Rising Star - Ch 40

Rising Star (the sequel of Falling Star)
Please Subscribe to read the full chapter
  Rising Star Chapter 40

6 Mei 2008

Wuhan

.

Malam itu langit di Wuhan cukup cerah. Sungai Yangtze memantulkan cahaya lampu kota di kejauhan. Sama seperti kota besar lainnya, penghuni kota itu belum tertidur. Jalanan penuh oleh lalu-lalang mobil dan masih banyak tempat makan dan hiburan yang beraktifitas pada malam hari.

Di salah satu balkon hotel, semua kesibukan kota tidak terdengar.  Pemandangan kota Wuhan yang dihiasi sungai Yangtze dan langit malam lah yang bisa dinikmati dari tempat itu. Namun suasana hati seseorang yang tengah berada di sana, tidak secerah langit di kota Wuhan.

“Eomma, saranghamnida.” Begitu sambungan komunikasi terputus, Kyuhyun menatap ke arah langit, berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh.

Setiap hari, Kyuhyun sangat merindukan keluarga dan hyungdeul yang berada di Korea. Berulang kali ia mencoba menepis rasa rindu itu, namun tidak juga berhasil. Selama ini ia belum pernah berada begitu jauh dari rumahnya, apalagi sampai memakan waktu begitu lama. Tetapi Kyuhyun tidak bisa mengutarakan perasaannya seperti yang lain.

Namja itu tidak menyadari sesosok tubuh mengamatinya dari pintu kaca. Donghae menghitung satu sampai sepuluh sebelum membuka pintu geser itu dengan sedikit keras, agar Kyuhyun sempat memasang wajah cerianya.

“Donghae-ah! Kau belum tidur?”

Seperti yang Donghae duga, Kyuhyun langsung tersenyum lebar melihat kedatangannya. Meski mata itu masih menyisakan kesedihan, tetapi celotehan usil bernada riang sudah keluar dari mulut dongsaengnya. Donghae membiarkan hal itu beberapa saat sebelum mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.

“Kyuhyunie, aku punya sesuatu yang bagus. Kau mau lihat?”

Donghae menarik Kyuhyun agar berdiri di tepi balkon sambil memperlihatkan sebuah tabung dari logam yang dipenuhi motif bintang dan warna pastel yang semarak. Di ujung tabung tersebut terdapat silinder yang bisa digerakkan. Kyuhyun mengambil tabung yang ia yakin mainan anak-anak itu dan mengamatinya sejenak.

“Aku melihat anak salah seorang staff membawanya.” Donghae mengambil tabung itu, menaruh salah satu ujungnya di dekat matanya, mengarahkan ke langit, lalu memutar bagian silinder tersebut. “Jika dihadapkan pada cahaya, kita bisa melihat warna-warna yang bagus!”

Kyuhyun tergelak melihat Donghae bercerita dengan sangat antusias.

“Hyung tidak merebutnya dari anak itu kan?”

“Tentu saja tidak!” Donghae mempoutkan mulutnya, tidak menyadari kalau Kyuhyun hanya menggodanya. “ Aku ingin menggantinya dengan foto dan tanda tanganku, tapi anak itu tidak mau. Aku boleh membawanya jika menyukainya.”

Lagi-lagi Kyuhyun tergelak melihat wajah ceria Donghae. Mata hyungnya itu berbinar begitu hidup, sangat mempesona. Tak ada yang tidak terpesona dengan wajah Donghae yang tampan, ceria, dan selalu tersenyum dengan tulus. Kyuhyun sendiri menganggap Donghae sangat tampan.

“Ini namanya kaleidoscope, hyung.” Kyuhyun mengambil tabung itu, lalu mengarahkannya ke sebuah gedung pencakar langit yang dipenuhi lampu di kejauhan. Ketika ia memandang melalui kaleidoscope, warna-warna indah bermunculan. Setiap ia menggerakan silinder kecil pada alat itu, tercipta mozaik yang rumit dan  penuh warna. Sebuah pemandangan yang indah dan menimbulkan perasaan senang.

“Kalau kau suka, kaleidoscope itu untukmu saja. Aku memang memintanya untuk uri Kyuhyunie.”

Kyuhyun menurunkan tabung itu dan beralih memandang Donghae yang tersenyum ke arahnya. Mati-matian Kyuhyun berusaha menekan perasaannya yang terdalam. Kata-kata itu membuat pertahanan dirinya nyaris runtuh.

“Gomawo, Donghae-ah.” Kyuhyun mengucapkan kalimat itu dengan suara tercekat. “Gomawo selalu berusaha menghiburku.”

“Mwo?” Donghae membelalakan matanya dengan wajah memerah. “Kau menyadarinya?”

Kyuhyun tersenyum lembut sebelum kembali memainkan kaleidoscope di tangannya. Ia menikmati mozaik-mozaik indah itu, membiarkan hyungnya berdiri terpaku di sebelahnya.

“Donghae-ah berusaha menghiburku diam-diam. Bukankah begitu?”

Donghae menunduk dengan wajah yang semakin memerah. Ketika ia mengangkat kepalanya, Kyuhyun masih sibuk bermain; Kali ini mengarahkan kaleidoscope ke arah langit. Diamatinya wajah Kyuhyun yang sedikit kesal karena langit malam itu tidak memiliki cahaya yang bisa membuat kaleidoscope-nya membentuk mozaik.

