Page37: Revealing 1

Hacker
Please Subscribe to read the full chapter

Dalam hitungan ketiga dan sebuah efek slow motion, menjadi akhir bagi Baekhyun dan sepedanya yang malang itu terjatuh ke tanah. Tidak lebih baik dari beberapa hari lalu ia tercebur ke selokan karena melakukan hal yang sama seperti hari ini. Bersembunyi.

Ia terjatuh dan harus ada yang disalahkannya. Sehun yang tidak pandai berbelok (karena ia juga terjatuh) atau karena ledakan yang berasal dari jantungnya sekitar 30 detik yang lalu? Saat sepasang mata itu balas menatapnya lalu ia membantingnya? . Daripada itu ia lebih baik memikirkan aset berharganya yang nyeri mendarat di tanah.

"Ini, ini salahmu! Dengarkan aku kalau sedang bicara, kau bocah!" omelnya makin menaikkan nada bicara saat tahu Sehun memberi gestur tubuh I-don't-give-a- padanya. Ia hanya fokus mengintip sebuah mobil silver yang tiba-tiba berhenti dari balik dinding yang merupakan tikungan tempat mereka berdua berbelok tadi.

"Kita sudah tamat! Aku tak tahan lagi. Sekarang kita sudah mengacaukan semuanya. Terutama Aliansi Mata-Mata Sepeda Seminggu ini. Ini bukan lelucon."

"Diam, kerdil." bisik Sehun menusuk Baekhyun tepat mengenai hatinya. Oh iya, jika sudah membahas masalah pubertas keduanya masing-masing ia akan merasa disakiti. Sakit sekali dikatakan kerdil itu. Batinnya hanya menatap punggung Sehun dalam diam. Tak berani berkomentar apa-apa lagi.

Masih tenggelam dalam rasa sakit hatinya, tiba-tiba Sehun berseru mengejutkan dirinya dengan tiba-tiba membangunkan sepedanya dan mengayuh secepat kilat. "Ayo, Baek, kejar mobil itu! Mereka membawa Theyo!"

Dan ia hanya menurut dengan anggukan kepala kecil.

***

Mobil yang mereka ikuti memasuki sebuah area parkiran rumah sakit. Baekhyun dan Sehun langsung berhenti dan memerhatikan dari jauh. Seorang wanita dan pemuda berseragam Daewoon keluar menggendong tubuh Theyo.

"Jinwoo! Hati-hati kepalanya!" seru wanita yang turun bersamanya panik. Namun anak itu lebih panik lagi membuatnya tidak sempat menyahut.

"Dia dibawa kemari lagi, apa yang harus kita lakukan?" tanya Baekhyun pada siapa saja yang mendengarnya dan ia harap Sehun punya jawaban yang bagus untuk itu.

"Bukan kita, tapi kau! Kau membantingnya, Baekhyun!" tuding Sehun geram hampir menoyor kepala Baekhyun dengan telunjuknya yang menunjuk wajah mungil Baekhyun.

"Yak!" namun Baekhyun hanya menyahut tak setuju. Tidak ada komplain yang keluar dari mulutnya setelah menatap tajam Sehun. Karena, ia tidak punya sesuatu yang ia bisa jadikan bahan untuk mengelak pemuda itu.

Perdebatan mereka selesai, Sehun kemudian berinisiatif mengambil langkah untuk masuk ke dalam rumah sakit sebelum Baekhyun tiba-tiba saja menarik pergelangan tangannya kembali ke posisinya tadi. Sebelum Sehun sempat memprotes ia menunjuk sedan familiar memasuki parkiran rumah sakit juga. Saat pemilik sedan itu keluar, keduanya dengan pikiran masing-masing sudah tahu siapa mereka.

Keduanya lalu memarkirkan sepeda mereka juga, dengan langkah yang lebih tergesa-gesa dibandingkan dengan langkah kaki kedua orang tua Theyo dan mulai masuk ke dalam rumah sakit. Melihat ke sekeliling koridor, Baekhyun dan Sehun kembali tidak terlalu menampakkan wujud mereka dengan memerhatikan dari jauh ayah dan ibu Theyo berbicara dengan Jinwoo dan ibunya secara singkat kemudian ayah dan ibunya masuk ke salah satu kamar pasien.

"Kita tidak boleh muncul sekarang 'kan?" bisik Baekhyun.

