Rising Star - Ch 42

Rising Star (the sequel of Falling Star)
Please Subscribe to read the full chapter
RISING STAR Chapter 42

.

.

“Gempa sudah mereda!” Salah seorang staff lain memasuki ruangan, membuat semua yang ada di sana tidak jadi berlari keluar gedung. “Ini hanya gempa kecil. Gedung ini dibangun cukup tangguh untuk mengatasi gempa seperti ini. Bisa kita lanjutkan? Kita tidak bisa mengisi dengan iklan terlalu lama.”

Hankyung memandang keenam dongsaeng-nya yang tampak ketakutan sama seperti dirinya. Meski ruangan itu tidak berguncang sekeras tadi, tapi mereka masih bisa merasakan getaran gempa.

“Kita harus menyelesaikan acara ini,” putus Hankyung. “Bagaimana dengan kalian?”

“Kita lanjutkan,” gumam member yang lain setelah beberapa saat terdiam.

Kyuhyun tidak ikut menyahut. Ia masih menimbang baik-buruknya.

“Bagaimana, Gui Xian?”

Kyuhyun mengedarkan pandangannya, mendapati wajah-wajah yang ketakutan. Namun ia juga melihat kemantapan hati mereka untuk melanjutkan acara.

“Aku rasa, kita bertanggungjawab kepada para penggemar untuk  menyelesaikan acara ini. Aku tidak akan melarikan diri.”

“Bagus.” Hankyung merangkul Kyuhyun dengan wajah lega.

Ketujuh namja itu kembali duduk di kursi masing-masing, mencoba mengabaikan getaran-getaran kecil yang masih terasa. Generator dinyalakan untuk menunjang kebutuhan listrik mereka karena aliran listrik dari pusat padam. Reporter membuka berkas di tangannya begitu acara siap dilanjutkan. Setelah beberapa pertanyaan, ia menemukan info yang menarik tentang kondisi Kyuhyun.

“Bagaimana kondisi tubuhmu sekarang, Gui Xian?”

“Hen hao (*sangat baik),” jawab Kyuhyun sambil tersenyum. Ia mulai terbiasa dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkisar seputar kondisi tubuhnya. Kyuhyun mencoba menghapus keringat yang muncul di hidung akibat perasaan takut setiap kali getaran  kecil gempa kembali muncul.

“Apa hobbymu?” tanya sang reporter lagi.

Semua member SJ M yang lain langsung menyahut mewakili Kyuhyun yang sudah bersiap-siap menjawab. Kyuhyun tertawa ketika semua mengatakan tentang hobby-nya yang sangat akut terhadap game.

“Game apa yang kau sukai?”

“Tai bu xiang huale (*itu keterlaluan)!"protes Kyuhyun dengan logat khas mandarin yang kental. Semua tertawa melihat Kyuhyun lagi-lagi meluncurkan kata-kata andalannya. Mereka cukup terhibur di tengah ketakutan yang mereka tekan sejauh mungkin.

“Game bukan hobby-nya Gui Xian.”

Kyuhyun tersenyum lebar, mengira Hankyung akan membelanya.

“Game adalah pekerjaannya,” lanjut Hankyung disambut gelak tawa yang lain, sementara Kyuhyun mencoba bersikap tenang. Ditahannya dirinya untuk tidak menggembungkan pipi di tengah wawancara.

“Seandainya Gui Xian tidak menjadi member SJ M, ia mungkin sudah menjadi game master di Korea.” Siwon menegaskan.

“Oh, seorang game master?”

Semua kembali tergelak melihat keterkejutan sang reporter, sementara Kyuhyun mulai melepas topeng cool-nya. Ia benar-benar dibuat gemas oleh keusilan member lain. Sejak di China, Kyuhyun menjadi lebih pemalu daripada di Korea. Karena itu para member sering berbuat usil kepadanya saat acara maupun wawancara.

“Bu. Wo bushi (*tidak. Aku tidak),” ucap Kyuhyun mencoba membela diri. Namun tampaknya sang reporter lebih mempercayai member yang lain.

Sepanjang acara, member SJ M saling memegang, memeluk, mencubit pipi, menepuk punggung, mencoba melakukan hal-hal yang membuat mereka semua bertahan tampil seperti biasa. Ryeowook dan Donghae menggelitik wajah Henry yang sedikit kesulitan untuk tersenyum.

“Apa olahraga yang ingin kalian tonton di Olimpiade nanti?” Sang reporter mengajukan pertanyaan kesekian kalinya.