“Uri Kyuhyunie selalu menyembunyikan perasaannya. Tidak akan mengaku jika ditanya. Karena kau bersedih dengan diam-diam, hyung terpaksa menghiburmu secara diam-diam juga,” gumam Donghae lirih. “Kyuhyunie, wajar jika kau merasa sedih berada jauh dari Korea. Kau tidak perlu menyembunyikannya.”

Donghae memandang Kyuhyun, namun dongsaengnya itu masih saja sibuk memainkan kaleidoscope. Namja itu mulai merasa kesal.

“Kyuhyunie….”

“Bagaimana aku bisa mengatakannya?”

Gumaman bernada sedih itu membuat Donghae tertegun.

“Saat ini aku baru bisa mengerti perasaan Hankyung hyung, Kibum hyung dan Donghae-ah yang jauh dari orang tua bertahun-tahun. Aku merasa tidak pantas bersedih. Apa yang aku rasakan bukanlah apa-apa jika dibandingkan kalian bertiga.”

Meski tampak sibuk bermain kaleidoscope, Donghae bisa melihat Kyuhyun menggigit bibirnya, sia-sia mencoba menyembunyikan getaran pada suaranya.

“Pabo! Kyuhyunie paboya! Mana ada pantas dan tidak pantas soal perasaan?”

Donghae menangis sambil memeluk Kyuhyun dengan erat. “Apa yang kau rasakan bukanlah sesuatu yang tidak pantas. Kenapa kau selalu banyak berpikir? Apa kau tahu bagaimana perasaanku melihatmu selalu menangis diam-diam?! Kau membuat hyung merasa sedih. ”

“Hyung…”

Pertahanan Kyuhyun benar-benar runtuh saat ini. Ia berhenti berpura-pura memainkan kaleidoscopenya. Namja itu memeluk Donghae erat-erat, menumpahkan semua perasaan rindunya yang selama ini ia sembunyikan.

“Itu lebih baik… Itu jauh lebih baik,” bisik Donghae saat Kyuhyun menangis tanpa suara di bahunya. Tak ada satupun yang bersuara selama beberapa saat.

“Hyung pasti sangat merindukan appa…” Kyuhyun menegakkan kepalanya, menatap wajah Donghae dengan serius. “Apalagi eomma hyung di Mokpo…”

“Aish! Hentikan dulu hobby berpikirmu,” keluh Donghae sambil menarik kepala Kyuhyun dan menenggelamkan wajah itu ke dadanya. “Jangan pikirkan apapun saat ini, arra? Dan jangan berpikir bahwa kesedihan yang satu lebih pantas dari yang lainnya. Aku setuju dengan Kangin hyung… Kadangkala kau membuatku ingin mencekikmu.”

“Kau boleh mencekikku jika membelikanku game baru, Donghae-ah.”

“Mwo?!” Donghae mendorong Kyuhyun menjauh agar bisa melihat wajah dongsaengnya itu. Sepasang mata Kyuhyun tampak berbinar. Sebuah evil smirk tersungging di sana. Donghae sangat gembira melihat hal itu. Apalagi, Kyuhyun kembali menyebutnya tanpa embel-embel hyung; Pertanda bahwa perasaan Kyuhyun sudah jauh lebih baik. “Baik. Kau tidak perlu tercekik untuk mendapat game baru. Hyung akan membelikanmu.”

“Sudah kuduga.” Kyuhyun tergelak, kali ini memeluk Donghae dengan perasaan gembira. “Hyung memang hyungku yang terbaik.”

Donghae membuka mulutnya untuk mengomentari kalimat basi itu. Namun saat melihat Kyuhyun dipelukannya tampak begitu gembira, ia tidak jadi berkomentar dan mencium puncak kepala dongsaengnya dengan sayang.

.

.

Pk 06.00 CST

“Hangeng ge, aku tidak menemukan sabunku!” seru Donghae dari dalam kamar mandi. Ia melongokan kepalanya ke luar dengan rambut masih tertutup busa shampoo.

“Dong Hai ge, be carefull.” Henry yang sedang melewati koridor  sambil membawa ranselnya, melompat mundur sebelum terkena gumpalan busa. Ia hanya bisa menggelengkan kepala ketika Donghae memberikan senyum manisnya.

“Coba kau ingat-ingat sendiri, Dong Hai. Masukkan kepalamu kembali, jangan sampai ada yang terpeles…..”

“WHOAAAA!!!!” Zhoumi jatuh berdebum dengan sukses setelah menginjak tetesan shampoo di lantai hotel yang licin itu.

“Mianhe.” Donghae segera menghilang di balik pintu. Namun sedetik kemudian ia kembali muncul. “Maksudku…duibuqi.”

Hankyung menghela napas melihat peringatannya terlambat.

“Hangeng ge, aku tidak mau duduk di tengah mereka lagi.” Kyuhyun mengerucutkan mulutnya sambil menunjuk Siwon dan Zhoumi. “Aku jadi terlihat imut. Padahal aku baru saja menjadi yKyu.”

