Page21: Overdose

Hacker
Please Subscribe to read the full chapter

Seeing you inside makes me want you even more

After my breath quickens and chokes

I feel a shiver then a sigh

Her love her love is like a poison to me

I can't escape

My blood gets hotter and she controls all of me...

 

 

Long chapter ahead

—3rd POV—

Kris, Chanyeol, Baekhyun berjalan di belakang yang lain. Baekhyun sudah tidak perlu dirangkul lagi dan dia memilih berjalan seperti biasa. Well, tidak ada yang membantunya berjalan lebih cepat karena kepalanya terasa berdenyut-denyut sehingga terpaksa tertinggal di belakang. Lagipula, ada baiknya juga, jadi tidak perlu ada yang menguping ketiganya berbincang.

"Katakan padaku, kau pasti sedang banyak pikiran." Kris memulai introgasinya pada Baekhyun. Pemuda itu membalas tatapannya kemudian mengangguk perlahan.

"Bintang film o mana yang kau pikirkan sampai kau seperti ini, Baek?" kali ini Chanyeol yang bertanya dengan cemas. Namun Baekhyun malah terdiam setelah melancarkan death glare pada si caplang. Matanya secara diam-diam mulai mengarah ke arah satu-satunya gadis di antara mereka semua yang sedang berjalan lumayan jauh di depannya. Dia melihatnya berbicara dengan Luhan. Kemudian, ia menunduk. Memandangi sepatunya yang terus bergerak melangkah maju menginjak dedaunan.

Tanpa ia sadari, Kris tahu apa yang baru saja dipandanginya itu.

"Kris,"

"Aku tahu..." ucap Kris kemudian mengusap bahu Baekhyun pelan. Baekhyun masih memandangi sepatunya dan kini ia menggigiti bibir bawahnya.

Ia merasa denyutan di kepalanya semakin kuat. Lidahnya benar-benar kelu untuk mengatakan hal jujur. Yang paling ia takuti sekarang, jantungnya berdegup menggila di dalam tubuhnya sekarang. Ia benar-benar seperti tercekik dan bayangan ketika menjadi seorang Hacker pun terbayang. Adalah saat di mana ia tidak pernah merasakan sesuatu yang menyiksanya seperti ini. Ketika bahkan ia tidak tahu bahwa ternyata ia tidak memiliki detak jantung yang akan memompa darahnya. Merasa lebih hidup bahkan ketika harus menjadi sebuah halaman kertas kosong.

"Aku frustasi," mulainya. Beberapa kali ia harus berharap semoga sekarang tenggorokannya tercekat. Tidak berharap kalimat lanjutan yang tersangkut di tenggorokannya sekarang akan keluar dari bibirnya. Namun sesuatu membuatnya kalah sehingga harus melanjutkan kalimatnya, "...hanya karena tahu aku menyukainya." tutur Baekhyun hampir berbisik. Tapi kedua orang di sisi kanan dan kirinya tetap mendengar apa yang ia katakan dengan jelas.

Seketika mata Chanyeol membulat. Jauh lebih besar dari ukuran bola matanya yang memang sudah bulat besar itu. Kris tahu. Namun Chanyeol masih tidak percaya. Ia berusaha menyembunyikan keterkejutannya itu.

Jika Baekhyun sudah seperti ini, akan ada kata serius di dalamnya.

"Lalu kenapa kau begitu memikirkannya?" tanya Kris. Alisnya sengaja dibuat bertaut keheranan.

Baekhyun menggeleng perlahan. "Karena mana mungkin aku menyukai dia. Apa yang akan kulakukan kalau dia tahu aku menyukainya?"

"Kau tampan. Lebih pintar dari Luhan. Kau juga kaya. Jadi kau merasa tersaingi begitu? Atau kau takut ditolak?" ujar Chanyeol asal bunyi. Menaikkan sebelah alisnya ke arah Baekhyun. Bukannya setuju tetapi Baekhyun malah menatap Chanyeol tajam.

"Diam kau."

"Hey, dengar. Kalau kau hanya menyukainya, kau bisa menyukai orang lain lagi, bukan?" ujar Kris mengingatkannya sesuatu. Kali ini Baekhyun malah kembali menggeleng.

