Page5: Dare

Hacker
Please Subscribe to read the full chapter

Hari ini adalah hari Jumat, seperti biasa, kalau Taehyun akan masuk agak siang ke kantornya, maka ia akan mengantarkanku ke sekolah. Karena aku tahu dia hanya sesekali bisa masuk siang. Antara hari Kamis sampai Sabtu saja. Ia sangat menikmati pekerjaan yang sudah tiga tahun ia jalani itu setelah tamat dari Kyunghee.

"Hati-hati, ya." ucapnya tersenyum lalu mengacak-acak rambutku seperti aku ini adalah anak kecil. Aku malah memerhatikan setiap orang yang memandangi kami berdua sambil berbisik atau mengagumi ketampanan Taehyun.

"Issh..." aku menatapnya dan mendesis sebal dengan tatapan memperingati aktivitasnya sekarang.

"Kau malu aku mengacak rambutmu?" tanyanya.

Dialah orang yang paling peka terhadap segala sikap dan tatapanku.

"Tanpa kujawab kau tahu apa jawabanku," dia menurunkan tangannya dan aku segera merapihkan bagian rambutku yang kusut dibuatnya. Dia memerhatikan setiap gerakanku sambil tersenyum. Aku yang menyadari itu lalu segera mencibir pelan memutar dan mendorong bahunya agar segera pergi bekerja. "Hurry up! Go!"

"Hei..." Dia memutar tubuhnya kembali dan menahan hidungku dengan telunjuknya, berhasil membuatku berhenti mematung dengan ekspresi terkejut. "An oppa like me, is very rare Theyo. Then you have to apologize to me now," ucapnya lalu memicingkan matanya. Aku mengerucutkan bibirku makin sebal dengan tudingannya itu. Aku bukan malu, tapi dia memperlakukanku seperti anak kecil. Dia seharusnya cukup mengantarku sampai pintu gerbang lalu aku turun dari mobilnya dan pergi sambil melambai—yang mana ini tidak akan pernah terjadi. Ini memang kebiasaannya kalau mengantarku ke sekolah.

Dengan kesalahpahamannya, aku berusaha menjelaskan padanya, aku tidak perlu minta maaf, aku tidak malu, dia hanya menganggapku layaknya umur kami berbeda sepuluh tahun lebih, dimana di situ aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Kalau dia memperlakukanku saat itu, dimana umurku masih delapan atau sepuluh tahun, ini begitu wajar. Namun, aku ada di Daewoon highschool sebagai senior di sini. "No, I'm not, oppa. Just—"

"Just what?" sebelah alisnya langsung tertarik keatas.

"Ju... jus-t, I feel like—"

Atau mungkin tidak.

Aku merasa sekelilingku kini terdengar ribut. Aku dapat merasakan suara sepatu mereka yang berhenti untuk melangkahkan kaki kedalam sekolah dan berdiri beberapa meter dariku dan Taehyun, dan parahnya, aku merasa sesuatu yang lembut menyentuh dan menekan pipi bagian kananku. Dan bunyi khas sebuah kecupan pun terdengar dengan volume penuh di telingaku.

"Semoga harimu menyenangkan," dia melancarkan perkataannya yang sangat seduktif itu di telingaku. Dan aku masih mematung ketika ia kembali pada posisinya dan tersenyum semakin menawan, sementara aku menatapnya dengan mulut terbuka. Dan kini aku adalah satu-satunya orang dungu kala aku berada di dekatnya dan kala ia menggodaku dengan membuat pipiku memerah atau membuatku terperangah seperti sekarang ini. Was he trying to tempt me with that y voice?

Tiba-tiba saja, ia mengetuk hidungku dengan telunjuknya, dan aku segera menghentikan argumenku tentangnya dalam hati. "Aww." aku mencibirnya pelan dan menyingkirkan tangannya yang nakal itu. Tangannya yang sangat jahil kalau sudah timbul niatnya menggangguku.

"Pipimu memerah lagi..." godanya mengejekku. "Yah, sesekali aku mencium pipimu tidak apa-apa 'kan? Makanya lain kali cari pacar dong, biar ada yang cium. Kau maunya aku yang cium sih. Dasar."

"Kau ini..." aku menggertakkan gigi sambil menatap matanya penuh ancaman lalu kali ini aku memastikan bahwa ia akan benar-benar pergi dengan mendorongnya pergi menjauhiku. Dia pun langsung tertawa gembira karena tahu dia itu benar sekali apalagi melihat reaksiku.

"Kau tidak berharap aku menciummu lagi 'kan?"

"Go!"

"Nooo..."

"Berhentilah bersikap seperti itu. Bagaimana bisa kau mencium pipiku begitu?" tanyaku dengan tatapan tajam. Dia masih tertawa keras sambil memegangi perutnya. Dia terlihat geli sekali. Apa dia tidak sadar berapa umurnya sekarang?