“yKyu?” Siwon menaikkan sebelah alisnya dengan mimik lucu, melepaskan pandangan matanya dari bible yang tengah dibacanya. Seperti biasa, secangkir ekspresso panas mengepul di meja yang ada di sebelah visual SJ itu.

Zhoumi tersenyum lebar menanggapi protes Kyuhyun. Sambil mengelus bagian tubuhnya yang sakit karena terjatuh tadi, ia melirik ke layar laptop yang ada di hadapan Kyuhyun. “Cepat juga foto interview di SINA menyebar.”

Ryeowook yang mendengarkan pembicaraan mereka dari dapur, bergegas mendekat dan ikut melihat. Ia tertawa saat foto Kyuhyun, Zhoumi, Siwon dan Hankyung tampak di layar. “Gui Xian, kau terlihat senang berada di tengah mereka.”

“Li Xu, di KRY aku selalu di tengah. Sekarang di SJM, aku juga di tengah….”

“Anak kecil memang harus dijaga.”

“Henry lebih kecil dariku. Dia magnae. Magnae.” Kyuhyun hanya bisa menggembungkan pipinya saat semua mentertawakannya.

“Sepertinya kau semangat sekali hari ini, Gui Xian?” Hankyung duduk di sisi Kyuhyun sambil meneguk susu hangat yang diangsurkan oleh Ryeowook. Belakangan ini makanan dan minuman yang mereka konsumsi diatur cukup ketat oleh Ryeowook juga eomma Hankyung. Softdrink serta makanan siap saji perlahan menghilang dari keseharian mereka. Wajah ketujuh namja itu juga terlihat lebih sehat dari sebelumnya.

“Hari anak, hyung! Hari anak!” Kyuhyun tersenyum lebar. “Meski di Korea dirayakan tanggal 5 Mei, dan di China dirayakan pada tanggal 1 Juni, tapi kita semua, baik di Korea dan China, melakukan recording untuk merayakan hal itu sepanjang minggu ini.”

“Semacam, berjuang untuk hal yang sama, dari tempat yang terpisah.” Ryeowook menyimpulkan.

“Mendengar hal itu, aku jadi merasa kita semua masih bersama.” Mata Donghae berbinar.

“Hati kita memang tidak pernah terpisah kan?” Siwon menimpali, sementara Henry dan Zhoumi mengangguk setuju.

“Ck, bisakah mengatakan sesuatu dengan biasa saja? Kalimat kalian membuatku bergidik. Appo!”

Kyuhyun mengelus kepalanya yang dijitak oleh seseorang. Ketika ia menoleh, Hankyung tersenyum lebar ke arahnya.

“Karena itu, kita jangan kalah dengan yang di Korea. Menangkan semua game, sehingga hadiah yang terkumpul untuk anak-anak nanti semakin besar.” Hankyung tak bisa menyembunyikan kegembiraannya melihat semangat mereka. “Kalau terkumpul banyak, bisa digunakan untuk membangun  sekolah berkat.”

“Sekolah berkat?” Henry menautkan alisnya.

“Sekolah berkat adalah sekolah yang tidak memungut biaya. Khusus didirikan untuk anak-anak tidak mampu dan dibiayai dari dana yang disumbangkan oleh para donatur.” Hankyung menjelaskan. “Sesulit apapun tugas yang harus kita lakukan, sesusah apapun kalimat mandarin yang harus kita ucapkan, jangan pernah menyerah! Haobu hao?”

“HAO! SJ M, JIA YOU!!!” seru dongsaengdeul menimpali ‘kotbah’ singkat Hankyung. Namja tampan itu tertawa lepas melihat kekompakan mereka.

“Hari ini kita akan melakukan rekaman untuk 2 episode di dalam studio tertutup. Rekaman akan berlangsung non-stop hingga besok. Lusa kita akan melakukan rekaman untuk 2 episode di lapangan terbuka. Persiapkan diri kalian.”

Saat member yang lain mengangguk, Donghae melirik Kyuhyun. Mereka baru tertidur 3 jam sebelum Hankyung membangunkan mereka untuk bersiap-siap.

Sesuatu yang muncul di layar laptop membuat kening Kyuhyun berkerut. Wajahnya semakin keruh saat membaca baris-baris kalimat yang ada di layar.

“Gwenchana, Kyuhyunie?” Hankyung begitu cemas sampai melupakan aturan barunya agar semua sebisa mungkin menggunakan bahasa mandarin. Namun wajah Kyuhyun yang semakin serius membuat mereka tidak banyak bertanya. Semua mulai merapat di sekitar Kyuhyun untuk ikut membaca.

“Duibuqi, Hangeng ge… Aku tidak terlalu jelas membacanya. Terlalu banyak kanji yang tidak aku mengerti… tapi sepertinya ini bukan sesuatu yang bagus.”

Kata-kata Kyuhyun tidak mendapat sahutan apapun. Hankyung membaca tulisan-tulisan di layar dengan wajah pucat pasi. Setelah membaca artikel itu hingga ke bawah, ia menjauhi kerumunan dan berjalan ke arah mesin pendingin. Semua memperhatikan sang leader yang meneguk air putih dari botol tanpa berani bertanya.