“Ping Pong!” sahut Kyuhyun cepat.

“Bagaimana dengan  yang lain?”

“Renang!”

“Basket!”

“Bola volley!”

“Tennis!”

“Panahan!” Kyuhyun kembali menjawab sementara yang lain menyebutkan olahraga kesukaan mereka masing-masing. Lagi-lagi Kyuhyun mendapat serangan dari member lain karena menjawab dua kali. Mereka berebut berbicara tentang ping pong. Sang reporter hanya bisa tertawa dan menunggu keributan kecil itu mereda.

“Belakangan ini kami sering bermain ping pong. Jadi Shi Yuan membeli sebuah meja ping pong,” jelas Donghae kepada sang reporter.

Kyuhyun merundukkan tubuhnya untuk menahan tawa. Sekali tertawa, ia susah sekali untuk berhenti.

“Karena semua bisa menikmati ping pong, Shi Yuan berkata ‘mari beli sebuah meja ping pong’. Kemudian dia membeli satu.”

“Shi Yuan yang membayarnya?” Sang reporter menatap Siwon dengan takjub.

“Dui, itu merupakan hadiah untuk kami,” jelas Hankyung.

Pertanyaan-pertanyaan lain kembali bergulir. Di penghujung acara, reporter meminta member SJ M menyampaikan pesan kepada para penonton. Namun ia menyebut Kyuhyun sebagai Li Xu.

“Li Xu???” Kyuhyun dan Siwon bertanya serempak.

“Duibuqi (*maaf). Silahkan, Gui Xian.”

“Terima kasih untuk para fans atas semua dukungan kalian. Aku berharap kami akan semakin berkembang bersama dengan kalian.” Kyuhyun tersipu karena mengucapkan kalimat tadi dalam bahasa Korea. Ia  pun mengingat-ingat kalimat mandarin yang sudah ia pelajari. “Aku pikir fans di China sangat cute. Xie Xie.”

Hankyung diam-diam mengacungkan ibu jarinya ke atas, memberi selamat kepada Kyuhyun yang berhasil menutup acara dalam bahasa mandarin.

Reporter memberikan kata penutup sebelum mereka semua melakukan salam Super Junior M sebagai tanda bahwa acara telah selesai.

.

.

“Kita berhasil.” Hankyung menepuk mereka satu per satu.

“Cepat keluar dari sini!” Manager hyung mendorong mereka meninggalkan ruangan.

“Apa yang harus kita lakukan sekarang?” Kyuhyun bertanya kepada member yang lain, namun tak seorangpun menjawab. Mereka semua belum pernah mengalami gempa sebelumnya. “Aigoo, hyungdeul, Henry, apa yang harus kita lakukan sekarang? Kenapa kalian diam saja?”

Kyuhyun mulai merasa takut. Lebih takut dari sebelumnya.

“Gui Xian, tangga darurat.”

Kata-kata Zhoumi menyadarkan Kyuhyun. Ia menarik lengan manager hyung yang berjalan menuju lift. “Hyung, lewat pintu darurat saja.”

“Ini 24 lantai.” Manager hyung keberatan. “Lagipula gempanya sangat kecil.”

“Aku setuju dengan Gui Xian. Kita lewat tangga darurat saja. Meski getarannya kecil, tak ada yang menjamin lift tidak akan macet.” Hankyung mengajak mereka semua ke pintu darurat yang ditunjuk Zhoumi dan Kyuhyun.

Entah berapa banyak gempa kecil  yang terjadi selama mereka menjalani acara hingga saat ini. Semua berusaha menuruni tangga dengan sikap tenang. Hampir seluruh gedung itu telah dikosongkan, sehingga tak ada yang berdesak-desakan dengan mereka.

.

.

“Hyung, gempanya cukup besar, tapi tampaknya tidak parah,” cetus Zhoumi.

Ketujuh namja itu melihat sekeliling. Manager hyung dan para staff NetEase telah berada di halaman gedung. Di jalan, mobil-mobil berhenti. Terjadi kemacetan karena lampu lalu lintas tak berfungsi. Di sekeliling mereka, para pegawai kantor, pedagang, dan orang yang lalu-lalang berkerumun di tempat yang lapang. Tampaknya semua gedung dan pertokoan dikosongkan seketika.

“Syukurlah tak ada yang celaka.” Siwon tersenyum kecil. Ia menarik tangan Kyuhyun dan menggenggamnya. Meski ia senang dengan kondisi yang ia lihat, namun perasaan gelisah yang ia rasakan tidak juga hilang.

