Page33: Lamentable

Hacker
Please Subscribe to read the full chapter

—Theyo's POV—

Aku melihat sebuah titik putih terang dari atas sana. Bunyi-bunyi seperti benda metal yang diletakkan dan bisikan kecil suara berat orang dewasa, serta bau menyengat khas rumah sakit, tentu saja, itu obat. Rasanya, seluruh tubuhku mati rasa, saraf-saraf sensorik cenderung bekerja lebih sensitif sehingga biasan udara dingin terasa seperti menyengat lapisan epidermis kulitku. Lebih dalam lagi, mereka menembus lapisan kulit lain, mencapai aliran darahku dan membeku. Secepat satuan cahaya, kelopak otot mataku tertarik keatas, terbuka. Sangat lebar. Bahkan bulir air menetes di dahi dan keningku karena kecepatan itu. Suhu tubuh yang kukira mampu membuatku mati rasa akibat membeku berubah drastis. Aku menarik nafas dalam-dalam, meraup oksigen, saat itu aku merasa menjadi orang rakus yang berharap agar seluruh oksigen yang ada di dunia masuk mengisi kembali paru-paruku. Aku terengah-engah, nafas yang terasa tidak stabil membuat otakku yang juga baru tersadar terasa sakit. Terasa menyakitkan. Dan rasa sakit itu berubah menjadi jeritan-jeritan yang lolos dari bibirku. Mataku terus memandangi langit-langit putih dan bohlam berwarna putih terang yang menggantung di atas. Beberapa sentuhan mulai menekan pergelangan tanganku yang berniat menggeliat sendiri. Seseorang kembali berbisik: ini saatnya aku bangun. Ibu, ayah, oppa, apa yang sedang terjadi?

"Theyo!"

"Theyo!!"

"Theyo!!!"

Lidahku tergigit, saat aku mencoba memejamkan mataku kembali. Cahaya yang berada di atas sana begitu menyilaukan, dan mataku jadi terasa perih. Menyebabkan milyaran molekul air bergerak sendiri, menumpuk pada pelupuk mataku. Semakin banyak dan akhirnya mereka berjalan, mengaliri sisi kanan dan kiri wajahku. Walau hanya akan menjadi tetesan air tapi mereka terasa begitu menyakitkan.

Rasa sakit itu menyatu, seperti sudah dipersiapkan. Setelah lolos menjadi jeritan, nada tinggi yang mengalun dengan tak ramah itu ikut menyatu kembali dengan rasa nyeri lainnya. Rasa sakit itu tak kunjung mereda, akibat menyatukan tumpukan puzzle yang berserakan. Menbemtuk sebuah gambar utuh, sebuah rol film berputar. Walau sempat macet di dalam beberapa adegan, tapi setelah itu mereka tidak menimbulkan rasa nyeri lagi. Karena mereka, membiarkanku menyaksikan sendiri siaran ulang reka kejadian beberapa hari yang lalu. Atau mungkin beberapa minggu... dan beberapa bulan? Aku sama sekali tidak ingat.

 

—3rd POV—

Tiga minggu yang lalu. 09.13 p.m

Theyo berjalan menyeret sepatunya pada aspal. Ia berjalan sangat lambat, tetapi sudah hampir sampai ke ujung jalan kompleks. Menghela nafas letih, dia lalu mengeluarkan ponsel dari kantong jas sekolah dan membuka kunci layarnya. Hanya untuk menghilangkan sedikit rasa bosan, dia membuka akun Instagram-nya. Ia pikir sudah lama sekali. Begitu login, banyak notifikasi yang muncul. Hanya ada 16 postingan di sana. Sepuluh di antaranya bersama Taehyun, lalu tiga foto pemandangan yang nampak payah sudut pengambilan gambarnya, dua fotonya dalam keadaan konyol—Taehyun yang memposting itu, satu foto Taehyun, ayah, dan ibunya saat festival musim semi tahun lalu. Entah kenapa secara otomatis ingatannya berputar-putar di kepalanya ketika melihat foto-foto itu

 

kimahn_neul Theyo, oppa-mu tidak punya akun media sosial? 2w

 

Ia membaca satu persatu komentar yang masuk di sana. Itu komentar dua minggu lalu. Semuanya hampir memuji wajah tampan Taehyun.

