Page29: Six of Cups

Hacker
Please Subscribe to read the full chapter

"Perjodohan? Tch." Taehyun memutar bola mata sambil memasangkan kancing pada baju kemejanya. Ia memakai tuksedo rapih tidak seperti biasa dan menata rambut juga tidak seperti biasanya. Melihat dirinya sekarang, wajar saja banyak yang menyukainya bahkan teman sekolah adiknya. Ia pun mendecakkan lidah sambil menyisir kembali rambutnya setelah tahap akhir adalah mengancing tuksedonya.

Ia sudah bersiap-siap, karena tahu makan malam seperti ini pasti salah satu hal paling membosankan dan awkward yang terjadi dalam masa-masa ia hidup di dunia.

Saat ia dan kedua orang tuanya sampai di sebuah restoran berfurnitur klasik, yang membuat Taehyun harus kembali jengkel adalah saat mereka harus menunggu kedatangan Dara dan orang tuanya.

"Ayah, aku bertanya untuk terakhir kalinya? Kau serius? Aku dengan Dara?" tanya Taehyun dengan ekspresi menatap ayahnya seakan-akan pria itu orang paling aneh di jagat raya ini.

"Ya. Ayah serius."

"Selera aneh." erangnya memutar bola mata sebal. "Kalau begitu, aku juga bisa serius,"

"Maksudmu?" ayahnya mengernyitkan dahi. Tapi Taehyun hanya tersenyum sambil mengendikkan bahu. "Dasar anak aneh. Bersikaplah dewasa."

"Dasar anak aneh, bersikaplah dewasa." ia balas mencibir menirukan suara menjengkelkan pria tua itu. Hampir ayah Taehyun akan memukul kepalanya kalau bukan karena Dara dan kedua orang tuanya sudah hadir, bahkan adik laki-lakinya. Taehyun dan orang tuanya pun segera berdiri memberi salam.

Melihat wajah dan bagaimana cara Taehyun tersenyum pada mereka, orang tua Dara terlihat senang dan memanggut-manggutkan kepala puas. Kedua keluarga itu segera memulai acara makan malam mereka, yang mana hal tersebut hanya membuat Taehyun menahan buncahan hasrat ingin melarikan diri dari sana. Niatnya cuma satu, pulang, langsung berbaring di kasur, bermain dengan laptopnya sambil memakan buah stroberi, es krim, atau gummy bears.

"Pertama sekali aku sangat berterima kasih padamu Taehyun, novel anakku dan buku-bukunya yang lain benar-benar sukses." ucap Mrs. Kwon padanya. Taehyun mengangguk sambil tersenyum manis.

"Itu memang tugasku." jawabnya santai.

"Kalian tidak sadar kalau kalian itu sudah terlalu lama hidup tanpa pasangan, kau menyukai Dara 'kan sayang?" tanya ibu Taehyun, yang mana itu langsung membuat Dara tersenyum malu sambil memotong makanan seafood yang ia pesan di piringnya perlahan. Kemudian mengarahkan bola matanya kearah Taehyun yang tetap tersenyum manis ke arah kedua orang tuanya.

"Ah, itu, ya, aku menyukainya." jawab Taehyun.

Senyuman otomatis langsung mengembang pada bibir Dara. Ia merasakan sesuatu dalam hatinya yang berdegup cepat dan semua yang ada di sekelilingnya terasa membahagiakan karena Taehyun melakukan pengakuan di depannya dan kedua orang tua mereka masing-masing. Sang adik bahkan menyikut rusuknya sambil menyeringai nakal.

"Apa yang kau lakukan, Sanghyun?" geramnya balas menyikut sang adik yang mana ia hanya terkekeh sembunyi-sembunyi kemudian menjulurkan lidah padanya.

"Kau benar-benar pria idamannya. Malam ini bahkan Dara harus memilih-milih baju dengan begitu lama. Ah, bukan, saat akan ke kantor penerbit ia juga seperti itu,"

"Appa." Dara memprotes, tetapi ia tetap tersenyum.