"Memang." balas Sehun kentara sekali ia menggertakan giginya. "Kalau mau menampakkan diri di depannya, tidak seperti saat kita semua pertama kali bertemu dengannya. Semua harus terlihat rapih dan itu memakan waktu yang tidak singkat. Jika Luhan kembali dalam beberapa hari atau beberapa minggu ini," ia memberi jeda, menghela nafas tanpa harapan. "Percayalah, semua tidak akan seperti tadi lagi."

"Tapi, Luhan tidak begitu penting, ia yang membuat waktunya semakin lama!" balas Baekhyun terlihat ia lebih mementingkan siapa di situasi seperti ini.

"Pikir, Baekhyun. Berpikir jauh! Seminggu mengikutinya, apa kau bisa begitu saja menyimpulkan dia akan menatap kita semua dengan tatapan seperti apa?" Sehun menyudahi kalimat pertanyaannya dengan baik membuat si bodoh yang lebih mementingkan egonya itu terkekeh mencela tanpa ekspresi.

"Kau seperti tidak tahu sifatnya saja, ya. Dia sudah bergaul dengan teman-temannya sekarang, dia hanya akan memaki kita sebentar karena menghilang tiba-tiba, lalu kita jelaskan kondisi kita tiga minggu terakhir sampai sekarang ini. Selesai."

"Uh-huh. Kau lupa ingatannya itu tajam, kau pikir lagi, jika kau muncul sebelum semuanya kelar, membawakannya parsel atau bunga pun dia tidak akan memaafkanmu, musuh sejatinya yang tadi membanting ia ke tanah sampai pingsan. Malang, kau lupa hal itu bukan?"

Kalimat Sehun barusan membuatnya menang telak. Baekhyun terdiam dengan lingkaran mata terkejut ditambah perasan otaknya yang mati-matian tidak ingin mencerna kalimat Sehun. Ia hanya selalu berakhir dengan sakit hati.

Pintu kamar pasiennya kemudian terbuka, Sehun langsung mengalihkan perhatiannya ke arah ayah Theyo, seorang suster, dan dokter yang keluar dari sana.

"Dia... dokternya..." gumam Sehun hampir tak dapat menelan ludahnya sendiri. Ia kemudian berbalik menghadap Baekhyun, menatap Baekhyun kali ini lebih serius. "Aku punya sesuatu yang harus kulakukan... dan kau, kau periksa kondisi Theyo, jangan muncul, keberadaanmu di sana jika memunculkan wajahmu di depan ahjumma sekali pun akan menimbulkan tanda tanya besar. Paham?"

Baekhyun mengangguk walaupun sebenarnya dongkol karena merasa digurui.

"Bagus." Sehun mengangguk puas sekali padanya, lalu berbalik melihat ayah Theyo sedang berdiri di depan pintu kamar pasien menoleh ke dalamnya melalui kaca di pintu geser itu. Beberapa saat kemudian dia lalu berjalan pergi sambil mengusap kelopak matanya, terlihat bahunya turun akibat menghela nafas terlalu panjang.

Sehun langsung beranjak, ia menghampiri dokter Oh dan suster yang berjalan beriringan dan berlawanan arah dengan ayah Theyo. Saat itu juga Baekhyun berjalan ke arah pintu kamar pasien, mengintip ke dalam secara diam-diam.

Berada lima langkah darinya dibatasi sebuah pintu ini, Baekhyun hampir tidak dapat menahan niatnya lagi untuk mengucapkan satu kata saja pada gadis itu. Hampir sebulan dan itu waktu yang terlalu lama. Ia merindukan seseorang itu hal yang langka, begitu langka bahkan sekali ia mengalaminya ia ingin sekali mengeluarkan semua perasaan menjengkelkan itu. Dan tentu itu bukan hanya baginya, ia tahu seorang temannya lagi di sana juga akan merasakan apa yang ia rasakan. Karena mereka berdua menyukai perempuan yang sama... ia kira begitu.

"Permisi."

Dokter yang berada di depan Sehun berhenti untuk menoleh ke belakang diikuti oleh suster yang berada di sebelahnya. Sehun pun berhenti dan saling bertatapan dengan dokter Oh beberapa saat.

"Kau bisa pergi, saya ada urusan." ucap dokter Oh membuat suster dengan clipboard di sebelahnya menggangguk mengerti sambil berlalu. Begitu suster tersebut sudah benar-benar jauh, dokter Oh kembali menatap Sehun santai. "Ya?"

"Anda dokter yang mengoperasi Nam Theyo pada kecelakaannya hampir dua bulan yang lalu?" tanya Sehun langsung pada intinya.

Namun dokter Oh hanya menatapnya tanpa niat ingin menjawab pertanyaan itu. "Kau masih sekolah?"

