Page39: Revealing 3

Hacker
Please Subscribe to read the full chapter

39

Sore-sore begini, aku kabur dari rumah Baekhyun yang membuatku merasa seperti tahanan. Kris memang tidak menepati janjinya... Tapi... apa janjinya itu? Ah terserahlah. Yang penting setelah menelepon Suho aku langsung dijemputnya naik mobil. Ah, tipikal tuan mudanya lain dengan milik Baekhyun. Anak kaya ini sepertinya terlihat baik-baik saja setelah tidak mengunjungi kami. Apa ia dan keluarganya benar-benar baik-baik saja? Tidak penting membahas itu sekarang.

"Aku tidak tahu sekarang kalian tinggal di rumah Baekhyun." Suho memulai pembicaraan sambil tetap fokus pada jalanan.

"Ya, begitulah. Di rumah itu hanya aku yang dilarang ini itu karena Kris takut aku buat masalah. Sehun mulai hari ini tinggal di rumah ibunya, Chanyeol tidak pernah ikut pencarian lagi sejak ada game center Baekhyun, Baekhyun terus berteriak sesuka hatinya mentang-mentang kami numpang tinggal di rumahnya, Tao dan Xiumin sama saja seperti Chanyeol." jelasku panjang lebar. Kenapa aku terdengar seperti orang tua yang mengomeli anaknya?

"Jadi... kau tidak takut nih pada Kris kalau nanti dia kembali?" sialan anak ini. Suho menggodaku sambil membuatku merasa takut. Apa-apaan dia?

"Err, whatever. Lebih baik kau cepat sampai kerumah sakit setelah itu antarkan aku ke Sinchon-dong." titahku padanya lalu melipat tangan di depan dada.

"Ya, Luhan. Terserah. Hitung-hitung karena aku kasihan padamu." dia mencibir lalu keluar kekehan dari mulutnya.

***

Setelah mengurus ini itu dan bertanya nomor kamar pasien bernama Nam Theyo, aku dan Suho tidak membuang-buang waktu singkat yang berharga ini. Oh, apa yang akan dilakukan Kris jika aku ketahuan kabur lalu pergi ke mari? Tapi sebenarnya pun dia pasti sudah tahu akan pergi ke mana aku.

"Maaf, kalian berdua siapa?"

Suara laki-laki tak dikenal membuat aku dan Suho yang masih mengintip-ngintip ke dalam kamar pasien dengan cara mencurigakan hampir mati karena terkejut. I-ini, maksudku, dia, apa dia teman sekelasku dulu? Sepertinya bukan... Siapa namanya... aku menggaruk kepala sambil memicing ke arah name-tag yang menempel di baju seragamnya. Kim Jinwoo?

"Ah... Kau." aku menarik nafas seakan-akan mengenal orang asing ini dengan tatapan masih berfikir keras sekaligus menyepelekannya. Mungkin kalau ada Theyo sekarang ia menganggap ini tampang dungu versiku.

Kim Jinwoo, ya?

Siapa dia? Dia mengenalku? Dia teman Theyo? Tapi Theyo tidak punya teman yang terlalu dekat. Lalu? Pacar? Tidak mungkin. Aku adalah satu-satunya orang yang disukai gadis itu.

pemuda sepertinya... Aku menatapnya dari atas sampai bawah sambil melambung-lambung dengan pikiranku sendiri dan tersenyum bangga dalam hati. Sepertinya memang aku yang terbaik dalam hal penampilan.

"Kau Luhan 'kan?" aku tidak mengangguk saat dia sendiri balik memasang tatapan curiga padaku.

"Ya." aku menjawab seperlunya. Karena hey, aku tidak punya banyak waktu di sini berbicara denganmu.

"Kau siapanya menjenguk Theyo?" dia bertanya dengan nada sinis. Ah, dia bertanya aku siapanya seakan-akan dia sendiri memiliki suatu hubungan dengan Theyo.

Maka, tentu saja, aku Luhan, menjawab dengan percaya diri, "Aku pacarnya," yeah, yeah, wanna-be maksudku.

"Cih," dia mencibir membuatku harus menahan wajah terkejutku atau niat untuk menyolok matanya yang sok itu menatapku remeh berada di balik kacamata kutu bukunya. Sekarang Suho malah terkekeh di sebelahku tidak ada niat ikut campur. "Kalau kau pacarnya, maka," dia menunjuk dirinya. "Aku juga pacarnya. Hey, kau pikir ada berapa banyak orang yang mengaku pacarnya? Kau murid baru tak beres, dasar lancang. Minggir dari jalanku."

