Page6: Prayer

Hacker
Please Subscribe to read the full chapter

"Theyo~" nada menyebalkan langsung menusuk indera pendengaranku. Aku baru saja akan menuju halte bus, namun, Taehyun segera hadir tanpa undangan menghampiriku dengan mobil BMW putih miliknya. Dia berhenti tepat di sebelahku. Menurunkan kaca mobilnya, setelah itu menggunakan jari telunjuknya untuk menurunkan kacamata bingkai bundarnya hanya untuk melihat ekspresiku yang sedang dongkol.

"Kau pulang lebih awal rupanya. Lebih cepat dari yang kuduga." ucapku acuh tak acuh setelah melihat ke sekeliling.

"Ada penulis tua yang marah ketika aku mengoreksi tulisannya. Itu kejam. Sa...ngat kejam." jawabnya sambil menggeleng perlahan dengan mata terpejam.

Aku mengernyitkan dahi kesal melihat sikapnya. Kini orang-orang yang lewat sengaja berhenti dan memerhatikan sekilas. "Hey! Jangan ambil foto kami berdua!" serunya mengeluarkan kepalanya dari mobil dan menunjuk-nunjuk seorang siswi yang mengarahkan kamera ponselnya pada kami berdua. Siswi itu pun langsung berlari pergi.

"Oppa..." panggilku mau pasrah memperingati tindakan ekstrimnya.

"Hey! Kalau itu tersebar di media massa kutuntut kau, ya!"

"Oppa!" kali ini aku menaikkan nada bicaraku. Dia kembali pada posisinya memandangi kemarahanku. Kuharap aura mengerikan yang menguar dariku membuat bulu romanya segera berdiri. "That is so... sorry to say but, it's so childish..." lanjutku kemudian dengan nada lirih yang mungkin akan membuatnya mengerti lebih mudah.

Dia hanya memberiku senyum dengan tatapan penyesalan atas kelakuannya tadi. Ini langka sekali. Apa hormonnya sedang terganggu? Aku tahu dia sedang ada masalah di tempat kerjanya tapi ini begitu jarang terjadi. Ketika ia harus bersifat kekanak-kanakkan. "I'm really sorry, sweetie. I'm too stressed with my work... Sorry to put it all on you," jelasnya berterus terang. Aku mengangguk perlahan, mengerti betul maksud ucapannya. "And then, let's go grab something."

Mendengar kedua permintaannya, aku pun mengangguk dan segera masuk ke dalam mobil.

 

 

—Luhan's POV—

Aku membuka mata perlahan. Semua yang kulihat masih samar-samar. Kusadari bahwa langit di luar sudah begitu gelap. Dan kesunyian langsung mendominasi segalanya. Kenapa tidak ada yang membangunkan aku?! Aku pun segera mengusap-usap kelopak mataku menghilangkan segala macam rasa kantuk yang menggelayut di sana. Namun setelah aku melihat jam, kurasa tidak, bel pulang sekolah baru berbunyi lima menit yang lalu.

Aku rasa aku tidak lupa dengan janjiku dengan... Tentu saja Theyo.

Wait...

What? Oh gosh, that girl!

Dan kurasa kali ini Theyo tidak akan pergi. Dia tidak akan pergi, bukan?

Aku pun segera berlari keluar kelas. Aku yakin dia sedang menunggu bis di halte.

Namun, langkahku untuk berlari terhenti, kala aku melihat teman sebangkuku itu sedang berbincang dengan seseorang yang berada di dalam mobil. Maka aku cukup memerhatikannya dari kejauhan. Mereka terlihat akrab. Gumamku dalam pikiranku.

Dia berbincang cukup lama dengan pria itu. Membuatku tidak sabar ingin segera menghampirinya dan membawanya ke rumahku.

Dan aku makin berteriak panik dalam pikiranku kala melihatnya berjalan melewati depan mobil itu lalu masuk ke dalamnya. Padahal kukira aku bisa mendapatkannya hari ini. Dan aku sungguh beruntung menemukannya di hari pertama aku sekolah di sini. Segera setelah ia sendiri yang mengaku padaku bahwa dia adalah Ace.

Namun agar ia percaya padaku, aku cukup melakukan rencanaku mendapatkannya perlahan. Selama belum ada yang mengetahui keberadaannya kecuali aku. Menurutku dia adalah sosok Ace yang sungguh di luar dugaanku. Sialnya dia itu pintar, jadi agak sulit ditipu atau semacamnya.

"Aku benar-benar sial. Kenapa dia begitu membenci kehadiranku?" ucapku sambil merutuki diri sendiri. Aku lalu kembali berjalan ke dalam sekolah. Berjalan santai ke kamar mandi setelah memastikan bahwa tidak ada yang melihatku masuk kemari padahal sekolah sudah begitu sepi.

Aku tidak bisa melakukan ini karena kemarin aku tentu harus terlihat normal di depan Theyo dengan menaiki bis. Termasuk kalau berangkat sekolah. Namun sekarang aku terlalu malas harus menunggu dan duduk di kursi penumpang yang mana itu akan membuat bokongku berkeringat.

Setelah sampai di dalam kamar mandi, aku lalu kembali menutupnya perlahan. Aku berdiri di depan kaca dan mencuci tanganku. Aku melirik ke sebelah kanan dan kiriku bergantian, memastikan bahwa tidak ada orang di sini selain diriku.

Setelah aku begitu yakin bahwa tidak ada orang lagi selain diriku, aku lalu mengeringkan tanganku, mengeringkannya dengan mengusapkannya pada jas sekolahku. Kurasa ini lebih cepat di banding mengeringkannya di bawah mesin pengering tangan ataupun dengan tisu.