Zhoumi mendekati Hankyung dengan hati-hati. Wajahnya menunjukkan perasaan bersalah yang besar. Ia hendak mengatakan sesuatu namun Hankyung menatapnya, tersenyum lembut dan menepuk bahu namja itu.

“Buyaojin (jangan dipikirkan).” Hankyung kembali tersenyum. “Kalian bersiap-siaplah, sebentar lagi kita harus berangkat. Aku akan menemui manager hyung.”

“Gege, tidak bisa begitu!” Zhoumi menarik tangan Hankyung, memaksanya untuk berbalik memandangnya. “Karena kesalahanku di interview SINA kemarin, fans Wang Lee Hom marah dan sepakat tidak akan membeli album kita! Aku harus menjelaskan kesalahpahaman ini….”

Hankyung menaruh kedua tangannya di bahu Zhoumi, memandang mata namja itu dengan tatapan tidak ingin dibantah. “Tidak ada yang perlu kau jelaskan. Saat menjadi artis, rumor tidak akan berada jauh dari kita. Kau harus paham itu, Zhoumi. Tidak semua perlu dijelaskan dan ditanggapi. Tampillah bersama kami sebaik mungkin; buang jauh pikiranmu tentang hal itu. Suatu saat, masalah ini akan jernih dengan sendirinya.”

Hankyung berlalu meninggalkan Zhoumi yang masih berdiri mematung.

“Hangeng ge benar, Zhoumi. Kita jalani saja jadwal kita sebaik-baiknya.” Donghae memeluk Zhoumi untuk menenangkannya.

“Zhoumi ge tidak salah. Ini hanya kesalahpahaman.” Kyuhyun mematikan laptopnya dan bersiap untuk berangkat. Ia melemparkan senyum ketika Zhoumi memandangnya dengan pandangan bertanya.

“What happen (apa yang terjadi)?” Henry memandang dengan bingung.

“Zhoumi mengatakan bahwa beberapa tahun yang lalu ia bertemu dengan Wang Lee Hom di belakang panggung. Saat itu karena masalah visa, Wang Lee Hom tidak bisa melakukan live panjang, hanya boleh menyanyikan versi pendek. Karena itulah Zhoumi berkesempatan bertemu, bahkan sempat memperdengarkan nyanyiannya untuk Wang Lee Hom.” Siwon mencoba menjelaskan kepada Henry dalam bahasa inggris.

“So, what’s the problem (jadi apa masalahnya)?”

“Fans Wang Lee Hom salah paham. Mereka pikir Zhoumi mengatakan bahwa karena masalah visa, Zhoumi ge membantu Wang Lee Hom melakukan lipsinc dari belakang panggung. Mereka marah dan sepakat untuk tidak membeli album kita.”

“WHAT???!”

Henry menerima penjelasan Kyuhyun yang menggunakan campuran bahasa mandarin, inggris dan korea dengan bingung. Namun sedikit banyak ia bisa menangkap artinya. Dipandangnya Zhoumi yang masih murung dengan tatapan prihatin.

“Zhoumi ge, ayo kita bersiap. Nanti Hangeng gege semakin cemas jika kita masih berdiri di sini.” Ryeowook tersenyum. Ia menggandeng tangan Zhoumi untuk mengajaknya turun.

Wajah murung Zhoumi berkurang melihat dukungan dari member yang lain, apalagi Hankyung menyambutnya di pintu mobil dengan senyum lebar dan tepukan di bahu. Namja itu berjanji dalam hati untuk lebih hati-hati berbicara dalam interview, tidak akan mengatakan hal-hal yang tidak ditanyakan oleh MC.

.

.

6 Mei 2008 di Seoul

Pk 14.00 KST

Leeteuk, Heechul, Sungmin, dan Eunhyuk hampir tiba di Eastern Social Welfare Society, sebuah panti asuhan di daerah Seodaemungu, Seoul, yang berjarak dua jam dari dorm. ESWS salah satu dari empat lembaga adopsi terbesar di Korea yang sudah dipercaya dan didirikan oleh Pendeta Kim sejak 1972. Dalam rangka memperingati hari Anak, Super Junior hadir untuk mengadopsi 6 orang anak di sana dan berperan sebagai appa selama sehari.

“Lakukan yang terbaik, arra? Meski hanya sehari, aku berharap kita bisa membuat orang-orang tertarik untuk mengadopsi anak-anak ini.” Leeteuk memandang dongsaengdeul dengan wajah serius. “Tugas kita adalah memperlihatkan bahwa memiliki anak asuh itu tidak terlalu sulit. Semua bisa melakukannya asal menyisihkan waktu dan memiliki perhatian.”

“Ne. Di sana juga disediakan telepon yang memungkinkan orang tua asuh memantau perkembangan sang anak meskipun sibuk. Seandainya banyak orang yang mau menjadi orang tua asuh….”

“…Mereka tidak perlu meninggalkan Korea.” Heechul menarik napas panjang, menyambung kalimat Sungmin tadi

“Waeyo, hyung? Apa mereka akan dikirim keluar negeri?”

“Hyukie, bukan rahasia lagi bahwa anak-anak di ESWS banyak yang diadopsi orang tua dari berbagai negara. Mereka lembaga adopsi yang terpercaya.” Shindong menggeleng sedih. “Itu sebabnya kita harus menyentuh hati penonton agar mau mengadopsi mereka. Setidaknya menjadi orang tua asuh.”