 

kjkjkjkjkjk Dia tampan sekali aku iri 1mon

real__kimchi Kapan kau terakhir memposting gambar dengan Taehyun oppa lagi???? T_____T 1w

friedwings100krw Ini gila, kalian benar-benar serasi sebagai saudara :'D 1w

han_6959 Bagaimana kabarmu unni? *^_^* Aku adik kelasmu di Daewoon salam kenal... ngomong-ngomong, Taehyun oppa sangat tampan kkkk~ 4d

 

Ia mendengus geli membaca komentar-komentar itu. Bahkan matanya tak sanggup lagi menggulung layarnya ke atas untuk me-load komentar yang masuk memuji Taehyun.

Kali ini ia mendapat komentar untuk dirinya.

 

sandeulyo aaa~ manis ^^ 3w

hanbin_is_a_son_of_a_wolf Mau pinjam snapback? Atau mau beli? Ayo order saja denganku. Khusus teman sekelasku Nam Theyo diskon 40% :D 5d

hongki99 Kau dari kelas 3-1 'kan? 2d

realllllmino Ini nomor teleponku 061xxx. Sekalian nomor telepon Jinwoo oke? 061xxx 16h

maetamong Demi apa kau menakutinya -_- @souththth 16h

 

Dan ada satu komentar yang membuat ia menghentikan langkahnya sesaat. Menghela nafas kemudian mengunci layar ponselnya kembali.

 

bobbyboy Manis sekali! Bagaimana liburan musim panasmu??? Kuharap menyenangkan! 6h

***

Keluar dari toko kaset, Chanyeol dan Baekhyun langsung bersiap-siap memakai helm mereka. Saat Chanyeol sedang memasangkan helm Baekhyun, ia menoleh sekilas ke arah kedai minum dua toko di sebelah toko kaset yang ia datangi. Melihat seorang wanita mabuk, memasang wajah penasaran pada apa yang akan terjadi setelah wanita itu berdiri dengan susah payah dari kursinya.

"Yeol? Ish!" Baekhyun menepis tangan Chanyeol, memakai helmnya sendiri karena Chanyeol terlalu lama memasangkan helmnya. Ia lalu mendapati mata pemuda itu juga sedang menoleh entah ke mana, terbengong dan memutuskan untuk ikut menoleh karena bingung.

Wanita itu membuat Baekhyun mengguncang tubuh Chanyeol pelan. "Oi, Chanyeol?"

Tapi Chanyeol tidak meresponnya, malah berlari ke arah wanita dengan coat oranye itu secepat mungkin saat dia menabrak seseorang dan akhirnya dimaki.

"Permisi, kau kakak Kwon Sanghyun 'kan?" tanya Chanyeol.

"Hn..." Dara terlalu sibuk untuk meladeni Chanyeol dan hanya berlalu di sebelahnya.

"Nuna!" Chanyeol menahan pergelangan tangannya, wanita itu berbalik. Siratan matanya menunjukan kalau ia ingin memarahi Chanyeol.

"Apa?"

"Kau kakak Kwon Sanghyun 'kan?" tanya Chanyeol mengulangi.

"Ya... dia adikku..."

"Ah! Kebetulan! Aku tidak tahu di mana rumahnya, kami satu sekolah dan sudah seminggu ini dia belum mengembalikan video games milikku. Besok aku harus pindah sekolah! Tolong katakan padanya, ya?"

"Yah Park Chanyeol? Kau tidak lihat dia mabuk?" celetuk Baekhyun menghentakkan sepatunya ke tanah dengan geram.

"Aku tidak mabuk." jawab Dara menatap Baekhyun kemudian menepuk dadanya. "Aku... sakit hati." kemudian terdengar suaranya cegukkan. "Hatiku... terasa hancur..."

"Dia bicara apa sih? Chanyeol, ayo kita pergi,"

"Tunggu, Baekhyun." Chanyeol melepas tangan Baekhyun perlahan. Dia beralih menatap Dara lagi. "Nuna, tolong sampaikan padanya, ya atau aku boleh minta alamat rumah kalian? Video games itu penting! Hal ini menyangkut hidup dan matiku!" ujarnya meninggikan nadanya berbicara, ia membubuhinya dengan beberapa efek dramatis seperti menyeka hidung atau mengusap matanya.