"Dadaku sakit. Dia membuatku merasa aneh," Baekhyun menoleh ke arah Kris dengan wajah pucat dan ekspresi langka yang Kris berani bertaruh kalau ini pertama kalinya Baekhyun memasang ekspresi sedih yang berlebihan seperti itu. Baekhyun lalu meremas bajunya kuat. Ia menghela nafas panjang dan kembali berkata, "Apa yang ada padanya sampai membuatku seperti ini? Dia mungkin pintar, ya, kalian pun mengakui dia cantik, ya. Itu terlalu biasa. Aku bisa mendapatkan lebih. Jadi apa namanya jika seperti ini?" tuturnya dramatis.

"Sometimes it's not alwasy what a girl has that to make us fall, Baekhyun." ucap Kris. Namun Baekhyun kelihatannya masih belum mau mengerti.

"Apa yang barusan kau katakan, Kris?" tanya Chanyeol tiba-tiba. Tidak ada yang mengindahkan apa yang ia tanyakan dan Baekhyun merasa kehadiran Chanyeol sama sekali tidak bermanfaat baginya. Namun partner setianya setelah Sehun itu sangat baik dalam menjaga rahasia dan bekerja sama.

Kris mengangguk mengerti sesuatu. Karena ia tidak ingin Chanyeol mendengar apa yang ia katakan, ia  pun mencoba berbicara dengan Baekhyun dalam bahasa asing. "You have a crush on her, don't you? And it seemed like it's just not a mere crush. You fell for her too. Doesn't sound so good, buddy." ujarnya membuat Chanyeol hanya bisa terpelongo tak mengerti satu kata pun.

Dan pemuda yang menyimaknya itu mengerjapkan matanya. Sementara Chanyeol mulai mendengus sebal karena Kris mulai membuat masalah dengan merahasiakan sesuatu darinya.

"Kris,"

"Ya?"

"Demi pun aku tidak mengerti apa yang kau katakan."

"Shi—ugh, whatever. Mungkin aku akan menasehatimu kalau kau sudah sembuh saja," kata Kris sambil berusaha membakar Baekhyun dengan tatapannya. Ia lalu kembali menoleh ke depan. Memerhatikan jalan sambil menghindari pohon yang menghalangi jalan mereka. "Aku mau menyarankan sesuatu padamu," ujarnya terdengar serius. "Kalau kau terus memikirkannya sampai seperti ini, trust me, kau akan semakin menyukainya. Bersikaplah seperti biasa. Kau tidak perlu sampai seperti ini, Baek. Jika gagal, itu mungkin tidak baik. Namun jika berhasil, sesuatu yang tidak baik juga akan terjadi pada 'orang' lainnya. Kau tahu siapa itu 'kan?" jelas Kris lalu tersenyum miris ke arah Baekhyun.

Pemuda di sebelahnya tidak perlu menjawab. Setidaknya ia bisa menyimak apa yang dituturkan Kris.

"Aku juga tidak tahu kenapa kau menyukainya. Mungkin dia memiliki daya tarik tersendiri. Jujur, aku juga sekedar suka padanya. Yah, karena dia pintar dan kalau diajak bergaul ia bisa menjadi orang yang menyenangkan." lanjut Kris lagi. Dan Baekhyun tetap mengiyakannya dalam hati. "Sesuatu akan menjadi lebih sulit jika ada seorang lagi yang berpikiran sama denganku." Kris melirik Baekhyun melalui ekor matanya. Ia tersenyum ketika tahu Baekhyun mulai memandangi Luhan.

Sementara itu, begitu mereka sampai pada tepi air terjun, beberapa langkah di belakang, Sehun malah terdiam di tempatnya. Rasa takut membuatnya tidak ingin pergi lagi ke tempat ia dan ketiga temannya yang lain pernah datangi: seberang air terjun itu. Kalau mereka diserang kembali? Lalu bagaimana jika kembali ada yang menjadi korban? Pikirannya dipenuhi firasat-firasat buruk. Membayangkan segala resiko yang akan terjadi apabila kedua kakinya mencoba mengambil langkah.

Tapi, tanpa ia sangka, seseorang tengah berjalan menghampirinya. Karena melamun, suara apa pun di sekitarnya jadi tak kedengaran. Padahal gadis itu sudah mulai berkata sesuatu pada Sehun. Bahunya disenggol, Sehun yang melipat tangannya di depan dada malah membuang wajahnya ke arah samping.

"Hey, kau dengar aku?"

"Ya. Dengar."

