangannya yang satu lagi bergerak perlahan. Ia menyentuh ringan dahi Theyo dengan jari-jarinya, perlahan turun ke arah kelopak matanya, di bawah sentuhan jari-jari itu, kulitnya terasa begitu lembut. Lalu turun kembali mengenai pipi, dan sampai menyentuh bibir dan terakhir, dagunya, gerakannya begitu menyamankan. Entah kenapa itu juga terasa sangat hangat. "Tidak bisa tidur lagi?"

"Mm..."

Luhan tersenyum, ia memejamkan matanya sekejap dan berkata, "Aku juga," ucapnya lalu memberi jeda, "Since I start to sleep here."

"Aku takut mereka kembali menjahiliku,"

"Aku tahu," di bawah sana ibu jari Luhan mengusap punggung tangan yang digenggamnya, senyumannya terus melebar dan itu hanya membuat Luhan merasakan hal aneh dalam dirinya karena tidak bisa menjelaskan tentang hal ini.

Theyo tidak langsung menjawab, ia membuat kerutan kecil di dahinya. "Aku memang penakut jadi jangan salahkan aku," tuturnya berterus terang. Lalu Theyo bergeser lebih dekat dengan Luhan. Ia membiarkan pelipisnya berada di bawah dagu pemuda itu. Apa yang bisa ia hirup saat ini hanyalah aroma tubuh Luhan. Hidungnya menikmati aroma mint disekitar lengkungan lehernya. Kemudian meletakkan sebelah tangannya lagi di pipi Luhan, membiaskan ibu jarinya bergerak merasakan pipi Luhan yang bahkan terasa begitu halus. "Thank you. You're always there and worried about me. I was always got pissed and thought that you were just messing around with me. But now I realise that that's the most foolish thing I've ever thought."

"Then?"

"Selama ini, kau tidak pernah sekalipun mengabaikanku. Aku selalu marah dan berkata kau menyebalkan. Memaki, dan berbuat sesuatu seakan-akan kau seorang pengganggu. Maaf jika aku baru meminta maaf padamu sekarang." tuturnya diakhiri dengan helaan nafas berat.

Ia tidak tahu Luhan tidak bisa menjawab apa pun. Luhan hanya merasakan perasaan campur aduk yang begitu menyiksanya. Pemuda itu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia juga begitu menyimak setiap kata yang diucapkan padanya, ia menelan ludah dengan begitu susah payah. Setiap malam ia hampir tidak bisa tidur. Ketika Theyo yang memeluknya tanpa sadar membuatnya bisa terjaga semalaman. Ketika Theyo bahkan tidur tanpa menyisakan jarak sedikit pun di antara mereka berdua membuat matanya tetap terbuka—lagi-lagi ia terjaga.

Ketika kepala gadis itu menyusur mencari posisi yang nyaman di lengkungan leher atau di atas dadanya dan tertidur sangat nyaman itu membuat segala sesuatu menjadi lebih buruk. Setiap malam membuatnya gila. Pikiran liarnya bekerja dengan begitu lancar. Oh, ayolah, dia tidak mungkin lupa, dia itu laki-laki. Dan astaga, wajar hal-hal seperti itu terbayang. Bahkan hampir begitu sering dan ya, Luhan boleh jujur kalau ia bukan pemuda berumur tujuh belas tahun yang polos. Hal-hal seperti ini, membuat Luhan merasa tersiksa. Sesuatu di bawah sana kadang merasakan ketegangan aneh karena sentuhan-sentuhan kecil dan hal lainnya yang terjadi hanya menimbulkan kegilaan akibat harus mengontrol hormon laki-lakinya yang begitu terangsang. Hal seperti ini... seperti sekarang ini. Ia selalu menahan segala sesuatu seperti sebuah perjuangan agar tidak menyebabkan kerusakan hubungan baik mereka berdua.

Sampai kapan? Ya, itu pertanyaan yang membuatnya hampir kehilangan akal sehat. Aroma tubuh gadis yang disukainya, lekuk dari tubuh kecil itu, bibir tipis, serta tatapannya, baiklah biarkan ia mati dengan tenang.

"Hey, kau sudah tidur?" tanya Luhan menatap ke bawah. Suaranya menelan ludah bahkan terdengar begitu jelas. Hampir tidak bisa bernafas normal melalui hidung.

"Mm." jawab suara yang bahkan lebih membuatnya—baiklah, selama tidur berdua ia selalu seperti ini. Menghilangkan segala macam pikiran itu jauh-jauh ternyata begitu sulit. Ia ingin memohon, tapi tidak bisa karena ia tahu Theyo begitu nyaman seperti ini. Ia juga begitu tapi pikiran yang agak di luar batas itu... itu sangat mengganggunya untuk bisa lebih rileks.

