Epilogue

Hacker
Please Subscribe to read the full chapter

Musim dingin sudah lama dimulai. Ini adalah akhir bulan November 2015. Tentu aku percaya bahwa aku bisa masuk ke universitas hi-tech seperti KAIST dengan nilai tertinggi. Hari ini adalah hari di mana aku harus memberikan pidato mewakili seluruh murid yang diterima menjadi mahasiswa universitas tersebut.

"Pipiku normal?" tanyaku pada Kris yang duduk di sebelah kiriku. Dia ujian di universitas yang sama dan di sinilah kami berdua, upacara penerimaan mahasiswa baru di auditorium yang ramai dan berisik saat rektor universitas menyampaikan celotehannya di balik podium di atas panggung.

Tentu aku harus memastikan kalau aku akan berdiri di depan ratusan orang dengan normal setelah menjadi terkenal akibat Kris dan rekaman videonya itu! Dan aku yakin hampir semua orang yang berada dalam auditorium ini pernah menonton video yang bulan lalu menjadi viral.

"Tidak, Nam. Kau menanyakan itu untuk yang keseribu kalinya sejak aku duduk di sini." Kris memutar bola matanya padaku. Harusnya aku yang melakukan hal itu namun karena tidak mungkin aku membuat scene di sini jadi aku memilih kembali diam dan menyimak sang rektor.

Saat namaku menggema ke setiap sudut auditorium, Kris menepuk pundakku dan berkata kalau pipiku benar-benar tidak kenapa-kenapa. Suara riuh tepuk tangan menyambutku yang mulai melangkah mendekati panggung.

"Semangat!"

Satu-satunya seruan menyemangatiku itu membuatku menoleh ke belakang. Penasaran dengan sosok pemuda itu kalau bukan Kris, karena tidak ada teman yang kukenal masuk universitas ini duduk di dekat barisan kursiku selain Cina itu.

Oh.

Aku sempat terkejut namun beberapa saat kemudian mendengus sebal kalau ternyata, dia adalah pemuda cantik yang duduk dengan bertumpu pada sebelah lututnya memegang sebuah kamera DSLR yang di arahkan padaku.

"Satu foto untuk halaman majalah Times?" guyonannya membuatku mendesis geli namun beberapa saat kemudian aku bersedekap dan tersenyum ke arah kameranya. Setelah menjepretnya dia lalu mengibaskan tangan menyuruhku agar segera naik ke atas panggung. Percaya tidak percaya sekarang dia juga adalah mahasiswa jurusan sastra Korea dengan hobi baru menjepret sebuah portrait maupun landscape.

Aku yang tadinya masih gelisah sekarang bisa berjalan dengan langkah yang lebih ringan menaiki panggung setelah menerima naskah pidato yang sudah kupersiapkan dalam sebuah map.

Semua tidak menjadi hening saat aku mulai membuka map biru tua berisi selembar hasil ketikanku kecuali suara tepukan tangan yang mereda. Jepretan kamera, sorot mata, aku tidak akan melakukan bodoh dan hanya perlu membaca apa yang sekarang berada di dalam map yang kuletakkan dibalik podium secara profesional. Aku hanya menatap secara acak seluruh peserta upacara penerimaan mahasiswa baru ini.

Hampir mencapai penutup, aku terus menatap Luhan yang diam menatapku dan ikut membalasnya dengan senyuman.

***

Semua acara dalam upacara penerimaan mahasiswa ini berlalu dan aku akan pergi ke kafe ibuku untuk menghabiskan semua stok es krimnya.

Aku menunggu sebentar isi auditorium keluar beraturan sambil berbicara bertiga dengan Kris dan Luhan yang memberikan jaket untukku akibat cuaca yang dingin.

Kami pun mulai berjalan keluar auditorium. Aku sengaja mengambil posisi tidak di tengah, sudah cukup bagiku karena aku tidak pernah mau lagi berdiri diantara dua orang tinggi, sehingga saat ini Luhan berada di antara aku dan Kris.

Lihat dia semakin keren hanya dengan kamera yang talinya menggantung di leher.

Saat kami sudah berada di luar, aku menghela nafas panjang, rasanya begitu lega sampai aku lalu mengeluarkan ponselku dari kantung blazer yang kukenakan. Aku memakai pakaian yang benar-benar formal hari ini.

