Page8: To Be Honest

Hacker
Please Subscribe to read the full chapter

—Theyo's POV—

Sekarang pukul sembilan malam. Aku sudah selesai dengan kegiatanku hari ini. Hanya kegiatan. Semua masalahku, belum ada yang selesai. Aku bahkan masih terisak-isak sambil memeluk guling. Dalam hati berteriak nyaring, kalau mulai sekarang aku membenci Taehyun. Aku kecewa padanya. Rasa percayaku tidak akan pernah ada lagi buat orang idiot sepertinya. Dia membiarkanku menangis di depannya. Bahkan dia menghalangi ibu yang hendak membela dan menenangkanku saat itu. Dia membiarkan aku terisak-isak dengan perasaan seperti ini. Sebenarnya dia itu tahu tidak kalau aku ini sangat manja padanya jika memiliki permasalahan seperti ini? Dia begitu... dia... dia...

"Huh?"

Di sela-sela tangisanku, aku mendengar suara ibu dari kamar sebelah. Kamar Taehyun. Untuk apa ibu menghampirinya? Biarkan saja dia mengendap di situ memikirkan kesalahannya padaku yang sampai membuatnya membenci dirinya, membenci aku, bahkan umurnya sendiri sampai dia menjadi gila.

Apa aku satu-satunya orang yang terus memikirkan apa kesalahannya satu jam yang lalu padaku saat di mobil? Entah apa masalahnya sekarang. Sebenarnya aku sudah berhenti memikirnya namun, hal itu terngiang-ngiang dengan bebas dalam otakku saat ini.

Ya, masalahnya ada banyak. Pertama, aku tidak tahu kenapa dia tiba-tiba jadi begitu dan apa kesalahannya yang ia maksud ketika di mobilnya. Kedua, dia membiarkanku menangis seperti sekarang dan tadi. Ketiga dia menghabisi makanan milikku yang paling berharga.

Tanpa sadar aku sudah mengambil posisi duduk dan langsung turun dari atas kasurku. Dengan sebuah guling yang masih kupeluk, aku lalu berjalan perlahan ke arah dinding yang menjadi pembatas antara kamarku dan kamarnya. Apa yang sedang mereka berdua bicarakan?

"Sebenarnya apa yang terjadi pada kalian berdua, Taehyun? Ada apa dengan Theyo? Itu sangat mengejutkan karena dia belum pernah menangis seperti itu padamu."

"Tidak ada apa-apa."

Apa? Mana mungkin tidak ada apa-apa, kau bodoh!

"Ini juga pertama kalinya juga ia mengunci diri sendiri di kamar,"

Ya, benar. Karena biasanya ibu yang mengunciku dari luar.

"Mungkin dia bosan karena selama ini ibu yang menguncinya."

Taehyun kau!

"Kau juga? Ada apa dengan nada bicaramu Taehyun? Tatap ibu. Ibu bicara padamu dan jawab dengan jujur. Bagaimana jika itu nantinya berpengaruh pada dia di sekolah? Ibu tahu ini serius karena ibu bahkan masih mendengarnya menangisimu dari kamarmu sekarang,"

"Ibu, bukankah biasanya ibu tidak pernah sekalipun cemas apapun yang terjadi padanya kecuali kalau itu mengenai prestasinya di sekolah? Ah, aku tahu, seperti yang ibu bilang, cemas dia seperti itu karena takut berpengaruh padanya di sekolah. Ibu, kau juga tahu kalau dia itu bukan hanya pintar. Karena dia tidak akan mati hanya karena memanggili namaku 'kan? Jadi bisa ibu berhenti mencemaskan dia?"

Hell what? Memang ibu jarang mencemaskan atau khawatir padaku, namun kalau dia sudah melihatku begini kau mau apa?!

"Kau memang benar,"

"Ya."

"Tapi sebelum dia bisa tenang dan diam, ibu akan benar-benar menyalahkanmu. Hampiri dia. Kau tidak kasihan melihatnya begitu?"

Cukup lama, hanya ada keheningan di seberang. Aku belum mendengar jawaban apapun dari Taehyun. Apa yang sedang dia pikirkan? Ibu bertanya padamu, kau malah terdiam.