Tiba-tiba saja, Theyo membuka mata dan menurunkan tangannya yang ada pada pipi Luhan. Luhan dapat mendengarnya menghela nafas panjang setelah itu. "Hampir satu bulan kita di sini, kira-kira apa yang akan terjadi saat libur musim panas berakhir? Aku... takut membayangkannya,"

Ya, aku juga. Jawab Luhan dalam hatinya. Ia lalu memejamkan mata begitu erat beberapa saat, sampai ia membuka matanya, Luhan melepas genggaman tangan mereka membuat Theyo harus bergerak menjauhkan kepalanya dari leher Luhan untuk menatap pemuda itu. Luhan menyelipkan rambut gadis itu ke belakang telinganya dan tangannya tertahan di sana. Tatapannya masih terkunci pada satu arah. Ia menggertakkan gigi dan menyiapkan beberapa kata-kata untuk ditanyakan. "Apa yang kau takutkan?" tanyanya.

 

 

—Theyo's POV—

Apa yang kutakutkan? Kenapa Luhan tidak merasakannya? Apa dia tidak tahu sudah berapa lama kita di sini? Apa mereka lupa karena terlalu senang berada di sini? Apa mereka juga lupa kalau website itu sewaktu-waktu bisa pulih kapan saja? Sekali website itu kembali, Luhan kembali ke dirinya yang seperti biasa. Bola matanya akan kembali biru jika melihatku. Yang lainnya juga, apa mereka tidak tahu kalau waktu terasa mencekikku? Aku tidak tahu kapan waktunya akan tiba nanti tapi... jangan pikirkan hal-hal buruk.

"There's too many things I scared about." jawabku akhirnya setelah lama berpikir.

"Jangan takut." ucap Luhan. Aku tahu dia akan menjawab itu.

Jadi aku lalu mengalihkan tatapanku ke arah lain dan kembali memejamkan mata. Sebenarnya aku menghindari tatapan Luhan. Aku menghindari kalau-kalau aku mataku memandangi wajahnya. Aku menghindari sesuatu, kalau sempat aku memerhatikan bibirnya. Ya, kupikir... kupikir setelah pertama kali kami berdua... aku bahkan malu mengucapkannya. Kupikir dia akan kembali melakukan itu dilain waktu dan... tidak mungkin aku yang lebih dulu memulainya. Semenjak ia tidur di sini aku merasa senang dan aku begitu nyaman. Bukankah sudah kukatakan debaran itu kini berhenti akibat hawa dingin dan lembut yang ia bawa. Dan aku tidak peduli jikalau sekarang kalimatku terdengar menggelikan.

Setiap kali memeluk atau menyentuhnya kupikir akan menimbulkan suasana atau perasaan aneh tapi nyatanya tidak. Aku suka menyusuri ujung-ujung jariku di pipinya. Aku suka jika kepalaku harus beristirahat di bawah dagunya, merasa aman dan takut di saat yang bersamaan. Keadaan berbalik karena sekarang aku yang lebih suka memandangi wajahnya. Tapi itu terlalu simpel. Terlalu simpel karena jika aku menyimpulkan itu semua berarti aku... aku tidak mengerti perasaan macam apa ini.

Kupikir aku sudah gila ketika berharap dia menciumku lagi. Atau yang pertama itu sebenarnya begitu buruk? Untuk pertama kalinya, aku memikirkan hal seperti ini. Tapi hey, itu membuatku... terserah. Hentikan ini.

Tapi sekarang yang kurasakan adalah, tangannya yang bersentuhan dengan kulitku, menarik daguku yang tertekuk ke bawah untuk mendapati tatapannya, dan wajahnya terus mendekat. Lalu ia kemudian berbisik, "Tutup matamu,"

Tidak. Aku tidak bisa memejamkan mata saat ini. Karenanya, sampai ia, salah satu tangannya bergerak mencari posisi menangkup di pipiku dan yang satu lagi mendarat di lengan atasku. Sampai, bibirnya menyentuh ringan kulit bibirku. Lalu, sampai ia menekannya. Dan sampai perlahan bibirnya bergerak. Di situ, aku pun memejamkan mataku, terhanyutkan sendiri oleh sebuah fantasi yang sama saat pertama kali merasakan bibir seseorang bersentuhan dengan milikku. Merasakan setiap jengkal bagian dari dirinya yang menyentuhku seakan-akan mereka memiliki aliran listrik yang dapat menghantarkan kejutan luar biasa. Betapa aku menginginkannya menciumku lagi seperti sekarang ini. Betapa lembut dan manis rasa dari bibirnya. Aku tidak akan cukup untuk ini.

Dia menggigit bibir bagian bawahku dan membuatku terkejut. Kembali kurasakan bibirnya bergerak dengan ritme yang pelan. Setiap detik berlalu, pelukannya pada tubuhku mengerat. Mengirimkan getaran pada setiap sentimeter tubuhku hanya untuk membuatku gila.

