Page10: Stranger

Hacker
Please Subscribe to read the full chapter

—Theyo's POV—

Semangkuk es krim sekarang berada dihadapanku. Namun orang yang bukan lagi teman sebangkuku itu tidak memesan apa-apa. Aku memang sengaja membawanya ke kafe yang menyediakan es krim favoritku ini. Dengan bantuan kehadiran es krim coklat ini kuharap bisa membuatku lebih tenang. Selagi menunggunya memulai, aku pun seperti biasa mengaduk-aduk makanan dalam mangkuk lebar ini, meletakkan siku tangan kiriku di meja serta telapak tangan menangkup daguku. Sesekali menoleh ke luar mendapati bayang-bayang pemuda tinggi yang terlihat menoleh kemari.

Kukira lebih baik jika aku yang lebih dulu memulai.

"Aku tidak lagi berhubungan dengan website itu. Terakhir dan yang pertama kali, aku berada di sini dalam posisi yang sama seperti sekarang. Dan aku melihat tiga orang gadis di meja sepuluh sedang membicarakannya. Dan itulah pertama kali aku terlibat oleh website itu. Jangan lupa kau harus jelaskan padaku mengenai sulapmu itu," jelasku masih dalam posisi yang sama dan tatapan tetap mengarah ke dalam mangkuk es krimku.

"Aku tahu," ucapnya sambil mengangguk—kurasa. Terlihat dari caranya berkata 'aku tahu' walau aku tidak melihatnya. "Apa yang kau lakukan pada website itu?"

"Aku memasukkan tanggal lahirku. Bukankah minggu lalu sudah kujelaskan padamu jalan ceritaku?" kali ini aku menatapnya dengan alis berkerut. Namun alisnya pun berkerut lebih dalam dariku.

"Kapan?" tanyanya dengan wajah clueless-nya itu.

"Hari di mana aku menangis seperti orang idiot di depanmu, Luhannn,"

"Maaf, aku ini sedikit pelupa, jadi... kau bisa mengulangi kisahmu? Ya, aku ingat kau pernah menangis tapi apa yang kau ceritakan waktu itu?" dia membuatku menghela nafas berat. Kenapa kami begitu bertolak belakang? Aku memiliki ingatan dan memori yang kuat, tapi dia bahkan tidak bisa mengingat sesuatu yang baru terjadi minggu lalu. Akhirnya, demi mendapat jalan keluar dan penjelasan, aku pun kembali menceritakan hal itu padanya perlahan. Sesekali dia hanya mengangguk mengerti. Kukira sekarang dia adalah pendengar yang baik.

Itu sama saperti Taehyun... Gumamku dengan desahan kecewa dalam hati. Entah kenapa malah sosoknya yang sekarang kembali terlintas di pikiranku.

Namun, ada yang aneh. Bukankah Luhan tidak pernah memedulikan sekitarnya dan dia itu keras kepala? Kasus keras kepalanya yang pertama kali kutemukan adalah ketika hari pertama dia sekolah. Dia menahan pergelangan tanganku dan tidak mau melepasnya. Bagaimana bisa dia bertransformasi menjadi sosok seperti itu?

Apa dia... menyukai... aku?

Ugh, tapi dia ini 'kan memang aneh. Lebih aneh dari Taehyun.

Tunggu? Sekarang aku mengobrol dengan Luhan? Great. Just great.

"Aku minta maaf padamu," ucapku di akhir penjelasanku.

"For what?"

"Ayolah, jangan buat aku mengatakannya," ujarku lalu terkekeh kecil. Aku bahkan terkekeh. Apa ini akibat sebuah obrolan dan aku terlarut di dalamnya?

"Aku tidak pernah merasa kau memiliki kesalahan padaku. Jadi jangan terbebani dan lupakan saja segala tindakanmu padaku yang menurutmu itu salah," Luhan bahkan ikut terkekeh. Kalau aku tidak memiliki kesalahan namun aku meminta maaf, berarti aku sama saja dengan Taehyun 'kan?

Tidak. Aku tidak seperti Taehyun. Aku sadar aku sering memaki Luhan dengan tidak pantas. Itu kesalahanku.