Pembicaraan mereka selesai ketika mobil memasuki halaman ESWS. Suara teriakan para fans yang menunggu di halaman membuat mereka kembali bersemangat. Keempat namja itu bergegas masuk ke dalam sesuai pengarahan manager hyung. Body guard menjaga agar tidak ada fans yang menyerobot masuk kecuali yang sudah dipilih untuk ikut meramaikan acara.

“Silahkan menuju ruangan yang sudah disiapkan,” sapa salah seorang pekerja sosial di sana. Ia dengan ramah mengantar keempat member Super Junior menuju ruangan terbesar yang ada di sana.

“Sekitar 80-90% anak-anak di sini berasal dari yeoja yang belum menikah. Kalian akan mengadopsi 6 orang anak yang berusia tepat satu tahun di Hari Anak ini,” jelas manager hyung.

Wartawan langsung mewawancarai mereka sebelum memasuki ruangan tempat  persiapan upacara doljanchi. Doljanchi adalah sebuah upacara untuk merayakan ulang tahun pertama seorang anak di Korea. Pada upacara ini anak-anak didoakan agar memiliki masa depan yang baik. Hanbok dan topi tradisional Korea dipakaikan kepada anak-anak yang menjalani doljanchi.

“Hari ini Super Junior datang untuk merayakan doljanchi?” Reporter memulai liputannya.

“Karena kami adalah idola… Doljanchi….” Eunhyuk yang kebingungan menjawab,  mendapat death glare dari Heechul yang langsung mengambil alih percakapan.

“Anak-anak ini sangat cute. Sepertinya mereka akan tumbuh menjadi orang yang mengagumkan, sama seperti kami.” Kata-kata penuh percaya diri itu tentu saja mengundang tawa dari para fans, staff ESWS maupun kru yang meliput. Apalagi Heechul belum melihat keenam anak yang akan mereka asuh.

“Di antara kalian, siapa yang paling ingin menjadi seorang appa?”

Heechul langsung menunjuk Leeteuk. “Setiap hari Leeteuk-sshi selalu berkata bahwa ia ingin menikah.”

Leeteuk hanya bisa tersenyum malu menanggapi ucapan Heechul.

“Ia sangat menyukai anak-anak. Aku pikir ia akan menjadi appa yang baik,” jelas Heechul.  “Tetapi aku ragu dia akan menjadi nampyeon yang baik.”

Lagi-lagi Leeteuk hanya bisa tersenyum sementara dongsaengdeulnya sibuk menahan tawa.

Di dorm, mereka suka menggoda Leeteuk yang begitu dingin menanggapi telepon dari sang eomma. Menurut mereka, bagaimana cara seorang namja memperlakukan  eomma-nya, begitu pula cara namja itu memperlakukan anae (istri)-nya kelak. Karena itu tak seorangpun menyanggah kata-kata Heechul. Leeteuk cukup bersyukur mereka tidak menggodanya lebih jauh lagi di depan reporter.

.

Kesibukan sudah berlangsung saat mereka masuk ke dalam ruangan. Leeteuk, Sungmin, Heechul, dan Eunhyuk bergabung untuk mempersiapkan pesta ulang tahun dari anak-anak asuh mereka. Mereka juga belajar menggendong anak-anak itu.

Sungmin dan Leeteuk sama sekali tidak kesulitan. Eunhyuk tidak menyangka menggendong anak begitu sulit dan berat, apalagi anak yang dipegangnya terus menerus menangis.

Heechul tanpa sengaja membuat anak yang berada di dalam gendongannya tertekuk ke depan sedemikian rupa. Ia tak menyangka bahwa anak sekecil itu belum mampu menopang tubuhnya sendiri.

“Apa yang sebaiknya aku lakukan?” Heechul terlihat panik dan memeluk anak di tangannya dengan wajah pucat. “Bagaimana jika dia terluka? Apa yang harus aku lakukan?”

“Aniyo, dia tidak terluka.” Seorang staff panti asuhan itu menenangkan.

Heechul kini mendengarkan semua petunjuk dengan sungguh-sungguh. Namja itu berhasil menyesuaikan diri dengan cepat. Reporter memuji kemampuannya menenangkan anak-anak yang menangis dengan beragam caranya yang unik.

Leeteuk bersiap memimpin upacara yang lebih menyerupai pesta ulang tahun itu.  Sungmin, Eunhyuk, dan Heechul dibantu beberapa petugas panti menggendong 6 orang anak yang berulang tahun.

“Apakah pesta ulang tahun perlu pembukaan seperti acara besar?!” tegur Heechul karena Leeteuk membuka acara seperti yang biasa dilakukannya di media.

Bukan hanya Heechul yang mengganggu Leeteuk. Salah seorang anak mengambil tiang dari balon yang berada di dekat Leeteuk sehingga leader Super Junior itu terpecah perhatiannya. Semua menyanyikan lagu ulang tahun dan meniup lilin.

“Ah, mianhe, hyung meniup semua lilinnya,” kata Heechul kepada anak yang tengah digendongnya. Ia sangat bersemangat setelah bisa menggendong dengan benar, apalagi anak yang dipegangnya selalu tampak lincah.