"Dara sangat manis, dia juga pintar. Sayang, kapan kau akan melamarnya?" kali ini ibu Taehyun melontarkan pertanyaan yang hampir membuat Taehyun tersedak makanannya sendiri. Menelan saja bahkan rasanya begitu pahit. Baginya ini benar-benar sebuah kejutan layaknya resep Alaska. Asap putih bertuliskan hening akibat ke-awkward-an momen ini membumbung di atas kepala Taehyun, yang masih diam dengan pikirannya.

Melamar Dara? Ia tidak pernah terpikir untuk menikah bahkan memiliki pacar sekali saja ia masih ragu. Atau kalau bisa ia akan melamar laptopnya saja? Astaga itu gila tapi mau bagaimana lagi, Taehyun sama sekali tidak tertarik pada wanita itu. Dia tidak memiliki perasaan apa pun padanya. Tapi tetap saja ia harus menjawab, "Aku tidak tahu. Mungkin." dan bagaimana pun caranya, ia pasti akan membuat Dara berhenti menyukainya. Ya, dari awal kalau sudah tahu akan seperti ini ia harus memiliki rencana. Untuk itu menjadikan Dara sebagai Ace hanya untuk menjalankan rencananya yang kekanak-kanakan itu.

***

Akhir Agustus, hari ini rumah musim panasnya terlihat jauh lebih berantakan. Theyo sudah mengemasi segala pakaian ke dalam tasnya sore ini. Tidak ada yang peduli rumah ini seperti apa kecuali jika beberapa kali Theyo sempat mencuci pakaiannya atau membersihkan dapur.

Mereka hanya berkumpul di sofa atau berbaring di kamar. Tidak ada yang tidur. Televisi menyala 24 jam. Kyungsoo juga tidak memasak apa pun karena mereka semua tidak lagi mengeluh kelaparan. Memaksa Theyo harus berurusan dengan dapur setiap kali hanya ia di rumah ini yang kelaparan.

Tidak ada suara gelak tawa yang begitu kuat atau acara menangis bersama menonton drama. Tinggal beberapa hari lagi, hanya disisakan suasana rumah yang selalu sunyi. Jarang dari mereka berbicara satu sama lain lagi kecuali mengeluhkan bosan.

Dan itu membuat Theyo, satu-satunya orang yang merasa tersakiti di dalam rumah ini lebih sering tidur menunggu besok, besok, dan besoknya lagi di dalam kamar. Tanpa ada Luhan yang tiba-tiba akan menerobos masuk dengan tersenyum seperti idiot. Tidak ada yang mengajaknya bicara banyak kecuali kalau mereka memang ada keperluan—yang mana itu sama sekali tidak terjadi. Tidak ada yang peduli dia makan atau tidak. Tidak ada yang peduli saat Chanyeol yang berlarian dengan Xiumin menabraknya hingga terjatuh. Semuanya hanya menganggap keberadaannya tidak begitu nyata. Layaknya mahluk abstrak. Seperti itulah.

Semua yang kadang membuatnya dongkol kali ini terasa seperti sudah sembuh dari penyakit menular mereka itu. Jujur, ia begitu jujur dari dalam hatinya, karena marah dan kesal ia jadi selalu ingin menangis. Tapi tidak ada gunanya menangis di depan mereka. Bahkan di depan Luhan. Semuanya seakan berbuat tindak kejahatan padanya. Tapi ia rasa ia tidak mungkin menyesali waktu-waktu di mana ia dan mahluk-mahluk idiot (termasuk Kris dan Suho) bersama. Itu sangat berarti. Apalagi ia bukan orang pelupa seperti Luhan.

Luhan yang paling membuatnya ingin menggali lubang yang begitu dalam lalu mengubur diri hidup-hidup. Baiklah itu memang tidak mungkin tapi seperti itu kenyataan yang ia rasakan. Untuk pertama kali dalam hidupnya, astaga, orang-orang berkata bahwa cinta pertama tidak akan pernah berhasil. Theyo kira itu tidak mungkin berpengaruh buatnya. Dia menyukai Luhan. Luhan menyukainya. Apalagi?