Tiba-tiba dia lalu berhenti tertawa. Namun dia masih menatapku dengan sedikit kekehan kecil dari mulutnya. "Kau lucu sih. Kau senang 'kan sebenarnya?" melihatnya memicingkan mata, aku terkejut. Dia ini teman, atau oppa-ku?

"Aku akan buat perhitungan nanti, ya!" ujarku mengingatkan sambil berlari masuk ke arah gerbang sekolah.

 

 

—Luhan's POV—

Aku dikejar oleh ribuan debu yang berterbangan di sekelilingku. Jumlah mereka yang begitu banyak membuatku mempercepat langkahku sepersekian detik agar dapat lebih cepat sampai ke kelas. Beberapa meter lagi dan aku akan sampai. Segera setelah aku membuang cup minumanku ini pada tempatnya.

"Morning." sapaku. Tanpa peringatan apapun segera masuk kedalam kelas dan menuju kursiku. Yang mana sekarang sudah lain lagi orang yang menempatinya.

Aku menggerakkan kepalaku dari murid yang duduk di paling depan sampai yang belakang, sampai yang paling pojok. Mendeteksi keberadaan teman sebangkuku yang kemarin. Dia tidak lagi duduk pada tempatnya. Atau dia sedang tidak sekolah. Karena aku tidak menemukannya di sini. Kursi milikku dan punya Theyo sudah ditempati orang lain.

"Permisi, apa kau terlambat?"

Tanya seseorang dengan seragam formal dengan kacamata dan buku tebal dalam posisi terbuka yang berada di kedua tangannya, yang kutahu dia adalah guru yang menanyakanku hal yang lumayan sering kudengar. Terlambat? Ini bahkan hari ke dua aku sekolah. "Iya." jawabku lalu menggangguk. "Aku mencari tempat duduk namun sudah ada yang menempati," lanjutku kemudian. Menunjuk posisi kursi yang berada di baris pertama urutan kedua dari belakang. Mrs. Jung—aku membaca name tag-nya—mengikuti arah tanganku menunjuk sepasang murid laki-laki yang duduk di kursi tempatku dan Theyo kemarin duduk.

"Jiyong dan Hongki memang duduk di situ," dia pun mengangguk, baru menyadari sesuatu. "Kau salah kelas mungkin. Kau murid baru yang kemarin 'kan?"

Mendengar kata salah kelas, aku segera membalikkan tubuhku dan menjauh dari situ. Aku hanya akan berniat pergi tanpa mengatakan apapun. Namun mereka tetap hening. Memandangi kepergianku tanpa ekspresi apapun. Setidaknya ada beberapa orang yang berusaha tersenyum dan menyapaku tadi.

Selanjutnya, aku segera masuk ke kelas yang berada di sebelahnya, 3-1.

"Good mor—" kata-kataku terputus. Aku lalu mengernyitkan dahi melihat keadaan kelas. Kukira sekarang kelas 3-1 sedang berada di luar. Tidak ada seorang pun di sini, namun tas mereka masih ada. Pasti pelajaran olahraga... Gumamku dalam pikiranku.

Buk!

Kali ini aku mendapati seseorang yang menabrak bahuku cukup keras. Namun aku tidak meringis dan hanya memandangi sang pelaku yang berjalan masuk dengan seragam olahraga. Dia membuka tas sekolahnya dan mulai membongkar mencari sesuatu di dalam sana. Aku lalu mengalihkan pandanganku pada kursi yang berada di sebelahnya. Bingo. Kursi kosong.

Dan yang kutahu itu adalah tempat dudu

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Riaa_Osehhlovu #1
Chapter 48: Antara ecxited sama sedih tokoh utamanya ganti :')
Tapi tetep bakal nunggu sekuelnya koks
ChanCartSoo #2
Chapter 48: Save offline nya di disable ama authornya


Bgst
ChanCartSoo #3
Chapter 48: Q suka lah ni cerite
zaa29b_byeol
#4
Chapter 47: Ini aku belum baca ya? Ah bodo amat. Bagus, bloom! Great one!
crunchymiki
#5
Chapter 47: ane nyengir-nyengir sendiri bacanya anjjayyy >\\\\<
alterallegra #6
Chapter 47: Wow.. Great ff Story i have read ever..
Jongin-ahh #7
Chapter 47: Endingnya gantung bgt gitu authornim T.T
Jongin-ahh #8
Chapter 47: Gue senyum2 sendiri baca ini T.T lebih sweet dr es krimnya theyo ini mah:3
Jongin-ahh #9
Chapter 44: Gue baca dari awal masa T.T chapter ini menggemaskan ><
keyhobbs
#10
Chapter 47: wwoahh!!!author jjang! Gmana bisa endingnya sekeren ini, ya ampun, dan Taehyun akhirnya sama Dara yeyy!! Terus terus Theyo sama Luhan, awalnya aku lebih suka kalo Theyo sama Baek tpi pas baca scene yg mereka jadian jadi ikutan seneng juga, jdinya bingung-_- sebenernya aku suka Theyo-Luhan atau Baek-yo hihi, tpi y sudahlah ya, yg penting pada akhirnya semuanya bahagia,hihi!