Kyuhyun memandang Siwon dengan diam, dan berusaha tersenyum ketika hyungnya itu menatapnya. Ia baru saja mengecek HP yang ia miliki. Tak ada sinyal sama sekali.

Gempa ini jauh lebih parah dari yang terlihat.

Meski begitu, Kyuhyun memilih berdiam diri. Ia tak ingin membuat dugaan apapun di saat Siwon merasa begitu gelisah. Ia sendiri sebenarnya sangat ketakutan meski berusaha terlihat tenang.

Semua duduk di luar gedung, menunggu hingga situasi dinyatakan aman. Lalu lintas mulai kembali lancar setelah beberapa polisi diturunkan. Ketika mobil-mobil polisi bersirene, mobil pemadam kebakaran, dan ambulan melewati jalan hingga beberapa rombongan; Hati ketujuh namja itu kembali was-was. Begitu pula semua yang melihat.

Donghae memeluk Kyuhyun dari samping begitu erat, sehingga Kyuhyun balik memeluknya. Ryeowook dan Henry saling merangkul tanpa bicara. Zhoumi dan Hankyung berpandangan. Mereka mulai yakin ada yang tak beres mengenai gempa ini. Siwon duduk sambil mengaitkan kedua tangannya, mencoba berdoa di dalam hati.

“Kita balik ke hotel. Lalu lintas dan hotel kita dalam kondisi aman.” Manager SJ M mengajak mereka menuju mobil.

Tak ada yang berbicara selama perjalanan.

.

.

Di hotel, mereka langsung berpencar tanpa banyak bicara. Ryeowook menarik Henry dan memaksanya mandi sebelum berganti pakaian. Siwon, Donghae, Zhoumi, dan Hankyung berdiam diri di ruang duduk; Menunggu giliran mandi sambil mencoba HP mereka masing-masing. Kyuhyun muncul dari dalam kamar. Ia meletakkan laptop-nya di meja ruang duduk dan kemudian membukanya.

“Saat seperti ini, kau masih ingin bermain game?” tanya Zhoumi keheranan.

Kyuhyun tidak menyahut ataupun membela diri ketika hyungdeul yang lain ikut memandangnya dengan heran. Tanpa banyak bicara, namja itu masuk ke website Korea untuk mencari tahu yang baru saja mereka alami. Kyuhyun bersyukur sinyal internet tidak sampai putus seperti sinyal telepon.

Salah satu gempa terbesar?

Kyuhyun mencoba memasang wajah tenang sambil melanjutkan membaca.

USGS memperkirakan gempa utama  berkekuatan 7,8 skala Richter berpusat di Wenchuan, Sichuan, terjadi pada pukul 14.28 CST.  Getaran gempa terasa hingga Bangkok, Thailand.  Belum ada laporan resmi mengenai jumlah korban, tetapi berdasarkan luas area yang mengalami kerusakan, gempa ini diperkirakan termasuk gempa yang parah. Sampai saat ini sudah ribuan orang yang diperkirakan hilang. Aigoo…. Ini gempa yang sangat parah…...

Kyuhyun hendak menutup laptop-nya ketika sebuah tangan menahan.

“Bagaimana situasinya?”

Kyuhyun tidak menjawab. Ia bergeser agar Hankyung bisa membacanya sendiri. Leader SJ M itu menjadi pucat dan gemetar saat melihat apa yang terpampang di layar. Saat Henry dan Ryeowook keluar dari kamar mandi, tanpa banyak bicara Kyuhyun bergegas masuk ke salah satu kamar mandi yang tersedia, mencoba menenangkan perasaannya setelah melihat foto-foto dari satelit tadi.

.

.

Tak ada seorangpun yang menyalakan televisi; Mereka menunggu semua selesai mandi dan berkumpul di ruang duduk. Hankyung melirik keenam dongsaengnya sebelum menekan tombol remote. Sepertinya apa yang mereka cemaskan ketika melihat begitu banyaknya aparat yang lewat, tidak meleset jauh. Televisi memberitakan hal yang sesungguhnya terjadi tadi. Semua seperti  yang Kyuhyun dan Hankyung baca di website Korea.