"Apa ada penyakit serius setelah dia menjalani operasi?" Sehun tidak menggubrisnya.

"Di mana sekarang kau tinggal?"

"Nam Theyo, dia—"

"Oh Sehun."

Kalimatnya terpotong dengan untaian namanya yang keluar dari mulut dokter Oh, yang mana saat itu terdengar begitu... aneh karena ia mengucapkannya dengan pelan. Terdengar asing. Mereka berdua sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing. Sehun, dirinya sendiri juga lebih memilih untuk diam, tetapi dia mengepalkan tinjunya tanpa sadar semakin kuat. Dokter ini, ayahnya, masih sudi menyebut namanya dengan lengkap ditambah nama keluarganya.

"Seungri bilang bulan lalu kau menemuinya. Istriku juga bilang kau datang ke rumah. Seharusnya saat itu—"

"Aku hanya butuh kau menjawab pertanyaanku tadi dokter Oh. Sesingkat apapun. Setelah itu aku akan pergi."

"Apa hubungan anak perempuan Taejoon denganmu? Kau tidak—"

"Dia temanku, kami berteman." potong Sehun sadar kesabarannya masih bisa tertahan.

"Itu tidak cukup untukmu mengetahui segala sesuatu mengenainya termasuk operasi yang ia jalani, jadi lebih baik—"

"Kumohon! Dengarkan aku!" potong Sehun menaikkan nada bicaranya tetap dengan batas yang wajar, "Sekarang... apa kau memaksaku membahas hal masalah kita?"

"Mm." gumam dokter Oh dengan anggukan kecil.

"Seumur hidupku bahkan saat kau sudah tidak lagi mengangapku sebagai putramu, apa kau akan selalu membuatku berlutut, mengemis, meminta padamu?" ia mendesis dan ia benar-benar mendesis saat menyebutkan status apa yang seharusnya ada antara ia dengan pria di hadapannya. "Malam itu, aku memang sengaja ingin menemui ibu," salah, ia membuang wajahnya ke samping memejamkan mata kuat-kuat karena menampar diri sendiri dalam hati, masih berani menyebutkan kata 'ibu' di depan ayahnya. Tapi ia kembali menatap dokter Oh, menunjukkan padanya kalau ia memang tidak takut sama sekali dengan segala balasan apa yang akan ia dapat nanti setelah ia menyelesaikan kalimatnya, "Untuk sementara, sementara kembali." lanjutnya semakin berani untuk menyelesaikan jawaban pertanyaan yang tadi tidak mau ia bahas sama sekali.

"Kau ingin... kembali?"

Sehun diam.

"Tidak kusangka." lanjut dokter Oh melihat respon Sehun. "Lalu?"

"Aku memutuskan tidur di rumah saat tahu dari ibu kalau selama seminggu tepat setelah aku datang kembali ke rumah ibu katakan padaku bahwa kau dan Seungri-hyung melakukan bakti sosial di luar Seoul," ia menarik nafas berat. "Tapi seperti yang kau lihat, aku tidak akan mengacaukan hidupmu yang baru tanpa aku, jadi aku pergi sebelum kau pulang." Sehun masih menatap mata ayahnya di balik bingkai kacamata miliknya dan tidak ada waktu untuk membaca tatapan itu. "Aku masih berani menampakkan wajahku sebagai anak ibu dan adik Seungri-hyung, tapi kau... kau lihat aku? Berpura-pura menjadi orang asing dan menghampirimu, kau tahu betapa takutnya aku saat kau menyebut namaku keluar dari mulutmu? Kau yang menendangku keluar mana bisa aku menampakkan wajahku ini di hadapanmu untuk membahas masalah keluarga kita." tutur Sehun panjang lebar sampai ia hampir kehabisan nafas.

"Aku bukan jenius seperti Seungri-hyung, tapi setidaknya dengan menari aku tahu kalau aku memiliki sesuatu yang tidak dimilikinya, dengan begitu kau akan datang melihatku dan berkata, kalau aku telah melakukan yang terbaik, aku adalah aku, hyung adalah hyung,"

Sehun menarik nafas yang lebih panjang sekali lagi, sebuah deretan kalimat yang sama sekali tidak pernah tersampaikan pada ayahnya akhirnya lepas dari ujung lidahnya. Ia berhasil merangkai kata-kata itu dan sama sekali tidak berharap sebuah titik pengertian darinya, karena tidak peduli ia mengucapkannya dengan tulus atau penuh perasaan, itu hanya sampah yang sia-sia dalam pikiran ayahnya saat mencerna kata-kata yang ia ucapkan untuk membahas hak dirinya dalam bebas memilih jalan hidup sendiri. "Setelah melihatku yang berani bicara seperti itu, apa yang akan kau lakukan padaku? Jika aku memang tidak pantas kembali lagi, untuk informasi saja, aku bekerja dan aku masih bersekolah, dan aku tinggal di rumah temanku."