Aku merasa sedikit lebih baik. Sesekali aku harus terlihat ceria di depan seseorang dan walaupun itu benar-benar bukan gayaku. Dia benar lagi. Aku merasa lebih nyaman bicara seperti ini bersama seseorang. Benar saja, beberapa beban pikiranku teralihkan. Lebih baik daripada terkekeh dengan Taehyun. Shhh... get out from my mind you jerk.

"Aku lupa apa tadi yang kau tanyakan padaku? Kau mau aku menjawabnya?" tanya Luhan tiba-tiba.

"Ah, kenapa kau memakai lensa kontak? Bukankah warna biru ini bagus?" ujarku mengganti topik pembicaraan.

"Ohh, ini. Biarkan saja. Mengenai website itu, aku juga pernah membukanya,"

"Sungguh? Lalu apa yang terjadi? Apa kasusmu sama denganku?" tanyaku mulai bersemangat. Dan tentu ini kembali pada topik website Hacker itu.

"Tidak," jawabnya sambil menggeleng.

"Lalu?"

"Aku membuat akunnya,"

Mendengar pengakuan Luhan, maka segera terlintas dalam pikiranku: DIA HACKER?!

"Jangan terkejut, dan kau tidak perlu takut padaku. Aku tetap seorang manusia namun ada beberapa hal yang membuat Hacker tidak seperti manusia biasa," tuturnya kemudian. Aku sempat menoleh ke kanan dan kiri memastikan situasi. Apa anak ini tolol? Bagaimana kalau nanti ada yang dengar pembicaraan kami berdua?! He's really doesn't give a about his surrounding. Ugh.

"Seperti tadi?" tanyaku berbisik.

"Bisa dibilang, kurasa aku manusia yang masuk ke dunia fantasi," ucap Luhan lalu memiringkan kepalanya. "Ya, fantasi. Manusia yang memiliki kekuatan yang hanya bisa ditemukan di dunia fantasi,"

Dunia fantasi? Ini berbeda dengan dunia mistis tentunya. Tapi... mahluk fantasi, manusia fantasi? Dia? Luhan? Apa aku juga termasuk salah satu dari mereka?

"Apa aku... juga manusia semacam... 'itu'?"

Jangan bilang iya. Jangan bilang iya. Jangan bilang iya. Jangan bilang iya.

"Iya,"

Dari mana ia bisa mengetahui sesuatu akan hal itu? Ini menyebalkan, aku terus saja mengajukan pertanyaan dalam benakku namun aku tidak mendapatkan jawabannya.

"Ini gila. Aku manusia normal. Kau yang tidak normal!" seruku langsung mendapatkan perhatian beberapa pasang mata dan aku tidak mau ambil peduli tentang itu saat ini.

"Bukan tidak normal, namun, tidak biasa. Aku Hacker. Kau Doll. Kita berbeda. Fungsinya pun berbeda," kali ini Luhan berkata dengan sangat pelan. Berbisik namun aku masih bisa mendengarnya.

"Baik, aku sadar, aku sangat sadar, kalau aku, terlibat hal ini. Tapi kumohon padamu, kau tahu 'kan, kalau boneka Hacker itu ada empat orang dan salah salah satunya adalah aku? Apa bisa aku menghapus statusku di website itu? Jadi mungkin aku akan merasa lebih baik dengan tidak terlibat lagi padanya,"

Katakan bisa. Katakan bisa. Katakan bisa. Katakan bisa. Katakan bisa. Katakan—

"Tidak bisa."

"Apa?"

"Tidak ada kata log out. Bukan aku yang menentukannya. Hanya Teddy yang bisa,"

Aku terdiam mendengarnya. Bagaimana aku bisa memiliki nasib seburuk ini? Entah kenapa kurasa ini akan menjadi lebih buruk lagi. Aku masih terikat pada website itu. Bagaimana mungkin? Akankah ini benar-benar akan menjadi lebih buruk?

"Nam Theyo,"

"Ya?"

"Aku akan bercerita banyak. Kuharap kau tidak memotongnya," kata Luhan dengan tatapan memperingati. Aku malah terdiam tak bisa berkata apapun lagi. Kecuali pertanyaan yang terus bermunculan di kepalaku. Semuanya bahkan tidak bisa kuurutkan satu persatu sanking banyaknya.