Theyo berdehem. Sebenarnya ia tidak mau melakukan ini—menghampirinya—tapi Sehun mulai membuatnya dongkol akibat penasaran. Yang lain juga tidak mau memberitahukan kebenaran padanya.

"Kris, ayo kita ke seberang sana," di sisi lain, dapat terdengar suara rengek Xiumin—hal menjijikkan itu membuat Kris bergidik geli. Temannya yang satu ini terlalu antusias sampai ia bahkan lupa bahaya yang akan mengancamnya dan teman mereka yang lain.

Kalau mereka ingin tahu apa yang dirasakan Kris sekarang, itu hanya satu. Takut.

Selain cukup tinggi, Kris yang mulai nekat memgintip ke air terjun di bawah sana juga dapat tahu kalau itu pasti sangat dalam. Mustahil bisa selamat jika nantinya ada yang terjun bebas. Well, hal kedua tentu saja karena ia sendiri tidak bisa berenang.

"Jadi benar? Aku tidak berbuat apa pun padamu?" Theyo bertanya. Lagi-lagi ketika bertanya pada Sehun, pemuda itu malah menggeleng. "...aku tidak salah apa pun 'kan?" tanyanya lagi semakin heran dan penasaran dengan jawaban Sehun. Selain kata 'ya', Sehun belum mengucapkan apa pun lagi padanya. Bahkan menatapnya. "Baik, kukira itu saja." karena tak kunjung mendapat respon lagi, Theyo hendak berbalik meninggalkan Sehun.

"Dengar," akhirnya Sehun mengucapkan sesuatu setelah menghela nafas panjang, tak berhasil mencegat gadis tersebut memaksa ia menarik pergelangan tangannya. Ia memberanikan dirinya menatap mata Theyo sekarang.

"Apa?"

"Jadi, aku,"

"...ya?"

"Sebenarnya..."

"Uh-huh?"

"Aku..."

"Oh geez, Sehun, just say it already for 's sake,"

"Iya, sabar! Aku masih bingung,"

"Lalu?"

"Theyo kumohon maafkan aku. Sebenarnya aku yang bersalah makanya aku menghindarimu," sembur Sehun secepat mungkin membuat gadis di depannya mengerutkan dahi.

"Apa sih?" ucapnya dengan sebelah alis terangkat naik. "Kau berbuat apa?"

"I-itu..."

Theyo tahu Sehun takkan menjawabnya. Tapi kesalahan apa? Ia merasa tak pernah tersakiti oleh Sehun kecuali saat ia menghindari ia layaknya sosok dunia lain. Jadi inti dari ini semua—sama sekali tak membuahkan hasil apa pun alias, such a waste of time.

"Tolong, kau membuatku gugup. Apa pun yang kulakukan dan jika nanti kau mengetahuinya kau tidak akan marah padaku, ya? Ini kesalahanku, k-kau tidak perlu tahu,"

"Aku masih hidup dan sehat jadi jangan membuat ekspresi seakan-akan aku akan mati besok. Kau menakutiku, Sehun."

Tiba-tiba saja, Sehun tersenyum kecil. Kemudian ia mengangguk perlahan seperti anak kecil. "Terima kasih."

Mengangguk, Theyo yang sudah beranjak kini menggeleng melihat tingkah Sehun barusan dan kembali ke posisi di mana sejak tadi Luhan memerhatikannya.

"Kau bicara masalah tadi?" tanya Luhan begitu Theyo sudah ada di sebelahmya. Theyo pun mengangguk. Ia lalu memutar bola matanya jengkel ke arah Luhan.

"Ya. Dasar orang-orang aneh. Padahal kita semua sebaya tapi kelakuan kalian sangat ajaib," ujarnya kemudian. "Hey, Kris? Kalian tidak mulai menyeberang?" tanya Theyo mengalihkan pandangannya pada Kris. Pemuda itu segera menunjuk ke arah seberang air terjun. Tiga mahluk sedang berdiri di sana. Tak lain Tao, Kyungsoo, dan Xiumin.

"Hey! Cepat kemari!" teriak Xiumin melompat-lompat bangga. Seperti melewati rintangan dalam game, melompat-lompat seperti tadi dengan taruhan nyawanya benar-benar membuatnya senang. Apa tidak ada yang lebih menantang dibandingkan dengan ini? Seperti misalnya menyebrangi air terjun ini dengan bantuan seutas benang atau melakukan arung jeram dengan modal papan tripleks?