Ayahnya diam membuat situasi seakan semakin memburuk.

Namun, "Sehun," Dokter Oh memanggilnya dengan pelan. "Tetaplah tinggal dengan temanmu."

Sehun tidak bisa mengelaknya, kalimat itu membuat ia terhenyak, ia mematung dan ayahnya menghela nafas panjang sambil menatap dirinya. Bola mata itu menyiratkan sesuatu yang tidak bisa ia artikan sendiri sampai dokter Oh berkata kembali,

"Dan datanglah padaku dan kembali ke rumah saat kau bisa membuktikan bahwa jalan yang kau pilih merupakan sesuatu yang lebih berarti dibandingkan apa yang kakakmu dan keluarga kita miliki." Dokter Oh menyudahi perkataannya namun tetap menatap Sehun dengan tenang. Sehun sadar, rupanya itu yang tidak bisa diartikannya. Sebuah tatapan yang memohon agar dirinya bisa membuat sesuatu yang membuktikan kalau ayahnya telah salah besar dalam menilai jalan hidupnya.

Mulai dari detik ini, entah kenapa ia menjadi begitu takut bahkan untuk membuka mata setelah ia berkedip.

Di sisi lain, Baekhyun terdiam seperti arca satu langkah di depan pintu kamar pasien dan terlihat hampir tidak kentara apa ia benar-benar bernafas atau tidak. Ia cukup berani untuk membuka pintu itu hanya untuk memberi celah supaya ia bisa mendengar jelas apa yang dibicarakan Theyo saat ia memainkan ekspresinya seperti ingatannya pada musim panas itu. Saat di mana Baekhyun sama sekali tidak merasakan apapun melihat sebuah ekspresi kesakitannya yang beriringan dengan isakan tangis anak manja Theyo. Ia baru merasakannya sekarang.

Kenapa ia ikut merasa sakit di dalam hatinya?

Kenapa ia merasa jahat setelah tahu apa yang dialami Theyo saat mereka pergi. Apa yang lain juga akan merasakan hal yang sama? Karena ia dan Sehun hanya membuntutinya selama seminggu? Lalu bagaimana dengan minggu-minggu lainnya?

Ia lalu mematikan rekaman ponselnya. Berbalik dan pergi dari sana untuk mengajak Sehun pulang.

Terkadang mengetahui kebenaran benar-benar menyakitkan. Sehingga ia teringat bagaimana bisa ia menciptakan kapal pecah dalam kamar Chanyeol... itu karena ia juga mengetahui kebenaran...

 

 

Please Subscribe to read the full chapter

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Riaa_Osehhlovu #1
Chapter 48: Antara ecxited sama sedih tokoh utamanya ganti :')
Tapi tetep bakal nunggu sekuelnya koks
ChanCartSoo #2
Chapter 48: Save offline nya di disable ama authornya


Bgst
ChanCartSoo #3
Chapter 48: Q suka lah ni cerite
zaa29b_byeol
#4
Chapter 47: Ini aku belum baca ya? Ah bodo amat. Bagus, bloom! Great one!
crunchymiki
#5
Chapter 47: ane nyengir-nyengir sendiri bacanya anjjayyy >\\\\<
alterallegra #6
Chapter 47: Wow.. Great ff Story i have read ever..
Jongin-ahh #7
Chapter 47: Endingnya gantung bgt gitu authornim T.T
Jongin-ahh #8
Chapter 47: Gue senyum2 sendiri baca ini T.T lebih sweet dr es krimnya theyo ini mah:3
Jongin-ahh #9
Chapter 44: Gue baca dari awal masa T.T chapter ini menggemaskan ><
keyhobbs
#10
Chapter 47: wwoahh!!!author jjang! Gmana bisa endingnya sekeren ini, ya ampun, dan Taehyun akhirnya sama Dara yeyy!! Terus terus Theyo sama Luhan, awalnya aku lebih suka kalo Theyo sama Baek tpi pas baca scene yg mereka jadian jadi ikutan seneng juga, jdinya bingung-_- sebenernya aku suka Theyo-Luhan atau Baek-yo hihi, tpi y sudahlah ya, yg penting pada akhirnya semuanya bahagia,hihi!