Sambil menatap mataku sendiri di cermin. Aku menghela nafas panjang. Tanganku kini bergerak ke arah mataku berusaha melepas sepasang lensa kontak berwarna coklat yang kupakai, lalu membuangnya—tak pernah mau bersusah payah mengembalikan benda itu ke tempat penyimpanannya. Setelah benda itu terlepas dari mataku, aku lalu kembali menatap diriku di cermin. Warna bola mata asliku memang coklat, dan yang pernah kualami, dia pernah berubah menjadi warna keemasan. Dan aku tidak mau hal ini terjadi jika aku berada di tempat umum atau mungkin di kelas ketika orang menatap dan bicara padaku. Dan itu aneh memang. Aku lupa kenapa bisa begini. Padahal Chanyeol sudah menjelaskannya padaku untuk apa dan kenapa hal ini bisa terjadi. Dan dia menyarankanku agar tidak memakai kontak lens seperti yang lain. Bodoh sekali. Dia mau aku terlihat tidak normal di depan orang-orang. Namun aku membantahnya dan membeli benda ini diam-diam.

Aku benar-benar ingin segera pulang...

Lalu aku memejamkan mata.

Membayangkan gambaran sebuah tempat dalam pikiranku.

Kuharap selama membayangkannya aku tidak terlintas tempat lain... 

 ***

"Luhan!"

"Luhan!"

"Luhaaaann!!!"

Aku membuka mataku, segera setelah seseorang berteriak keras padaku—Baekhyun dan jeritannya. Kepalaku terasa sedikit pusing, dan kusadari bahwa aku sekarang sudah berada di dalam rumah. Kenapa tadi aku tidak membayangkan kamarku saja?

"Di mana kau melakukannya? Kau yakin tidak ada yang melihatmu 'kan?"

Aku segera merobohkan diri ke sofa. Menggeleng cepat untuk menghilangkan rasa pusing yang mengitari kepalaku. "Kamar mandi sekolah," jawabku dengan susah payah. Kali ini aku mengusap-usap kelopak mataku cepat sedikit lebih kasar. Karena terasa begitu tidak nyaman dengan pandanganku yang sedikit memburam.

"And what's going on with you?"

Aku menolehkan kepalaku ke arah kanan, menatap Suho dengan bahasa Inggrisnya. Lalu menatapi satu persatu dari mereka yang melihatku dengan tatapan yang berbeda-beda. Namun aku segera menghindari semua tatapan itu dengan mengalihkan pandanganku pada sebuah bowl kaca sebagai aquarium ikan yang berada di sebelahku. Memerhatikan seekor ikan hias yang terperangkap di dalam sana. "Jangan bertanya." jawabku kemudian.

Mereka semua terdiam, aku yakin itu akibat jawabanku. Namun aku sungguh tidak tahu apa yang terjadi setelah aku melakukan Hackdevolve tadi. Kepalaku sungguh terasa tidak nyaman.

"Kenapa kau terlihat begitu lemah setelah melakukan Hackdevolve?" tanya Kai dengan nada bicara meremehkanku. Aku tahu dia dan yang lain sudah banyak yang terbiasa melakukan hal itu. Namun aku tidak. Aku hanya sesekali melakukannya. Dan itu hanya dalam keadaan malas atau darurat saja.

"Whatever." jawabku sambil mengendikkan bahu. Tetap tidak mau membalas satupun tatapan mereka. Dan kuharap itu membuat jengkel salah seorang dari mereka bersebelas—entahlah, kukira mereka semua sudah pulang sekolah dan berada di sini sekarang.

"Kau sudah dapat Ace di sekolah itu?" suara khas Kris yang hanya dengan mendengar nada bicaranya saja sudah terdengar mengancam bagiku, langsung membuatku tertegun.

Aku sudah menemukannya atau belum?

Aku memang sadar kami semua sekolah untuk menemukan Ace. Yang mana setiap seminggu sekali kami akan pindah sekolah SMA. Membayar pihak sekolah sehingga kami bisa masuk sekolah walau itu bukan tahun ajaran baru. Aku bahkan tidak tahu dari mana uang yang dikumpulkan Sehun, Suho, Lay, Kai dan mereka yang setiap minggu membawa segondol uang di tasnya. Yang jelas

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Riaa_Osehhlovu #1
Chapter 48: Antara ecxited sama sedih tokoh utamanya ganti :')
Tapi tetep bakal nunggu sekuelnya koks
ChanCartSoo #2
Chapter 48: Save offline nya di disable ama authornya


Bgst
ChanCartSoo #3
Chapter 48: Q suka lah ni cerite
zaa29b_byeol
#4
Chapter 47: Ini aku belum baca ya? Ah bodo amat. Bagus, bloom! Great one!
crunchymiki
#5
Chapter 47: ane nyengir-nyengir sendiri bacanya anjjayyy >\\\\<
alterallegra #6
Chapter 47: Wow.. Great ff Story i have read ever..
Jongin-ahh #7
Chapter 47: Endingnya gantung bgt gitu authornim T.T
Jongin-ahh #8
Chapter 47: Gue senyum2 sendiri baca ini T.T lebih sweet dr es krimnya theyo ini mah:3
Jongin-ahh #9
Chapter 44: Gue baca dari awal masa T.T chapter ini menggemaskan ><
keyhobbs
#10
Chapter 47: wwoahh!!!author jjang! Gmana bisa endingnya sekeren ini, ya ampun, dan Taehyun akhirnya sama Dara yeyy!! Terus terus Theyo sama Luhan, awalnya aku lebih suka kalo Theyo sama Baek tpi pas baca scene yg mereka jadian jadi ikutan seneng juga, jdinya bingung-_- sebenernya aku suka Theyo-Luhan atau Baek-yo hihi, tpi y sudahlah ya, yg penting pada akhirnya semuanya bahagia,hihi!