"Taehyun..."

"Dia akan lebih kasihan lagi dalam beberapa hari ke depan. Jadi ini bukanlah apa-apa. Dengar? Dia sudah berhenti menangis. Mungkin sekarang dia tertidur dan besok dia akan lupa dan bersikap seperti biasa. Ibu 'kan tahu dia, kalau masalah pelajaran di sekolah, apapun tidak akan berpengaruh. Lagipula, dia itu tidak bodoh jika nilainya harus berpengaruh padanya hanya karena masalah sepele es krim,"

Apa maksudnya kalau aku akan menjadi kasihan dalam beberapa hari ke depan? Jadi kau... hanya akan menganggap ini masalah biasa? Kau membenciku, kau membenci dirimu sendiri, dan kau membenci semuanya itu hal biasa? Aku yang merasa sakit hati kalau kau bersikap seperti itu.

"Tidak, ini bukan tentang makanan kesukaannya. Saat baru sampai ke rumah, ia mencampakkan sepatunya dan membuat tingkah dan wajah kesal. Berarti sebelum masalah makanan itu kau berbuat apa padanya? Kau berlebihan menjahilinya?"

"Ibu, keluarlah. Aku ingin tidur."

"Taehyun, ibu belum selesai, kau harus menyelesaikan ini berdua dengannya. Dan ini terakhir kalinya ibu akan melihat dia seperti itu."

Terakhir kali atau tidak sama sekali...

 ***

"Kelas dimulai lima menit lagi! Cepat masuk!"

"Hey, tugas sejarah dua hari lalu bagaimana? Aku lupa!"

"Mana buku komik yang kau janjikan kemarin? Jangan bilang kau tidak membawanya."

"Luhan hari ini tidak menata rambutnya, dia semakin tampan."

Semuanya sama saja. Semuanya membicarakan hal bodoh. Semuanya terlihat baik-baik saja walau terlihat bodoh. Semua terlihat menggelikan walau mereka terlihat baik-baik saja. Semuanya menyebalkan karena mereka baik-baik saja. Apa aku satu-satunya orang yang merasa akan mati beberapa menit lagi? Aku muak. Semuanya memuakkan. Semua. Memuakkan.

Bagaimana caranya terlihat baik-baik saja? Kalau aku memasang wajah seperti ini apa mereka akan menganggap ini wajahku yang datar dengan tatapanku yang seperti biasa? Kurasa tidak, kali ini mereka memandangiku dengan aneh.

Aku pun hanya berniat untuk segera sampai ke kursiku. Sudah ada si murid baru di sana. Dia dan aku saling bertatapan dengan kesan yang jauh berbeda. Walau menata atau tidak menata rambutnya, wajahnya tidak akan berubah, bukan? Kulihat dia tetap saja seperti... ahh... ini masih pagi, aku tidak mau memaki siapapun.

Sekarang aku sudah meletakkan tas dan duduk. Aku memandangi seisi kelas yang ribut. Seperti biasa. Hanya aku yang tidak merasa seperti biasa.

"Pagi, Hyunjae!"

Aku memulai hal paling kurang kerjaan bagiku karena saat ini arah dua bola mataku memerhatikan Sandeul masuk ke dalam kelas dengan ceria dan langsung menyapa Hyunjae—seperti biasa. Mereka berdua lalu melakukan high five dan langsung mengobrol mengenai sebuah konser band rock Jepang yang akan diadakan bulan depan. Mereka berdua terus larut dalam pembicaraan itu.

"Theyo memerhatikanmu,"

"A-apa?"

"Itu,"

"Jarang-jarang dia akan memerhatikan orang seperti itu. Atau diam-diam dia mulai menyukai seseorang untuk pertama kalinya."

"Aish! Dia masih menatapku."

Kenapa Sandeul? Kenapa hanya dengan kuperhatikan begini dia mengira aku menyukainya? Laki-laki memang aneh. Gumamku dalam hati lalu mengalihkan pandanganku. Aku bahkan masih bisa mendengar suara mereka berdua yang terlalu percaya diri tentang asumsi mereka itu.

"Pagi," aku menyapa Luhan. Untuk pertama kalinya. Kukira itu ada baiknya juga. Entah kenapa iseng sekali aku pagi ini.