"Apa itu akan merubah sesuatu?"

"Mungkin,"

Mungkin? Kemungkinan berhasil dan gagalnya adalah 50:50. Ini terlalu meragukan... Gumamku dalam hati. Namun aku tidak punya pilihan lain selain ingin mengetahui sejauh mana aku telah terlibat. Maka aku langsung mengangguk tanda mengerti namun pikiranku masih menggantung tak percaya, ragu, dan takut. Luhan pun ikut mengangguk. Aku jadi merasa aneh berada di kafe ini... mengetahui bahwa hanya aku dan Luhan yang merasa tidak normal di sini.

Fantasy?

Insane.

 ***

Hampir setengah jam ia bercerita padaku. Hanya membuatku ingin menutup telinga rapat-rapat tak mau mendengar apapun. Aku tahu ini gila, benar-benar gila.

"Tch. Manusia yang masuk ke dunia fantasi. Itu keren," kataku sebagai komplimen.

"Ya, kau benar, itu keren." ujar Luhan sambil tertawa.

Entah kenapa, aku menyukai caranya tertawa, dia terlihat benar-benar ceria. Suara tertawanya bahkan hanya membuatku terdiam menikmatinya di sela-sela perbincangan kami. Sesekali dia menghela nafas panjang sambil tersenyum ke luar jendela lagi dan pemuda tadi tetap dalam posisinya. Orang gila mungkin.

"Kurasa, dia yang menciptakan website itu mampu mengetahui sosok seseorang hanya dengan tanggal lahirnya," ia bertutur dengan mata mengarah padaku. Walau sudah lebih dari setengah jam ia memulai ceritanya, namun aku hanya menggangguk antara mengerti dan tidak. Itu terlalu hebat. Untuk mengetahui sosok seseorang hanya dengan tanggal lahirnya.

"Funny..." ujarku setelahnya langsung menyendokkan cairan es krim ke mulutku perlahan.

"Itu tidak lucu," dia menggeleng dengan mata terpejam. Seakan-akan ini adalah masalah serius mengenai sang pencipta website.

"Kau 'kan Hacker, kau tahu siapa saja sebelas Hacker lainnya selain... kau?"

"Ya,"

"Aku dengar, dan aku tidak tahu pastinya, 'kan sudah kujelaskan padamu bahwa aku, umm... Ace dan Hacker membutuhkan Ace itu untuk dikendalikan, apa kau membutuhkanku makanya kau mendekatiku?"

Untuk beberapa alasan, aku membutuhkan kejujurannya. Karena dia juga tahu

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Riaa_Osehhlovu #1
Chapter 48: Antara ecxited sama sedih tokoh utamanya ganti :')
Tapi tetep bakal nunggu sekuelnya koks
ChanCartSoo #2
Chapter 48: Save offline nya di disable ama authornya


Bgst
ChanCartSoo #3
Chapter 48: Q suka lah ni cerite
zaa29b_byeol
#4
Chapter 47: Ini aku belum baca ya? Ah bodo amat. Bagus, bloom! Great one!
crunchymiki
#5
Chapter 47: ane nyengir-nyengir sendiri bacanya anjjayyy >\\\\<
alterallegra #6
Chapter 47: Wow.. Great ff Story i have read ever..
Jongin-ahh #7
Chapter 47: Endingnya gantung bgt gitu authornim T.T
Jongin-ahh #8
Chapter 47: Gue senyum2 sendiri baca ini T.T lebih sweet dr es krimnya theyo ini mah:3
Jongin-ahh #9
Chapter 44: Gue baca dari awal masa T.T chapter ini menggemaskan ><
keyhobbs
#10
Chapter 47: wwoahh!!!author jjang! Gmana bisa endingnya sekeren ini, ya ampun, dan Taehyun akhirnya sama Dara yeyy!! Terus terus Theyo sama Luhan, awalnya aku lebih suka kalo Theyo sama Baek tpi pas baca scene yg mereka jadian jadi ikutan seneng juga, jdinya bingung-_- sebenernya aku suka Theyo-Luhan atau Baek-yo hihi, tpi y sudahlah ya, yg penting pada akhirnya semuanya bahagia,hihi!