Hari setelah hari mereka semua tergeletak di saat yang bersamaan itu, Theyo menghabiskan dua jam di dalam kamar mandi. Ia menuangkan banyak sabun cair ke dalam bath up dan berendam dalam air hangat. Shower menyala menyirami kepala dan saat ia menangis tidak akan terdengar atau tidak akan terasa di pipinya sesuatu mengalir dengan deras. Mulutnya mengumpat. Mengeluarkan setiap kata-kata kotor yang selama ini menjadi persediaannya.

Bahkan sampai ia selesai memakai baju dan menyikat giginya di depan cermin—"Konyol... Dasar bodoh..."

Dan di saat-saat seperti itu, seseorang masuk ke dalam. Baiklah, betapa bodohnya sampai ia tak mengunci pintu kamar mandi. Pemuda itu tidak begitu peduli bahkan tak mau acuh sedikit pun, hanya bertingkah seakan-akan tidak ada apa-apa saat ia mulai mengambil sikat gigi dan melakukan hal yang sama pada orang yang ada di sebelahnya. Orang yang sedang menangis tersedu-sedu sambil menyikat giginya perlahan.

"Kau kenapa?" tanya pemuda itu—ya, ia bahkan sudah malas menyebutnya apa.

Sejenak Luhan menghentikan tangannya untuk menoleh kearah Theyo sekilas. Gadis itu tetap menangis mendengar pertanyaan Luhan. Ia bertanya KAU KENAPA? Ia menanyakan hal itu? Astaga, kalau saja ia sekarang tidak dalam keadaan sedang menyikat gigi, ia akan tertawa sekencang-kencangnya saat itu juga.

"Yhou dhon't havhe tho chare abhout meh, jherk."

"Aku bertanya bukan berarti aku peduli."

Boom. Ia meledak dalam otaknya mendengar kalimat enteng itu. Luhan terlihat segera menyelesaikan kegiatannya. Setelah ia selesai ia keluar begitu saja.

Ya, itu benar-benar menyakitkan. Ia tidak berbohong.

***

Theyo yang telah selesai pada pakaian-pakaiannya termenung memandangi ke luar jendela. Tidak disangka di bawah sana ia melihat Kyungsoo tengah mengukir sesuatu di pohon bersama teman-temannya yang lain. Sebenarnya ia tidak ingin mengetahui lebih jelas apa yang mereka lakukan tapi ia hanya ingin melihat apa yang mereka ukir di pohon itu. Deretan tulisan ha

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Riaa_Osehhlovu #1
Chapter 48: Antara ecxited sama sedih tokoh utamanya ganti :')
Tapi tetep bakal nunggu sekuelnya koks
ChanCartSoo #2
Chapter 48: Save offline nya di disable ama authornya


Bgst
ChanCartSoo #3
Chapter 48: Q suka lah ni cerite
zaa29b_byeol
#4
Chapter 47: Ini aku belum baca ya? Ah bodo amat. Bagus, bloom! Great one!
crunchymiki
#5
Chapter 47: ane nyengir-nyengir sendiri bacanya anjjayyy >\\\\<
alterallegra #6
Chapter 47: Wow.. Great ff Story i have read ever..
Jongin-ahh #7
Chapter 47: Endingnya gantung bgt gitu authornim T.T
Jongin-ahh #8
Chapter 47: Gue senyum2 sendiri baca ini T.T lebih sweet dr es krimnya theyo ini mah:3
Jongin-ahh #9
Chapter 44: Gue baca dari awal masa T.T chapter ini menggemaskan ><
keyhobbs
#10
Chapter 47: wwoahh!!!author jjang! Gmana bisa endingnya sekeren ini, ya ampun, dan Taehyun akhirnya sama Dara yeyy!! Terus terus Theyo sama Luhan, awalnya aku lebih suka kalo Theyo sama Baek tpi pas baca scene yg mereka jadian jadi ikutan seneng juga, jdinya bingung-_- sebenernya aku suka Theyo-Luhan atau Baek-yo hihi, tpi y sudahlah ya, yg penting pada akhirnya semuanya bahagia,hihi!