"Pagi," balas Luhan.

Aku pun menoleh ke arahnya dan mengangkat telapak tangan kananku. Dia malah memandangiku penuh keheranan.

"Ada apa?" tanyanya beserta raut wajah clueless yang lucu—tch, aku memuji dia.

"High five. Kau tahu itu?" tanyaku. Dia malah terdiam lama. Aku pun menurunkan tanganku. "Baiklah, ini pertama kalinya aku mengajak bicara seseorang untuk hal sepele. Karena kau mengetahui kalau aku memiliki banyak masalah, jadi aku ingin mengajakmu bicara. Namun faktanya, aku masih membencimu. Aku tidak menyukai dirimu. Kau menyebalkan. Dan kau tidak lebih dari sekedar murid baru yang sok akrab. Sebenarnya ini hanya bentuk kamuflase untuk menutupi semua hal yang menjadi beban pikiranku. Apa ini akan berhasil, aku tidak tahu." Aku berbicara omong kosong dengan panjang lebar padanya. Sekalian berterus terang mengenai apa pendapatku mengenai dirinya. Apa bisa kunamakan kalau pagi ini aku sudah lebih dari iseng? Seperti... depresi misalnya?

"Aku tid—"

"Ah! Shut it! Shut it! Lupakan apa yang kukatakan." dengan cepat aku memotong perkataannya. Entah kenapa aku jadi banyak bicara. Baiklah. Kembali bersikap seperti biasa. Karena pelajaran pertama, sudah di mulai.

 ***

Kenapa Taehyun bersikap begitu?

Apa yang membuat dia begitu? 

Kenapa aku tidak tahu apa kesalahannya?

Dan website itu? Apa selama aku mengabaikannya akan baik-baik saja?

Taehyun membenciku karena dia memiliki kesalahan. Jadi apa itu berhubungan dengan perasaannya?

Mengingat kejadian kemarin, rasanya Taehyun pasti sedang sangat stres dengan pekerjaannya. Apa separah itu?

Dia 'kan kekanak-kanakkan, tidak mustahil dia bisa berkata dan berbuat begitu.

Tapi kenapa saat aku menangis serius seperti itu, dia pun serius hanya diam mematung dan membisu?

Kapan aku akan mengetahui semuanya? Kenapa begitu banyak pertanyaan dalam otakku?

"Dia itu benar-benar!" aku berteriak sebal pada diri sendiri. Tanpa memedulikan sekitarku. Aku cukup terus menggerakkan penaku dengan penuh amarah mengerjakan soal matematika yang tertera pada buku paket tebal di mejaku. Aku tidak tahu entah kenapa, sambil berargumen dan menghitung serta mengingat rumus, otakku tetap bisa diajak berkompromi. Aku bergumam sendiri? Memangnya kenapa? Temanku yang lain cocok berbicara dengan normal karena punya teman bicara. Sedangkan aku? Aku, lebih baik berinteraksi dengan mahluk halus daripada sesama manusia. Kenapa mengobrol dengan seseorang itu sulit. Mungkin karena mereka kebanyakan membahas hal sampah. Apa karena selama ini aku memang sudah terprogram oleh ibu dan ayah hanya untuk belajar dan belajar tanpa memiliki bakat spesial apapun? Apa sebenarnya tanpa kusadari aku ini robot karena sudah terlibat dengan website itu? Apa dari jaman nenek moyang, generasiku sudah dikutuk menjadi seperti ini?

Buku novel atau film jenis apa yang sedang melintasi pikiranku sekarang hingga aku bisa berpikiran seperti itu?

Kestresan benar-benar sudah mengambil alih fungsi dari batang otakku.

"Kau bicara padaku?"

Teman sebangkuku, lil' jerk, kurasa aku lebih suka memanggilnya begini. Tiba-tiba dia bersuara pelan bertanya sesuatu padaku. Berbicara padanya? Harapanmu. Kalau aku sedang mengerjakan tugas dan kau mengajakku bicara, habislah kau.