"Ya! Mudah sekali!" Kyungsoo ikut berteriak. Namun ia tidak seheboh Xiumin atau Tao yang berada di sebelahnya.

Kris menghela nafas panjang. Ia yang berada di depan teman-temannya yang lain kemudian berjalan mundur. "Lay, k-kau! Cepat maju!" tunjuknya asal.

Lay yang tadi berjongkok di bawahnya kemudian berdiri dengan banyak daun Fern yang ia cabuti. Tanpa banyak bantahan, ia lalu mulai menuruti Kris. Hanya dalam 30 detik, sekarang ia sudah bergabung dengan Tao dan kedua temannya yang lain. Kembali berjongkok dan mengumpulkan daun Fern yang banyak.

"Kenapa Kris mendorongmu?" tanya Kyungsoo penasaran.

Lay mengendikkan bahunya, ia lalu menjawab singkat, "Dia takut."

Setelah Lay, kali ini Kris pun segera menoleh ke orang yang ada di sebelahnya. Ia segera mendorong Sehun—yang mungkin sedang sial. Namun pemuda itu menolaknya dengan merengek meminta Kris menyuruh yang lain. "Banyak bicara kau! Cepat sana." omel Kris memelototi Sehun. Itu malah membuat Sehun semakin mundur menjauh darinya.

"Jadi, kalau kau tinggal sendiri, bagaimana?" pertanyaan Chanyeol membuat Kris terkejut. Ia langsung terburu menghitung sisa teman-temannya dengan panik. Tersisa Baekhyun, Chanyeol, Luhan, Theyo, dan Suho jika ia menyuruh Sehun sekarang.

Namun tiba-tiba saja, seseorang mengajukan dirinya, "Volunteer." ucap Suho kemudian berlalu di sebelah Sehun.

Kris berdehem. "Baiklah, sudah kuputuskan kalau kita akan menyeberang bersama-sama. Sehun, ayo, kau dulu, lalu Luhan, Baekhyun, aku, Chanyeol, dan Theyo. Pokoknya aku harus ada di tengah-tengah." perintah asal ditujukan pada teman-temannya. Tak mengindahkan aura tak setuju dari beberapa orang yang berniat memprotes padanya.

"Kenapa kau membiarkan perempuan di belakang?"

Sempat mendelik ke arah Luhan, Theyo sadar niat baik pemuda itu karena menganggap kasihan dirinya. "No need to act like a gentleman in front of me in a place like this," sahutnya seraya angkat bahu. Tidak mencoba mempermasalahkan apa pun.

"Hear?" Kris mengangkat sebelah alisnya ke arah Luhan. Nam

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Riaa_Osehhlovu #1
Chapter 48: Antara ecxited sama sedih tokoh utamanya ganti :')
Tapi tetep bakal nunggu sekuelnya koks
ChanCartSoo #2
Chapter 48: Save offline nya di disable ama authornya


Bgst
ChanCartSoo #3
Chapter 48: Q suka lah ni cerite
zaa29b_byeol
#4
Chapter 47: Ini aku belum baca ya? Ah bodo amat. Bagus, bloom! Great one!
crunchymiki
#5
Chapter 47: ane nyengir-nyengir sendiri bacanya anjjayyy >\\\\<
alterallegra #6
Chapter 47: Wow.. Great ff Story i have read ever..
Jongin-ahh #7
Chapter 47: Endingnya gantung bgt gitu authornim T.T
Jongin-ahh #8
Chapter 47: Gue senyum2 sendiri baca ini T.T lebih sweet dr es krimnya theyo ini mah:3
Jongin-ahh #9
Chapter 44: Gue baca dari awal masa T.T chapter ini menggemaskan ><
keyhobbs
#10
Chapter 47: wwoahh!!!author jjang! Gmana bisa endingnya sekeren ini, ya ampun, dan Taehyun akhirnya sama Dara yeyy!! Terus terus Theyo sama Luhan, awalnya aku lebih suka kalo Theyo sama Baek tpi pas baca scene yg mereka jadian jadi ikutan seneng juga, jdinya bingung-_- sebenernya aku suka Theyo-Luhan atau Baek-yo hihi, tpi y sudahlah ya, yg penting pada akhirnya semuanya bahagia,hihi!