"Aku bahkan tidak berani pergi ke sana..." Dara menunjuk sebuah kafe tanpa plang nama. "Aku ingin minta maaf... Aku... aku... ingin dia tahu aku tulus menyukainya... Aku mencintainya..." ia mulai menangis. "Tapi KENAPA?!" jeritnya histeris. Tiba-tiba saja terjatuh terduduk di jalan, otomatis menimbulkan kesalahpahaman pada orang-orang yang melintas di sana. Membuat Chanyeol heran karena rasanya baru pertama kali ia di hadapkan pada situasi seperti ini dan memutuskan untuk menarik Baekhyun pergi.

"Cepat atau kita harus bertanggungjawab atas nuna ini!" pekik pemuda mungil itu panik hingga Chanyeol dapat mendengar beberapa serapah keluar dari mulut Baekhyun saat tanpa sengaja—"Ah! Shiittt!"—kakinya menginjak pergelangan kaki Dara.

"AAAAKH! KAKI! KAKIKU!!" Dara menjerit kesakitan, dan Baekhyun ikut menjerit, semakin membuat Chanyeol heran saat bagian terbaiknya, seorang polisi yang sedang berpatroli menghampiri mereka.

***

"Halo? Oppa?" Theyo duduk di halte dengan beberapa orang lainnya. Ia mendengar suara Taehyun menggumam lalu suara kendaraan. "Kau... bisa jemput aku?" tanyanya, kali ini mulai mengayunkan kakinya dan menunduk tidak terlalu dalam. Ia pikir Taehyun tidak sibuk, atau ia pikir, mungkin saja Taehyun sedang sibuk tapi mendengar nadanya bicara, tidak mungkin ia tidak mau menjemputnya.

"Kau di mana? Di sekolah? Tidak biasanya kau yang minta dijemput. Menelepon segala lagi... kau men-skip kelas?" ia kemudian mendengar pria itu terkekeh ringan.

Theyo mengusap kelopak matanya yang terasa berat, sama sekali tidak ada niatnya untuk membalas. "Aku harus isi ulang kartuku... saldonya habis. Uangku juga tidak ada untuk beli tiket bis," tuturnya perlahan.

"Ohh, jadi, kau di mana?" Taehyun yang sedang menyetir lalu memicing ke arah trotoar. Ia melihat tiga wajah yang sangat familiar di sana sedang duduk di kedai kecil, dari sini ia dapat melihat pertengkaran kecil dua orang pemuda dan seorang wanita. "Apa? Cheonsam? Ohh... aku tahu. Tunggu aku ya." jawabnya buru-buru mematikan bluetooth hansfree-nya dan menepikan mobil perlahan.

"Jangan lama—" Theyo mengerutkan dahi mendengar suara sambungan telepon yang terputus. Ia lalu menghela nafas panjang (lagi). Menurunkan ponselnya dari telinga dan melihat jam yang ada di sudut kanan atas. Ia hanya memejamkan matanya setelah melihat jam menunjukkan hampir pukul setengah sembilan.

"Ini gara-gara kau! Kalau tidak sudah dari tadi kita pulang." gerutu Chanyeol menatap Baekhyun yang balas menatapnya tajam. "Ini nuna, ponselnya, aku sudah menelepon adikmu untuk kemari." Chanyeol mengembalikan ponsel yang baru saja ia pakai pada Dara dan membentuk senyuman aneh. Wanita itu membalas dengan anggukan sambil masih meringis kesakitan memegangi pergelangan kakinya beberapa kali.

Baekhyun menatap sinis pemuda yang duduk di sebelahnya, "Lihat siapa yang bicara?" balasnya mengejek. "Tuan Park, video games-mu itu yang memaksa kita berakhir melakukan pemanasan bokong di sini, cih."

"Ah, benar-benar. Kalau kau memasang matamu kita juga tidak akan ditegur polisi!" bentak Chanyeol sambil memukul meja.

"Hah?!" Baekhyun ternganga, merasa Chanyeol harus mengulangi deretan kalimatnya barusan. Berpura-pura tuli untuk beberapa saat karena, hey? Ia merasa menjadi pihak yang harus disalahkan dalam insiden kecil ini. Ekspresinya sungguh melebih-lebihkan. Kalau Baekhyun seperti itu memang wajar, sesuatu dalam diri Baekhyun itu memang sudah melegenda di mata Chanyeol.

"Kau—" Chanyeol memicingkan mata ke arah Baekhyun. "Kau menginjak kaki nuna ini dan polisi menyuruh kita bertanggungjawab untuk sementara! Habis kita berdua kalau akhirnya pulang lewat jam malam! Kau mau ditahan polisi lagi? Heran aku..." Chanyeol mendesis diakhir perkataannya.