Pemerintah RRC dalam dua jam sejak gempa terjadi bereaksi dengan cepat. Perdana Menteri Wen Jiabao langsung terbang ke daerah bencana. Militer RRC mengerahkan 50 ribu tentara lebih untuk misi penyelamatan. Palang Merah RRC mengirim 557 tenda dan 2500 selimut  ke kabupaten Wenchuan. Yayasan Tzu Chi dari Taiwan menjadi tim bantuan luar negeri pertama yang diizinkan pemerintah RRC untuk mengirimkan tim bantuan ke kawasan bencana. Akses transportasi yang rusak akibat bencana serta kondisi alam di sebagian kawasan yang terkena dampak gempa membuat tim bantuan kesulitan untuk mencapai beberapa daerah yang kondisinya paling buruk. Guangzhou akan menjadi salah satu titik pengungsian korban yang selamat karena letaknya yang tidak terlalu jauh namun di luar daerah siaga gempa karena wilayahnya cukup stabil.

Kyuhyun berjalan menuju jendela hotel. Kesibukan tampak di jalan raya kota Guangzhou. Suara sirene belum juga reda, mencengkeram perasaan orang-orang yang mendengarnya. Halaman hotel yang luas tidak mampu meredam kesibukan yang terjadi di jalan raya, yang biasanya bisa teredam dengan baik.

“Kyuhyunie…” Ryeowook memeluk Kyuhyun dari belakang, dan menyandarkan kepalanya ke punggung dongsaengnya. Meski mereka selamat, tak urung Ryeowook merasa gemetar mengingat mereka baru saja lolos dari bencana. Namja itu tidak pernah mengalami gempa sebelumnya, dan tidak mengerti bahwa gempa bisa separah itu. Seandainya ia tahu, ia akan memilih untuk lari dan menghentikan acara. Mengingat keputusan nekad yang tadi mereka ambil, Ryeowook merasa benar-benar bersyukur mereka semua masih hidup.

“Telepon sudah berfungsi!” Zhoumi berseru sambil melambaikan handphone-nya dengan perasaan lega meski kecemasan akan kondisi keluarganya masih tampak. Ia segera menghubungi ayah, ibu, dan kakeknya yang berada di Wuhan. Namja itu bersyukur keadaan di sana baik-baik saja, hanya terkena efek kecil dari gempa susulan.

Hankyung juga merasa lega mendengar kabar keluarganya tidak terkena efek dari gempa. Namun toko dimsum di Beijing sempat dikosongkan saat gempa terjadi.

“Kau baik-baik saja? Syukurlah.” Siwon tersenyum lega setelah mengetahui keadaan sepupunya yang berkuliah di Beijing. Mereka bercakap-cakap untuk beberapa saat sebelum namja itu menghubungi orang tuanya.

“Siapa yang menangani kejadian ini?”

Kyuhyun mengerutkan kening mendengar pertanyaan sang appa yang tengah ia hubungi.

“Kyuhyunie, China dan Korea sangat berdekatan. Negara kita juga memiliki hubungan yang cukup baik. Tanyakan siapa yang menangani kejadian ini di China. Kami akan mencoba memberikan bantuan.” Kim Hanna, sang eomma, mencoba menjelaskan maksud pertanyaan suaminya.

“Akan aku cari tahu, Appa, Eomma.” Kyuhyun merasa terhibur mendengar kata-kata kedua orang tuanya. Selama beberapa lama tinggal di China dan mengenal berbagai kota serta penduduknya, Kyuhyun ikut merasa terpukul melihat kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa hari ini.

“Kyuhyun-ah, jika memungkinkan, cobalah membantu sebanyak yang kau bisa, arrachi?”

“Arraseo, Appa.”

Kyuhyun menutup telepon dengan perasaan yang jauh lebih ringan. Ia kini mencoba menghubungi Ahra, untuk memberitahu bahwa keadaannya baik-baik saja.

“Sepertinya gempa ini sangat besar dan mencemaskan.” Ryeowook melihat semua member termasuk Henry dan Donghae menghubungi keluarganya masing-masing. “Aku harus menghubungi orangtuaku juga.  Jangan sampai mereka khawatir.”

“Teuki hyung tidak mengangkat teleponku,” keluh Kyuhyun dengan wajah muram.

“Dia ada di sini.” Hankyung menunjuk HP-nya. “Ne, Teuki hyung. Kami semua baik-baik saja. Ne? Kami memang terjebak gempa, tapi tidak apa-apa. Gempa di sini tidak besar…tidak sampai merusak bangunan.”

Kyuhyun memperhatikan Hankyung yang sibuk bercakap-cakap dengan member SJ yang berada di Korea. Tanpa sadar namja itu memajukan bibirnya dengan perasaan kesal.  “Kenapa Teuki hyung pilih kasih?”