A-apa? What t-the...

"Hey, jaga mulutmu." Suho akhirnya angkat bicara. Ia menarikku mundur dan membukakan pintu kamar pasien untukku agar segera masuk. Dan si Jinwoo mengekori kami berdua. Cukup sekali dalam hidupku aku merasa ingin menelanjangi orang lalu menguburnya hidup-hidup.

"Siapa suruh kau masuk?'" dia seperti mengajakku berkelahi. Tapi karena aku tidak bisa bertele-tele di sini jadi aku mengabaikan ia yang dari belakang punggungku terasa seperti sedang membakar bagian tubuhku itu dengan laser yang memancar dari matanya. Jika aku bertemu kau lagi, aku akan datang menunjukkan padamu tanganku yang bergandengan dengan Theyo. Kalau masih belum jelas sekalian kucongkel matamu biar makin jelas. Buat kesal saja.

Aku berhenti membatin kesal pada anak itu. Dan sekarang aku berdiri di sisi ranjang tempat gadis cantik keras kepala ini berbaring tidak sadarkan diri. Rasanya melihat dia sekarang dibalut oleh baju pasien itu membuat tenggorokanku tercekat. Saat tanganku mau menggenggam tangannya yang terasa dingin, kuharap aku memberikannya kehangatan melalui telapak tanganku ini. Tunggu dulu, apa aku sedang ketularan sakit ala drama? Baiklah mungkin sedikit.

Mataku terus memandanginya bahkan tidak lagi sadar tentang keberadaan Suho yang sedang membalik tirai yang ada di sebelah sana dan Jinwoo hanya memerhatikan.

Kalau bisa, aku mau terus berada di sini hingga ia sadar nanti.

Tapi aku tidak memegang segala apa yang harus kulakukan sendirian.

Entah berdoa atau tidak namanya, tapi dalam hati aku berkata, kalau kita bertemu lagi, aku mau dia memakiku seperti biasa. Lalu kita saling bertengkar seperti pasangan membuat iri Baekhyun. Kau akan tetap seperti ini sampai kapan? Melihat wajahmu yang tenang dan damai seperti ini kenapa itu malah membuatku kesal?

Tapi yang terpenting dari semua itu, aku ingin kau tersadar sepenuhnya dan kita bisa berkumpul bersama lagi sebelum hari natal tiba...

Terakhir sebelum aku pergi, aku tersenyum melankolis padanya.

***

Setelah bersedih-sedih di rumah sakit, aku dan Suho jadi pergi ke Shincon-dong. Di sana kami mencari-cari restoran entah kafe mana yang merupakan milik orang tuanya Theyo.

Tidak butuh waktu lama menyadari sebuah kafe baru dari deretan kafe dan restoran lainnya di distrik ini. Suho pun memarkirkan mobilnya.

Saat aku masuk dengan kepala terus menoleh-noleh ke sekeliling kafe ini, seorang ahjumma datang menghampiriku dan ada seseorang lagi dengannya duduk di sebuah kursi. Saat pemuda itu menatapku ia rasa dari caranya menatap itu dia kenal aku. Tapi dia hanya melayangkan senyuman saja lalu membenahi snapback yang ia pakai.

"Ada yang bisa saya bantu?" ahjumma ini tersenyum ramah padaku. Aku menyekat tenggorokanku sekali pada—ah, dia pasti ibunya Theyo. Tapi kenapa wajahnya tidak begitu mirip?

"Aku ingin bekerja di sini. Temanku menyarankan aku untuk datang ke mari," ujarku hampir saja mengeluarkan kekuatan penuh dari ancaman melelehkan senyumanku yang mungkin bisa terlampau tampan. Semua perempuan meleleh di tempat melihat ini kecuali seseorang.

"Temanmu? Kami bahkan belum melakukan opening kafe ini." ahjumma itu malah menatapku lucu.

"Itu... Theyo yang memberitahukanku." kataku lagi-lagi tersenyum. Entah kenapa aku punya firasat kalau Suho yang berdiri di sebelahku itu sedang menyalakan laser api matanya ke arahku. Apa salahnya tersenyum ramah pada ibu–calon–pacarku.

"Ah, Theyo. Kau teman sekelasnya? Hanbin juga."

Seorang pemuda seumuran denganku kemudian berdiri dari kursi yang didudukinya membungkuk memberi salam padaku dan Suho. Aku tidak ingat kalau pernah satu kelas dengan dia? Dia sempat tersenyum ramah lagi padaku dan telunjuknya terangkat sepertinya hendak menyebut sesuatu.