Seperti tradisi,  anak-anak diberi berbagai pilihan mainan yang harus mereka pilih. Di Korea mereka menganggap hadiah yang dipilih itu merupakan pilihan karir sang anak di masa depan. Anak di tangan Eunhyuk memilih uang, sedang yang di pangku oleh Heechul mengambil sebuah kuas.

“Ia akan menjadi seorang euisa!” seru mereka gembira ketika anak di pangkuan Sungmin mengambil suntikan. Sungmin langsung menggendong tinggi-tinggi anak tersebut.

“Anak ini benar-benar keras kepala,” keluh Heechul mengomentari anak yang diasuhnya; namun sambil tertawa senang. Sang anak mulai sibuk memukul-mukul benda di dekatnya dengan kuas. “Kenapa kau suka memukul? Kau ingin menjadi seperti Kangin-ah?”

.

“Aku bersyukur bisa menjadi bagian dari semua ini. Ini benar-benar acara yang penuh arti,” kata Eunhyuk dengan suara tercekat ketika reporter bertanya kepadanya.

“Selain keponakanku, aku….” Anak dalam pegangan Heechul berteriak keras, membuat suara Heechul tenggelam. “Tunggu sebentar! Hyung sedang  syuting!”

Anak itu mengerjap kebingungan mendengar kata-kata Heechul. Mendadak namja cantik sekaligus tampan itu teringat kebiasaan Kyuhyun jika ada kata-katanya yang membuat bingung.

“…Aku belum pernah menggendong anak lainnya,” jelas Heechul menyambung perkataannya semula. Melihat Heechul tidak memperhatikannya lagi, anak di pangkuannya kembali berteriak dengan keras. Heechul menatap gemas ke arah anak itu. “Hei, bukankah reaksimu itu terlalu berlebihan?!”

Lagi-lagi anak itu mengerjap ke arahnya, mengingatkannya pada sang magnae yang tengah berada di daratan China. Heechul menahan rasa sesak yang timbul melihat sepasang mata hitam yang memandangnya itu. “Kamu harus menjadi sehat, arrachi?! Setelah besar kamu harus sehat!”

“Hyung…, maksudmu ‘tetap sehat’ bukan ‘menjadi sehat’ kan?” Eunhyuk berbisik mengingatkan namja yang mulai kabur antara anak digendongannya dengan sang magnae.

“Ne,” Heechul mengangguk sambil memeluk sang anak. “Kamu juga harus bahagia dan… aigoo, kenapa kamu berat sekali?!” Heechul mencubit pipi anak itu dengan sayang. “Aku berharap mereka akan menerima kasih sayang dan perhatian yang besar. Entah mereka akan menjadi seorang dokter atau seorang guru, aku berharap mereka semua akan tumbuh dengan sehat.”

Tiba-tiba anak yang dipegangnya berteriak dengan keras dan gembira.

“Aigoo, hyung sudah bicara dengan bagus kan? Kamu menyukainya?” Heechul bertepuk tangan melihat anak itu kembali memandangnya dengan takjub.

Sungmin tidak banyak bicara. Ia lebih banyak memeluk dan mencium anak yang dipegangnya. Anak itu tampak sangat tenang dan nyaman bersama Sungmin.

“Hal yang paling penting dalam hidup adalah kesehatan,” kata Sungmin ketika mereka berempat tengah menulis pesan untuk anak-anak yang berulang tahun. “Tanpa kesehatan, seseorang tidak bisa melakukan apapun. Bahkan kalau mereka memiliki mimpi, mereka tidak akan bisa memenuhinya.”

Sungmin menyadari ketiga member yang lain terdiam dan memandang ke arahnya. Saat itu mereka semua sama; memikirkan sang magnae yang tengah berjuang bersama mereka untuk mencapai mimpi, namun dengan kondisi kesehatan yang begitu rapuh. Tidak ada yang mereka harapkan selain kesehatan Kyuhyun membaik dari waktu ke waktu.

“Bagaimanapun, jadilah sehat setiap waktu.” Sungmin menutup wawancaranya dengan sebuah senyum lembut.

.

Seusai pesta, mereka menuju ke kamar bayi. Keempatnya membersihkan tangan dan mengenalan pakaian khusus sebelum masuk.

Eunhyuk duduk dan menerima bayi ke dalam gendongannya dengan hati-hati. “Bayi ini sangat kecil. Bagaimana wajahnya bisa semungil ini?” Namja itu memandang takjub.

Sungmin menimang bayi di tangannya dengan luwes. Sang bayi menguap karena merasa nyaman. Heechul dan Leeteuk mencoba mendiamkan bayi-bayi yang menangis. Leeteuk meraih salah seorang bayi dan membuainya. Ia tersenyum ketika bayi itu langsung terdiam.

"Dia berhenti menangis," bisik Leeteuk dengan wajah bahagia. "Aku pikir bayi ini memiliki selera yang bagus. Aku pikir dia sepertiku."

Reporter beralih ke Heechul yang duduk sambil menggendong seorang bayi.

“Bagaimana perasaanmu menimang bayi itu?"