Melihat itu, Ryeowook tertawa dan merangkul Kyuhyun. “Itu telepon dari Heechul hyung, Kyuhyunie. Kita senasib. Teuki hyung juga tidak pernah mengangkat telepon dariku.”

“Jangankan kalian. Telepon dariku saja tidak dia angkat,” ujar Hankyung sambil mencoba tersenyum. Ia baru saja menutup pembicaraan di telepon.

“Tapi seharusnya Teuki hyung mengangkat telepon dariku.”

“Dasar magnae manja.” Donghae menjitak pelan kepala Kyuhyun.

“Aku bukan magnae di sini!” Kyuhyun merengut. Matanya membulat melihat Henry tertawa lebar. Tawa pertama magnae SJ M itu sejak kembali ke hotel. “Yak! Henry-ah! Aku ini hyung-mu!”

“Arra…arra… Kau ini memang seorang hyung.” Zhoumi merangkul Kyuhyun dari sisi yang lain sambil terkekeh.

“Tutup mulutmu, Zhoumi ge. Kau hanya meledekku.”

Kata-kata Kyuhyun yang ketus justru membuat Zhoumi tergelak dan menepuk pipi Kyuhyun dengan gemas.

“Sebenarnya Teuki hyung mengangkat telepon dariku, bahkan kami menangis bersama karena merasa kangen.” Donghae tersenyum lebar.

“Mwo?!” Kyuhyun, Ryeowook, dan Hankyung memasang wajah protes.

“Jam berapa Donghae hyung menepon?” tanya Ryeowook. “Aku pernah mencoba 5x dalam sehari, tak sekalipun diangkat.”

“Kalau tidak salah jam 4 pagi.”

Seruan kesal bermunculan di ruang duduk. Zhoumi dan Henry tersenyum melihat semua itu. Daripada sekedar member, Super Junior seperti sebuah keluarga besar. Mereka saling merindukan satu sama lain, dan kadang merasa cemburu jika tidak mendapat perhatian yang sama.

“Di mana Shi Yuan?” Pertanyaan Hankyung yang baru menyadari sosok Siwon menghilang, hanya dijawab tangan-tangan yang menunjuk ke arah pintu kamar.  Hankyung bergegas melangkah ke sana.

“Siwon hyung sedang menangis,” gumam Henry yang sempat mengintip ke dalam beberapa waktu lalu. Hal itu membuat Hankyung mengurungkan niatnya memasuki kamar Siwon. Ia berpikir Siwon membutuhkan waktu sendiri saat ini.

“Manager hyung… Untuk acara di Nanshan besok, bisakah kita batalkan?” Hankyung mendekati sang manager yang baru saja datang.

“Ne, aku rasa, acara permainan tidak cocok.” Donghae ikut bergabung.

“Menyanyi juga kurang cocok,” gumam Ryeowook.

“Kita tidak mungkin tertawa, apalagi Siwon hyung….” Henry teringat betapa sulitnya ia tersenyum selama di studio. Meski gempa tadi sangat kecil getarannya, Henry merasaketakutan setengah mati karena mereka berada di lantai 24.

“Kita bisa menggantinya dengan hal lain yang berkaitan dengan bencana ini.”

“Zhoumi benar.” Hankyung mengangguk setuju.

“Kita punya daya tarik yang kuat.” Kata-kata Kyuhyun membuat semua meliriknya dengan bingung. “Kita bisa menggunakan daya tarik kita untuk menghimbau banyak orang menyumbangkan bantuannya. Juga untuk memberi mereka pengetahuan mengenai gempa. Aku sendiri tadi merasa bingung apa saja yang perlu dilakukan jika mengalami gempa. Bahkan hyungdeul tidak mengacuhkan pertanyaanku. Padahal aku benar-benar takut...."

"Dui bu qi, Gui Xian. Aku sama tidak mengertinya denganmu," ujar Hankyung dengan wajah menyesal. "Usulan Gui Xian sangat bagus. Kita coba membujuk penyelenggara acara besok."

Manager hyung tampak mempertimbangkan hal itu. Sementara yang lain mengangguk setuju, beberapa member sedikit bingung dengan usul Kyuhyun.

“Aku akan menghubungi pihak acara mengenai hal ini. Kalian bersiaplah. Besok pagi kita ke Nanshan untuk acara….” Manager hyung kehilangan kata-kata.

“Acara pendidikan.” Donghae menyahut dengan polosnya sehingga semua mau tak mau tersenyum geli.