Aku pun menoleh padanya sekilas. "Haaah..." aku lalu menghela nafas panjang tak peduli dengan ucapannya tadi. Karena sudah cukup panjang omelanku padanya dalam hati. Dan aku kembali pada apa yang sedang kutulis. Tak peduli temanku yang berada di kursi depan menoleh-noleh kebelakang menyontek jawabanku. Tak peduli kalau sekarang, sepasang mata murid baru itu masih mengarah padaku.

"Kau masih butuh informasi mengenai–" 

"—Hacker? Kalau begitu datang saja kerumahku Theyo~ Di rumahku ada dongsaeng dan hyung-ku. Datang ya!~ Please, stop with that kind of bull, jerk!" potongku tiba-tiba. Langsung membentaknya disertai tatapan tak ramah. Dia malah terdiam memandangiku. Ayolah, dia ini dungu, bodoh, atau apa? Tidakkah ia bisa berhenti bersikap seperti itu. Terdiam dengan mulut terbuka. Atau jangan-jangan, dia jarang-jarang dimarahi dengan kata-kata kotor? Hebat. Aku bisa dapat rekor. Orang pertama yang memaki murid baru kita ini.

Aku lalu kembali pada posisiku sambil memutar bola mataku. Tidak berniat memuja keindahan wajah bodohnya itu, yang mana akan mengundang serapah-serapah dari dalam hatiku. Lebih baik mencoba tidak mengindahkan kehadirannya yang akan duduk di kursinya sampai pulang nanti.

"Kenapa kau tidak membutuhkannya lagi?"

"Kenapa kau tidak membutuhkannya lagi~" ucapku mengulangi perkataannya dengan nada yang kuharap terdengar sama persis dari suaranya yang menjengkelkan itu. Aku lantas kembali menoleh ke arahnya dan memicingkan mata. Dia malah mengangkat bahunya dengan alis berkerut.

"Kenap–"

"Kenapa, kenapa, kenapa? Itu terserah padaku! Dan jangan pernah kau mengajakku bicara kecuali kau ingin bertanya soal pelajaran padaku, brengs—Luhan!" bentakku memotong perkataannya. Dia terdiam. Beberapa saat kemudian mengangguk. Melihatnya yang sudah mengerti maksud ucapan halusku, aku pun kembali pada buku tulisku. Aku bahkan masih sampai nomor 6. Ini akibat terlalu banyak waktuku terbuang karena harus mengomel padanya. Jika biasanya, 10 soal matematika, hanya butuh waktu kurang dari lima menit.

 ***

Jam istirahat makan siang. Seperti biasa aku akan pergi ke kantin, setelah itu, ke perpustakaan atau ke ruang teater. Dan tentu saja sendirian. Aku, tidak butuh teman

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Riaa_Osehhlovu #1
Chapter 48: Antara ecxited sama sedih tokoh utamanya ganti :')
Tapi tetep bakal nunggu sekuelnya koks
ChanCartSoo #2
Chapter 48: Save offline nya di disable ama authornya


Bgst
ChanCartSoo #3
Chapter 48: Q suka lah ni cerite
zaa29b_byeol
#4
Chapter 47: Ini aku belum baca ya? Ah bodo amat. Bagus, bloom! Great one!
crunchymiki
#5
Chapter 47: ane nyengir-nyengir sendiri bacanya anjjayyy >\\\\<
alterallegra #6
Chapter 47: Wow.. Great ff Story i have read ever..
Jongin-ahh #7
Chapter 47: Endingnya gantung bgt gitu authornim T.T
Jongin-ahh #8
Chapter 47: Gue senyum2 sendiri baca ini T.T lebih sweet dr es krimnya theyo ini mah:3
Jongin-ahh #9
Chapter 44: Gue baca dari awal masa T.T chapter ini menggemaskan ><
keyhobbs
#10
Chapter 47: wwoahh!!!author jjang! Gmana bisa endingnya sekeren ini, ya ampun, dan Taehyun akhirnya sama Dara yeyy!! Terus terus Theyo sama Luhan, awalnya aku lebih suka kalo Theyo sama Baek tpi pas baca scene yg mereka jadian jadi ikutan seneng juga, jdinya bingung-_- sebenernya aku suka Theyo-Luhan atau Baek-yo hihi, tpi y sudahlah ya, yg penting pada akhirnya semuanya bahagia,hihi!