"Sangat hangat," gumam Heechul. "Aku merasa sedih untuk anak-anak ini. Mereka tidak tahu apa-apa."

Heechul memandang sang bayi dengan mata berkaca-kaca. Ia mengelus kepala bayi itu dengan lembut. Tubuh yang mungil, hangat, dan pandangan mata tak berdosa itu menyentuhnya. Saat itu, Heechul tidak bisa menahan perasaan sesaknya lagi. Air matanya jatuh berderai ketika memberi susu botol kepada bayi yang berada di dalam gendongannya.

"Jadi semua bayi ini tidak memiliki orang tua?" Leeteuk ikut merasakan apa yang dialami oleh Heechul dan donngsaengdeul yang lain. Ia sendiri terheran-heran melihat begitu banyaknya bayi dalam ruangan itu, belum lagi anak-anak yang berusia 1 tahun ke atas.

"Ne, mereka menunggu di adopsi,” jelas staff di tempat itu. “Karena itulah, kami berharap dengan adanya Super Junior di acara Hari Anak ini, bisa menggugah para penonton untuk mau mengadopsi mereka.”

“Semoga acara ini berhasil,” bisik Leeteuk dengan senyum tulus.

.

.

Sementara itu di China, rekaman perform lagu U, The One, dan Zhi Shao Hai You Ni untuk acara SJ M Bravely Moving Forward baru saja selesai. Ketujuh member SJ M menanggalkan kostum baru mereka, berganti dengan celana training hitam dan t-shirt putih. Semua bersemangat mengikuti acara permainan yang cukup terkenal itu.

“Hangeng.”

Panggilan itu membuat Hankyung menoleh. Ia langsung menghampiri dan memeluk orang yang datang ke ruang ganti itu dengan gembira. Siwon juga melakukan yang sama, bahkan sedikit mengangkat namja yang datang hingga berteriak minta diturunkan. Yang lain tertawa senang melihat MC, yang sudah seperti saudara bagi mereka di China ini, datang berkunjung.

“He Jiong ge, kau sekedar berkunjung atau menjadi MC di acara ini?” Hankyung mengutarakan keheranannya.

“Xie Na meminta bantuan begitu mengetahui kalian bintang tamunya. Karena aku dulu memegang acara ini, maka aku diundang untuk membantu Nana (*panggilan dari Xie Na). “

“Kami tidak menakutkan.” Donghae bergumam heran.

“Bukan soal itu.” He Jiong tersenyum menenangkan. “Kalian punya fans yang besar, mengundang banyak perhatian dari berbagai kalangan. Setelah berhasil mendongkrak acara yang kalian hadiri ke tingkat nasional, kekuatan MC harus bisa mengimbangi. Karena itu aku ada di sini saat ini. Rating acara jangan sampai tidak bisa menopang kekuatan nama kalian.”

“You she me cuo (*ada yang salah), He Jiong ge?” tanya Zhoumi saat He Jiong mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan.

“Di mana manager kalian? Apa aku boleh meminta tanda tangan kalian semua?”

“Bu (*tidak).” Kyuhyun menyahut sambil memamerkan smirknya.

“Manager hyung memang sangat ketat. Kami tidak boleh memberikan tanda tangan tanpa seijinnya.” Ryeowook mengatakan itu dengan wajah menyesal.

“Bu ying gai (*seharusnya tidak boleh).” Kyuhyun kembali menyahut. “Tapi aku akan memberikannya untuk He Jiong ge.”

“Me too.” Henry mengangguk mantap.

“Kalau begitu, aku juga akan memberikannya.” Melihat kedua dongsaengnya bertekad melanggar pesan manager, Ryeowook tidak mau ketinggalan. Ia langsung mengukir senyum lebar. Sudah lama ia tidak berbuat usil dengan member lain, dan ini sangat menggembirakan untuknya.

“Aku bisa mengusahakan agar He Jiong ge mendapat tanda tangan kami.” Hankyung menepuk bahu He Jiong sambil tertawa. “Manager melakukannya agar kami bisa sedikit beristirahat di belakang panggung dan di tempat umum.”

“Aku mengerti. Kalian bersiaplah. Aku akan muncul lebih dahulu.”

Semua kembali memeriksa penampilan member yang lain, sama seperti yang dilakukan Super Junior selama ini. Gigi, kuping, rambut, dan detail kecil lainnya mereka amati dengan seksama sebelum tampil di acara apapun.

.

Acara dimulai dengan perkenalan, sama seperti acara lainnya. Tetapi Ryeowook yang baru saja melakukannya, diminta mengulang, meniru gaya Xie Na di album terbarunya. Tentu saja Ryeowook cukup kesulitan meniru gaya yang manis itu, membuat suasana panggung semakin ramai.

Giliran Henry, ia tidak mengikuti yang disarankan, dan mengganti dengan gayanya sendiri. Ia mengangkat kedua tangannya di sisi kepala, dengan telapak tangan yang terbuka kea rah penonton.

“Henry, aku ingin bertanya. Apakah gayamu tadi berarti kamu menyerahkan dirimu kepada ELF?”