“Manager hyung, adakah yang bisa kita lakukan untuk menolong mereka? Menjadi sukarelawan, menyumbang dana, atau hal-hal lainnya yang lebih nyata?” Pertanyaan Hankyung disambut anggukan yang lain. Namun manager hyung menggeleng.

“Kita punya jadwal ketat. Tak ada yang bisa kita lakukan kecuali pihak acara membatalkan. Lagipula, keselamatan kalian tanggungjawabku. Aku tak bisa membiarkan kalian mendekati daerah bencana untuk alasan apapun.”

Keenam namja itu saling berpandangan begitu manager hyung keluar. Hankyung terduduk dengan perasaan kesal. Matanya kembali melirik ke televisi yang memuat berita evakuasi korban dan pengungsi. Ia terhenyak ketika disebutkan bangunan yang paling banyak runtuh adalah sekolah dasar dan taman kanak-kanak. Karena gempa terjadi di saat jam sekolah masih berlangsung, korban dari anak-anak diperkirakan cukup besar.

“Kita baru saja mendapatkan dana untuk sebuah sekolah. Tapi sekarang, yang hancur jauh lebih banyak. Bagaimana mungkin kita hanya berdiam diri seperti ini?”

Hankyung mengacak rambutnya dengan perasaan kesal yang semakin memuncak. Zhoumi memeluknya untuk menghibur dengan bahasa mandarin, sehingga yang lain hanya bisa melihat dengan diam.

Kyuhyun memilih masuk ke dalam kamar yang ditempati Siwon dan Zhoumi. Ketika ia membuka pintu, ruangan hanya diterangi lampu tidur. Jendela yang terbuka tidak membuat kamar semakin terang karena hari sudah bergerak malam. Jam dinding menunjukkan pukul 10. Siwon tampak berlutut di sisi tempat tidur. Kedua tangannya dilipat dan kepalanya tertunduk dengan sikap berdoa. Namja itu mengucapkan doa di sela-sela isakan tangisnya.

Kyuhyun duduk diam, menunggu Siwon selesai. Namun setelah tiga puluh menit berlalu, tak ada tanda-tanda bahwa Siwon akan mengakhiri doanya. Kyuhyun menunggu lagi beberapa lama sebelum akhirnya membanting dirinya ke tempat tidur Zhoumi. Ia tersenyum saat Siwon yang menyadari adanya seseorang di kamar itu, mengakhiri doanya.

“Sudah kuduga itu kau,” gumam Siwon lirih.

Namja itu menghapus air matanya dan duduk di sisi tempat tidurnya sendiri. Kedua bahunya yang biasa tegap dan gagah, kini terbungkuk akibat kesedihan yang begitu besar.China bukan tempat yang asing bagi Siwon. Sebelum bergabung dengan SM, ia sudah bersekolah beberapa lama di Negara tirai bambu tersebut. Melihat begitu banyaknya korban di negara yang sudah menjadi negara kedua baginya, hati Siwon terasa hancur.

“Siwon hyung, bagaimana kalau kita juga melakukan sesuatu yang lain selain berdoa?”

“Sesuatu yang lain?”

“Ne, nae Appa dan Eomma hendak mengirimkan bantuan ke China. Hyung mau ikut?”

Siwon terdiam. Ia mencoba mencerna kata-kata Kyuhyun dengan kepala yang penuh dengan gambar-gambar daerah gempa yang tadi dilihatnya.

“Tentu saja aku mau!” Namja itu nyaris melonjak setelah menyadari apa yang Kyuhyun tawarkan. Ia mulai bisa tersenyum lebar. Wajahnya yang muram berangsur cerah. “Kau benar-benar baik, Kyuhyunie. You are my Rising Star.”

“Hyung!” Kyuhyun menghela napas mendengar perkataan Siwon. Terkadang ia ingin sekali membuat hyungnya yang polos itu menyadari bahwa kata-katanya kadang membuat orang lain jengah. Namun Kyuhyun tidak setega Eunhyuk dan Donghae yang langsung memarahi Siwon jika terlalu mengurusi urusan mereka.

Kyuhyun menepuk-nepuk punggung Siwon yang kini memeluknya dengan erat. “Jangan menangis lagi, arra? Lebih baik hyung mempersiapkan apa saja yang ingin dibagikan.”

“Akan aku siapkan malam ini juga.” Siwon bangkit dengan semangat. Namun kemudian ia berdiri dengan diam sambil memandang Kyuhyun yang masih duduk di tepi tempat tidur Zhoumi. Kyuhyun  menggoyangkan kedua kakinya yang menggantung seperti anak kecil.