Baekhyun mengerjapkan mata cepat dalam beberapa detik. Ia kira tidak butuh waktu lama mencerna perkataan Chanyeol kalau ternyata pemuda kelebihan kalsium itu nyatanya telah—"Kau menyalahkanku? Baik! Terserah, aku tidak peduli. Aku akan pulang!" mencoba menggertak Chanyeol, dengan tingkat percaya diri yang tinggi ia berdiri dari tempat duduknya dan berkacak pinggang, "Ini, helmmu!" Bentaknya lagi, membanting helm yang ia pakai di atas meja dan membawa plastik berisi kaset yang ia beli bersamanya. Ia baru akan melangkah pergi meninggalkan Chanyeol yang berniat menahannya tapi sosok tinggi Taehyun (bagi Baekhyun) membuat ia mengambil gerakan refleks untuk mundur selangkah dan hampir saja oleng kalau Chanyeol tidak menahan tubuh Minion-nya itu.

Taehyun melihat ke arah ketiganya bergantian, "Sedang apa kalian dengan..." dilanjutkan mengalihkan pandangannya pada Dara yang memasang wajah syok bersama seperti Baekhyun, "Ohh." lalu ia kembali menatap dua pria di hadapannya menaikkan salah satu alisnya penasaran.

"Nuna ini, pergelangan kakinya terinjak—"

"Tersandung! Tersandung!" potong Baekhyun cepat. Menyikut rusuk Chanyeol kuat dengan mata masih menatap Taehyun, pria itu terlihat semakin curiga pada mereka berdua.

"Yak! Pemuda kecil—"

"Kecil?!" Baekhyun otomatis menyorotkan Dara dengan sebuah death glare saat bunyi bip dari radarnya mengetahui ada sebuah fitnah—atau mungkin fakta—ditujukan padanya.

"S-Sanghyun akan kemari sebentar lagi." ujar Dara lalu bergegas memasukkan ponselnya ke dalam tas begitu cepat.

"Kau tidak bawa mobil?"

"Hah? Ah, itu. T-tidak. Aku naik taksi."

"Baguslah," Taehyun mengangguk padanya, ia menatap pasangan konyol di depannya lalu memutar bola mata. "Tch, kukira kalian berdua terlibat masalah. Untuk apa kalian berurusan dengannya? Apa kau yang menyandung pergelangan kakinya? Kalaupun iya, kau pikir aku percaya?" tanyanya lebih ditujukan pada Baekhyun.

Baekhyun langsung mengambil tindakan aman menyelamatkan dirinya, memeluk lengan atas Chanyeol, ia lalu menyekat tenggorokannya kuat dan mengibaskan ta

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Riaa_Osehhlovu #1
Chapter 48: Antara ecxited sama sedih tokoh utamanya ganti :')
Tapi tetep bakal nunggu sekuelnya koks
ChanCartSoo #2
Chapter 48: Save offline nya di disable ama authornya


Bgst
ChanCartSoo #3
Chapter 48: Q suka lah ni cerite
zaa29b_byeol
#4
Chapter 47: Ini aku belum baca ya? Ah bodo amat. Bagus, bloom! Great one!
crunchymiki
#5
Chapter 47: ane nyengir-nyengir sendiri bacanya anjjayyy >\\\\<
alterallegra #6
Chapter 47: Wow.. Great ff Story i have read ever..
Jongin-ahh #7
Chapter 47: Endingnya gantung bgt gitu authornim T.T
Jongin-ahh #8
Chapter 47: Gue senyum2 sendiri baca ini T.T lebih sweet dr es krimnya theyo ini mah:3
Jongin-ahh #9
Chapter 44: Gue baca dari awal masa T.T chapter ini menggemaskan ><
keyhobbs
#10
Chapter 47: wwoahh!!!author jjang! Gmana bisa endingnya sekeren ini, ya ampun, dan Taehyun akhirnya sama Dara yeyy!! Terus terus Theyo sama Luhan, awalnya aku lebih suka kalo Theyo sama Baek tpi pas baca scene yg mereka jadian jadi ikutan seneng juga, jdinya bingung-_- sebenernya aku suka Theyo-Luhan atau Baek-yo hihi, tpi y sudahlah ya, yg penting pada akhirnya semuanya bahagia,hihi!