Suasana kembali ramai karena pertanyaan He Jiong. Dia membuktikan dirinya sebagai MC yang hebat, dan Xie Na mengamati semua itu dengan baik. He Jiong baginya bukan hanya sesama rekan MC, namun juga seorang guru. Karena itu ia merasa senang sekali He Jiong bisa mendampinginya hari ini.

Donghae menampilkan gaya perkenalan yang manis, yang menjadi ciri khasnya. Ketika tiba giliran Hankyung, namja itu mengembalikan gaya perkenalan ke awal, seperti yang He Jiong inginkan, yaitu gaya Xie Na di album terbarunya.  He Jiong memuji Hankyung yang bisa meniru gaya Xie Na dengan tepat.

“Hangeng seorang dancer yang hebat. Karena itu di abisa menirukan gerakan dengan baik.” He Jiong memuji.

Giliran Siwon tiba. Namja itu meminta Hankyung menunjukan gaya Xie Na kepadanya.

“Shi Yuan, lakukan gaya action-mu saja,” pinta He Jiong, tepat saat Siwon akan memulai perkenalan dirinya. Akhirnya Siwon memperagakan tendangan taekwondonya.

“Aku pikir lengan Shi Yuan lebih besar dari kakiku,” celetuk He Jiong. “Dan ini sangat aneh, para penonton ditendang, tapi malah tertawa senang.”

Xie Na dalam hati memuji kemahiran He Jiong melontarkan lelucon yang mengundang tawa penonton.

“Selanjutnya giliran Gui Xian. Lai ba (*ayo).”  He Jiong memberi perintah.

Kyuhyun berjalan maju dengan canggung.

“Ia sedikit pemalu,” jelas He Jiong yang sudah beberapa kali bersama SJ M. “Mari kita beri tepuk tangan untuknya. Lai! Lai! Lai!”

Kyuhyun menunggu tepuk tangan penonton mereda sebelum memulai perkenalannya.

“Dajia hao, wo shi Gui Xian.” Kyuhyun membungkukan tubuhnya sejenak, lalu berjalan tenang ke tempatnya semula.

“Dia selalu membuat dirinya terlihat seperti seorang  Ling dao (*pemimpin).” Xie Na memperagakan gerakan seorang pemimpin seperti di film-film kolosal. “Dajia hao, bagaimana kabar kalian semua akhir-akhir ini? Wo shi Gui Xian.”

Kyuhyun hanya tersenyum menanggapi komentar Xie Na.

Giliran Zhoumi tiba. Karena ia selalu menggunakan gaya yang sama, Kyuhyun langsung menirukannya dari belakang, sama persis seperti yang Zhoumi lakukan. Baru saja He Jiong hendak bertanya, Hankyung  mengajak semua membernya melakukan gerakan perkenalan ala Zhoumi. Akhirnya He Jiong sadar Zhoumi tidak pernah mengubah gaya perkenalannya sehingga semua member bisa menirukan dengan baik.

“Apakah Super Junior M pernah mendengar mengenai acara Bravely Going Forward ini?” He Jiong memulai acara. “Zhoumi?”

“Saya pernah,” jawab Zhoumi mantap. “Meski saat itu saya sudah menjalani training di Korea, tetapi teman saya menceritakannya lewat telepon.”

“Dui (*benar). Saat kamu di Korea, acara kami sedang sangat populer,” goda He Jiong sehingga semua yang hadir di studio itu tertawa.

“Tetapi saya mendengar tentang acara ini.” Zhoumi bergeming. “Teman saya bertanya apakah kami akan mengikuti acara ini. Saya menjawab ‘ya’ dan ia memperingati agar kami berhati-hati. Acara ini meliputi kegiatan di luar dan di dalam ruangan kan?”

“Dui.” He Jiong akhirnya yakin kalau Zhoumi tidak berbohong.

“Teman saya berpikir bahwa permainannya benar-benar sulit.” Zhoumi mengakhiri keterangannya.

“Jadi kalian memutuskan untuk menjalani tantangan di dalam ruangan lebih dahulu karena beranggapan tantangan di luar ruangan akan lebih sulit?” tanya Xie Na.

“Saya berharap seandainya kami melakukan tantangan di luar  nanti, hal itu akan menjadi k

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Inspiritwer_11 #1
Chapter 18: How can i find falling star?
Ladychi #2
Chapter 51: dice que esto es una secuela, ¿donde esta la otra historia
Ladychi #3
Chapter 51: tienes otra historia? o solo es esta, escribes muy bien
ArizKyu #4
Chapter 51: ??
Update lagi dong eonn??
moonloversrae #5
Yeah akhirnya update lagi.. Still the best author ?
DekanAkavi1711 #6
Chapter 50: eonn, yg SUJU M tukeran baju di pesawat itu real kah?
Jai2212 #7
Where can i read the falling star?? I cant find it...
dephinalouisa
#8
Chapter 50: Best ff and author so far.. Cara penulisan dan penggambaran masing2 karakter sgt mendetail.. Semua percakapan dirangkum secara cerdas.. Ditunggu kelanjutannya eonie.. Hwaiting!!
EndahD #9
Chapter 50: Selalu nunggu buat setiap chapternya walaupun udah sekian lama
iharukumipuff
#10
Chapter 50: kyuhyun menghilang? apa lagi rencana kyuhyun kali ini? xD