“Uhm, Kyuhyunie, apa kau akan tidur sekamar denganku lagi?”

Kyuhyun memandang wajah Siwon yang tersipu malu karena menanyakan hal itu.

“Apakah harus?”

Pertanyaan Kyuhyun membuat Siwon mengerjap bingung. “ Tentunya jika kamu mau.”

“Aku tidak mau.”

Kyuhyun meringis karena wajah kecewa Siwon tampak sangat lucu saat mendengar jawabannya.

“GEMPA! SEMUA KELUAAAR!”

Teriakan itu membuat Kyuhyun dan Siwon berjengit. Belum juga Kyuhyun bereaksi, Siwon sudah menarik tangannya dan berlari keluar kamar. Keduanya terengah-engah saat mencapai halaman hotel. Mereka mencari member yang lain dan berkumpul menjadi satu.

Hankyung segera berhitung di dalam hati. Satu. Dua. Tiga. Empat. Lima. Enam. Lengkap! Syukurlah…

“Hankyung hyung!!!” Keenam namja yang lain langsung menahan tubuh Hankyung yang limbung.

“Gwenchanayo,” gumam Hankyung sambil tertawa tanpa suara. Dipeluknya keenam dongsaengnya erat-erat. Tadi lututnya terasa lemas karena perasaan lega yang muncul. Lega karena tak satupun dongsaengnya tertinggal ketika mereka menuruni hotel.

Mereka semua berdiam diri bersama manager hyung dan tamu-tamu lain, menunggu arahan selanjutnya dari pihak hotel. Hingga lima belas menit kemudian belum ada pemberitahuan apapun.

“Sebenarnya aku tidak  merasa adanya gempa,” gumam Henry. Ia memeluk tubuhnya dengan kedua tangan. Berdiri di halaman hotel yang terbuka tanpa jaket membuatnya kedinginanan. Masuk ke kamar dan beristirahat dalam selimut tebal yang hangat merupakan impiannya saat ini.

“Sepertinya cuma rumor.” Zhoumi menarik kesimpulan setelah mendengar perbincangan di sekelilingnya.

Meski demikian, petugas hotel mulai membagikan mereka selimut agar tidak kedinginan dan menyarankan semua tamu untuk sesering mungkin berada di luar. Manager hyung kembali masuk setelah dinyatakan aman. Ia membawakan barang-barang yang diinginkan para member.

“Dalam 8 jam, korban meninggal sudah mencapai 6000 orang. Tapi masih begitu banyak daerah yang belum selesai dievakuasi.” Hangeng bergumam. Matanya menangkap sosok Kyuhyun yang berdiri sambil menatap kosong ke arah langit. Dongsaengnya itu sama sekali tidak menyentuh laptop dan gadgetnya yang dibawakan manager hyung.

Hankyung berjalan mendekat. Tanpa bicara dipeluknya Kyuhyun dengan erat. Tubuh kaku itu tidak membalas pelukannya sama sekali. Hankyung kemudian menepukkan tangannya pada punggung Kyuhyun, masih tanpa bicara. Ia tersenyum ketika Kyuhyun mulai memandang ke arahnya. Direngkuhnya kepala itu dan memeluk Kyuhyun semakin erat.

“Jangan kuatir. Kita semua akan baik-baik saja. Kita semua pasti baik-baik saja. Bukankah hyung sudah berjanji akan melindungimu juga member yang lain?”

Kyuhyun memejamkan mata mendengar kata-kata yang dibisikkan Hankyung di telinganya. Perlahan tangannya bergerak memeluk hyung China-nya itu. Hankyung kembali menepuk punggung Kyuhyun saat merasakan pelukan dongsaengnya semakin erat, pertanda Kyuhyun sangat ketakutan, jauh lebih ketakutan daripada yang bisa diperlihatkannya.

“Ayo kita bergabung dengan mereka.” Hankyung menarik Kyuhyun ke salah satu pojok halaman di mana yang lain sudah menempatkan diri sambil bergelung dalam selimut.

Ketujuh namja itu kini berkumpul merapat satu sama lain untuk menahan hawa dingin. Bergantian mereka bercerita hal-hal yang lucu, menghitung bintang, dan permainan lainnya yang membuat semua terhibur. Ketika kantuk mulai datang, mereka berdiam diri sambil berpelukan atau bersandar kepada member yang lain.

Donghae memeluk Kyuhyun dan Ryeowook yang berada di sisinya dengan perasaan yang bercampur aduk.