Gerakan bibirnya terasa menyamai betapa takutnya aku kalau saat ini ia bisa mendengar debaran dari jantungku. Apa yang sekarang ia pikirkan? Apa yang akan ia katakan jika tahu jantungku terus berdegup? Apa yang akan ia lalukan kalau tahu aku menginginkan hal ini terus dan tidak mau ia berhenti. Aku lalu menyelipkan tangan ke belakang leher Luhan agar tanganku bisa melingkar di sana. Atau menekan tengkuknya dan menciumku lebih dalam. Atau membuat tanganku menjalari rambutnya perlahan. Komposisi mereka membuatku gila. Saat ia kembali menggigit lebih kuat bibir bawahku, aku melenguh, membuat mulutku terbuka. Apa yang terjadi saat lidahnya masuk ke dalam sana dan kembali melakukan sesuatu yang aku sama sekali tidak tahu prosedurnya. Dan satu tangannya, bergerak ke bawah dengan memberikan tekanan-tekanan kecil memijat lenganku, membuat gerakan sensual di setiap jengkalnya. Namun itu jauh lebih membuatku gila. Aku tidak tahu kenapa aku menginginkan ini dari Luhan. Hanya karena setiap sentuhannya kadang membuatku meleleh. Ia lembut dan sangat memperhatikanku hanya untuk memastikan kalau aku baik-baik saja.

Dan sekarang, aku masih memejamkan mataku saat kurasakan bibirnya kali ini bergeser ke arah sudut bibirku. Mereka tidak terlepas dan turun ke bagian rahang perlahan. Dia juga melakukan hal yang sama dengan bibirku. Ia meninggalkan sesuatu yang terasa basah di sana. Dan aku tidak tahu kenapa, kalau aku sama sekali tidak mau ia berhenti pada apa yang ia lakukan. Bahwa sekarang lidahnya terasa menjilat telingaku. Pejaman mata terus menguat. Kembali mengeluarkan suara kecil akibat sesak yang kurasakan karena ini. Karena dia membuat pikiranku seperti diracuni. Tidak berbohong, aku sangat menyukai apa yang ia lakukan.

Dan di saat seperti itu, dia berhenti. Aku membuka mata perlahan dan dia juga membuka matanya. Tatapannya peluh, terlihat penuh hasrat akan sesuatu. Aku sempat berpikir ini akan berakhir buruk namun, sesaat setelah itu apa yang dapat kutangkap adalah saat dia merubah posisinya, ia menahan bahuku dengan kedua tangan dan merangkak ke atas hingga aku dapat merasakan berat tubuhnya. Demi apa pun aku tidak tahu apa yang ia lakukan sekarang. Demi apa pun aku tidak tahu bagaimana jalannya hal seperti ini. Aku hanya memejamkan mata dan memeluk lehernya karena sekali lagi wajahnya mendekat dan menciumku. Aku hanya mau ia menciumku. Itu saja. Dan aku pun kembali menekan kepalanya, ingin dia menciumku lebih dalam. Aku ingin ia bermain dengan lidahnya di dalam mulutku. Aku ingin dia menjilat bibirku atau menggigitnya. Aku ingin

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Riaa_Osehhlovu #1
Chapter 48: Antara ecxited sama sedih tokoh utamanya ganti :')
Tapi tetep bakal nunggu sekuelnya koks
ChanCartSoo #2
Chapter 48: Save offline nya di disable ama authornya


Bgst
ChanCartSoo #3
Chapter 48: Q suka lah ni cerite
zaa29b_byeol
#4
Chapter 47: Ini aku belum baca ya? Ah bodo amat. Bagus, bloom! Great one!
crunchymiki
#5
Chapter 47: ane nyengir-nyengir sendiri bacanya anjjayyy >\\\\<
alterallegra #6
Chapter 47: Wow.. Great ff Story i have read ever..
Jongin-ahh #7
Chapter 47: Endingnya gantung bgt gitu authornim T.T
Jongin-ahh #8
Chapter 47: Gue senyum2 sendiri baca ini T.T lebih sweet dr es krimnya theyo ini mah:3
Jongin-ahh #9
Chapter 44: Gue baca dari awal masa T.T chapter ini menggemaskan ><
keyhobbs
#10
Chapter 47: wwoahh!!!author jjang! Gmana bisa endingnya sekeren ini, ya ampun, dan Taehyun akhirnya sama Dara yeyy!! Terus terus Theyo sama Luhan, awalnya aku lebih suka kalo Theyo sama Baek tpi pas baca scene yg mereka jadian jadi ikutan seneng juga, jdinya bingung-_- sebenernya aku suka Theyo-Luhan atau Baek-yo hihi, tpi y sudahlah ya, yg penting pada akhirnya semuanya bahagia,hihi!