"Kau Lu—" perkataan Hanbin tertahan saat pintu kafe kembali terbuka. Kami kompak seperti magnet menoleh ke arah yang sama. Sebelum sempat menoleh ke sana aku mendapati rahang terbuka dari ahjumma tadi dan si pemuda bernama Hanbin. Hanya karena hal itu kerja otakku untuk mengetahui sosok apa yang masuk ke dalam restoran ini langsung mengirim sinyal buruk. Tentu saja, lihat siapa yang datang dengan angkuhnya kemari. Beramai-ramai pula. Si si—a—lan itu—Kris, Tao, Xiumin, Baekhyun, Sehun, dan Chanyeol ke mari?  Mana Lay?

Lalubagaimanabisamerekatahukalauakuadadisini?! Aku membatin panik sambil mengusap wajahku masih memikirkan kemungkinan yang bisa terjadi jika mereka sudah berada di sini dan tersenyum ramah pada si ahjumma. Oh tidak, ini akan buruk kalau mereka ikut-ikutan denganku kerja di sini.

Tenang, Luhan, itu hanya firasatmu.

"A-ada yang bisa saya bantu?"

Harusnya kau bertanya mereka siapa ahjumma. Mereka adalah anak-anak nakal yang sering membully-ku tanpa perasaan setiap harinya.

"Aku ingin anda—""

Jangan katakan, Kris.

'—merekrut kami sebagai pegawai di sini.'

Sial. Dia mengatakannya.

***

Setelah itu mereka langsung heboh saat si ahjumma yang merasa senang itu hanya menanyakan berbagai hal tentang mereka. Bukan aku. Saat ahjumma itu sempat bertanya apa bakat atau keahlianku Baekhyun langsung nyerocos, "Dia pemalas, lemah, lembek, garing, sok tampan, tukang melamun, selalu merepotkan, tak punya tujuan hidup, dan bla bla bla, lalu dia bla bla bla karena dia bla bla bla."

Semua yang bisa kulakukan saat itu hanyalah pasrah. Karena mereka semua kompak mengiyakan hal itu.

Sedangkan saat si ahjumma menatap Chanyeol dengan binar matanya yang menyilaukan, Baekhyun juga langsung nyerocos membela dan mengatakan segala pujian untuk pemuda raksasa idiot itu. Yang dia kuatlah, yang dia memang rajin dan tekun pada hal yang disukainya, yang dia anak polisilah, yang dia bilang ibunya juga punya restoranlah, yang dia ini, yang dia itu. Padahal Chanyeol sama sekali tidak diterima kembali oleh orang tuanya karena dia itu—bukan aku mengumbar kejelekan orang tentang bagaimana Chanyeol diusir orang tuanya. Hanya saja ini adalah cerita dari Tao sendiri, dia 'kan seorang penggila game

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Riaa_Osehhlovu #1
Chapter 48: Antara ecxited sama sedih tokoh utamanya ganti :')
Tapi tetep bakal nunggu sekuelnya koks
ChanCartSoo #2
Chapter 48: Save offline nya di disable ama authornya


Bgst
ChanCartSoo #3
Chapter 48: Q suka lah ni cerite
zaa29b_byeol
#4
Chapter 47: Ini aku belum baca ya? Ah bodo amat. Bagus, bloom! Great one!
crunchymiki
#5
Chapter 47: ane nyengir-nyengir sendiri bacanya anjjayyy >\\\\<
alterallegra #6
Chapter 47: Wow.. Great ff Story i have read ever..
Jongin-ahh #7
Chapter 47: Endingnya gantung bgt gitu authornim T.T
Jongin-ahh #8
Chapter 47: Gue senyum2 sendiri baca ini T.T lebih sweet dr es krimnya theyo ini mah:3
Jongin-ahh #9
Chapter 44: Gue baca dari awal masa T.T chapter ini menggemaskan ><
keyhobbs
#10
Chapter 47: wwoahh!!!author jjang! Gmana bisa endingnya sekeren ini, ya ampun, dan Taehyun akhirnya sama Dara yeyy!! Terus terus Theyo sama Luhan, awalnya aku lebih suka kalo Theyo sama Baek tpi pas baca scene yg mereka jadian jadi ikutan seneng juga, jdinya bingung-_- sebenernya aku suka Theyo-Luhan atau Baek-yo hihi, tpi y sudahlah ya, yg penting pada akhirnya semuanya bahagia,hihi!