 “Aku ini orang yang beruntung,” bisik Donghae.

Namja itu tersenyum saat keenam pasang mata memandangnya penuh tanya.

“Meski tidak memiliki hubungan darah, kita benar-benar seperti hyung dan dongsaeng; Hyungdeul melindungi dongsaengdeul; Dongsaengdeul menuruti yang dikatakan hyungdeul. Sama seperti di Super Junior… Aku sungguh merasa beruntung.”

“Donghae-ah…” Hankyung beranjak mendekat untuk memeluk Donghae. Akhirnya mereka semua memeluk Donghae yang kini menangis karena bahagia.

Seperempat jam kemudian, manager hyung tersenyum melihat ketujuh namja yang ia asuh telah tidur bertumpang tindih satu sama lain. Malampun semakin larut. Semua baru kembali ke dalam hotel setelah pagi menjelang.

.

.

13 Mei 2008

Seoul, Korea.

Petinggi SM terus memantau kondisi di China dengan membaca berita-berita yang beredar. Meski manager SJM sudah memberi tahu bahwa mereka semua dalam keadaan aman, namun gempa susulan masih memiliki resiko. Ia tidak memungkiri bahwa dirinya merasa sangat cemas.

Semua member grup pradebut yang tidak terpilih bisa dibubarkan. Namun karena Saya sudah membuat kontrak dengan mereka, Saya harus bertanggung jawab. Dari member-member itu Saya membentuk sebuah grup yang bisa melakukan baik musik maupun variety show, yaitu Super Junior. Mereka menumpahkan darah, keringat, dan air mata untuk bertahan. Kami merasa bersalah, jadi kami menolong mereka.

Petinggi SM terpekur mengingat kata-katanya saat wawancara 3 tahun lalu.

Bukan hal seperti ini yang aku maksud. Tapi jika menarik mereka semua sekarang, banyak kontrak yang harus dibatalkan. Itu akan berakibat fatal, baik bagi perusahaan maupun bagi mereka sendiri. Semua kerja keras mereka selama ini akan sia-sia…

“Seonsaengnim, apakah kita perlu menarik SJ M kembali ke Korea?”

Petinggi SM tidak menjawab. Ia berjalan menuju sisi ruangan yang berjendela kaca besar, di mana ia bisa melihat ke luar dengan jelas. Terbayang diingatannya saat pertama memutuskan Kyuhyun akan debut.

“Mari kita lakukan dengan baik.”

Sepasang mata berpupil hitam besar itu menatapnya dengan bingung.

“Apa yang dilakukan dengan baik?”

Petinggi SM tersenyum mengingatnya. Ia yakin, Kyuhyun tidak pernah membayangkan menjadi seorang anggota boyband. Tetapi sejauh ini, ia mengakui Kyuhyun sudah melakukan semuanya dengan baik.

“Biarkan mereka tetap di sana tetapi jagalah komunikasi dengan manager SJM. Lakukan apa yang bisa dilakukan untuk mengamankan mereka.” Petinggi SM memberi perintah kepada ajudannya.

“Bagaimana dengan Kangin sshi dan Heechul sshi, Seonsaengnim?”

“Mereka sudah datang? Suruh mereka masuk.”

Sang ajudan keluar beberapa saat. Tak lama kemudian, Kangin dan Heechul memasuki ruangan. Petinggi SM tanpa basa-

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Inspiritwer_11 #1
Chapter 18: How can i find falling star?
Ladychi #2
Chapter 51: dice que esto es una secuela, ¿donde esta la otra historia
Ladychi #3
Chapter 51: tienes otra historia? o solo es esta, escribes muy bien
ArizKyu #4
Chapter 51: ??
Update lagi dong eonn??
moonloversrae #5
Yeah akhirnya update lagi.. Still the best author ?
DekanAkavi1711 #6
Chapter 50: eonn, yg SUJU M tukeran baju di pesawat itu real kah?
Jai2212 #7
Where can i read the falling star?? I cant find it...
dephinalouisa
#8
Chapter 50: Best ff and author so far.. Cara penulisan dan penggambaran masing2 karakter sgt mendetail.. Semua percakapan dirangkum secara cerdas.. Ditunggu kelanjutannya eonie.. Hwaiting!!
EndahD #9
Chapter 50: Selalu nunggu buat setiap chapternya walaupun udah sekian lama
iharukumipuff
#10
Chapter 50: kyuhyun menghilang? apa lagi rencana kyuhyun kali ini? xD