"Ini," aku memberikan ponselku pada Kris.

Dia menaikkan sebelah alisnya menungguku melanjutkan. Aku pun memutar bola mataku dan menjawab wajahnya yang sok keren itu.

"Foto aku dengan Luhan." gerutuku dan dia balas memutar bola matanya.

"Mentang-mentang punya followers banyak di Instagram." gerutunya.

Aku tak peduli bila ia mengoceh dalam hatinya, Luhan hanya terkekeh dan ia merangkulkan tangannya di pundakku. Aku tersenyum saat Kris mulai menghitung mundur dari—"Sepuluh, sembilan,"

"Kris! Ini bukan—" astaga, dia pikir apa yang dilakukannya? Dia menghitung mundur dari 10?!

"Delapan," terserah dia mau melanjutkannya. Dia memang sengaja.

Ayolah, aku sudah sakit tersenyum.

"Tiga—ada telepon masuk."

you.

Aku menggertakkan gigiku kesal. Semoga dia tahu apa yang kuucapkan tanpa suara dari bibirku saat ini. Luhan pun melepaskan rangkulannya saat aku mulai berjalan menghampiri Kris dan merebut ponselku.

Memang ada telepon masuk dari Taehyun dan aku langsung mengangkatnya.

"Oppa,"

"Halo, mahasiswa KAIST! Aku punya kejutan di rumah, cepat pulang, ya."

"Ya, aku memang akan pulang. Tunggu aku." mematikan sambungan telepon, kami bertiga melupakan kejadian menyebalkan tadi dan menaiki mobil Kris ke kafe ibuku. Saat aku membuka galeri ponselku, aku terkejut lagi.

Astaga, Kris. Rupanya sejak menghitung dia sudah mengambil banyak fotoku bahkan saat aku berteriak padanya.

Lain kali saja aku akan mematikannya.

***

Aku tersenyum lebar saat melihat Taehyun. Dia duduk dengan ayah dan ibu bahkan Dara di sebelahnya sambil membaca sebuah buku yang ia tutup saat melihat kedatanganku. Mereka sengaja menutup kafe untuk merayakan pesta kecil upacara penerimaanku sebagai mahasiswa hari ini di rumah. Astaga. Mereka benar-benar berlebihan. Teman-teman idiotku juga berada di sini kalau bukan karena Kris yang mengancam kalau dia lulus di KAIST dan mereka wajib memberinya selamat.

Dan tentu semuanya memberikan aku dan Kris selamat. Aku juga memberikan selamat untuk yang lainnya atas kelulusan mereka di universitas masing-masing kecuali beberapa orang saja yang tidak akan menjadi mahasiswa.

Sebagai acara utama, ibu hanya memberikan kami makan siang dan membiarka

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Riaa_Osehhlovu #1
Chapter 48: Antara ecxited sama sedih tokoh utamanya ganti :')
Tapi tetep bakal nunggu sekuelnya koks
ChanCartSoo #2
Chapter 48: Save offline nya di disable ama authornya


Bgst
ChanCartSoo #3
Chapter 48: Q suka lah ni cerite
zaa29b_byeol
#4
Chapter 47: Ini aku belum baca ya? Ah bodo amat. Bagus, bloom! Great one!
crunchymiki
#5
Chapter 47: ane nyengir-nyengir sendiri bacanya anjjayyy >\\\\<
alterallegra #6
Chapter 47: Wow.. Great ff Story i have read ever..
Jongin-ahh #7
Chapter 47: Endingnya gantung bgt gitu authornim T.T
Jongin-ahh #8
Chapter 47: Gue senyum2 sendiri baca ini T.T lebih sweet dr es krimnya theyo ini mah:3
Jongin-ahh #9
Chapter 44: Gue baca dari awal masa T.T chapter ini menggemaskan ><
keyhobbs
#10
Chapter 47: wwoahh!!!author jjang! Gmana bisa endingnya sekeren ini, ya ampun, dan Taehyun akhirnya sama Dara yeyy!! Terus terus Theyo sama Luhan, awalnya aku lebih suka kalo Theyo sama Baek tpi pas baca scene yg mereka jadian jadi ikutan seneng juga, jdinya bingung-_- sebenernya aku suka Theyo-Luhan atau Baek-yo hihi, tpi y sudahlah ya, yg penting pada akhirnya semuanya bahagia,hihi!