Chapter 11 - Lay

Keabadian yang Rapuh

Rasanya tidak pernah selama hidupnya ia bisa berlarian dengan gembira seperti yang baru saja ia lakukan dan hal itu membuatnya cukup lelah. Setelah mandi, ia memutuskan untuk langsung tidur sebelum akhirnya mendengar seseorang memainkan piano. Ia pun penasaran kemudian keluar dari ruangan dan menuju ruang musik.

   Di sana ia mendapati Lay sedang memainkan piano. Tanpa ragu, ia masuk ke ruang musik dan mendengarkan permainan piano nya lebih dekat. Mendengar permainan piano Lay, membuat Lara ingin menambahkan melodi piano yang indah tersebut dengan melodi biola. Ia pun mengambil biola nya dan memainkan nya selaras dengan permainan Lay.

   Setelah nya Lara meletakkan biola nya, ia duduk di samping Lay. Kemudian Lara mulai menekan tuts-tuts piano dan memainkan sebuah lagu sementara Lay mengamati di sampingnya. Mendengar alunan piano yang dimainkan Lara membuat Lay merasa nyaman sehingga menutup matanya dan merasakan melodinya lebih dalam lagi.

   Sewaktu membuka matanya, Lay mengamati wajah Lara dan melihat aura positif yang dipancarkan Lara saat memainkan piano tersebut.

‘Jari-jarinya lentik dan indah.’ pikir Lay dalam hati sambil mengamati tangan Lara.

   Tanpa sadar, Lay menyentuh jari Lara yang masih menekan-nekan tuts piano dan membuat piano tersebut berhenti mengeluarkan melodi. Lara merasa terkejut, tentu saja. Tapi ia merelakan tangan nya yang di pegang oleh Lay dengan lembut dan kemudian menatapnya sambil tersenyum.

   Melihatnya, Lay pun ikut tersenyum masih sambil memegang tangan Lara. Kemudian Lay menyisipkan jari-jari tangan nya di antara jari-jari tangan Lara dan menggenggamnya. Detik berikutnya, Lara merasakan getaran perasaan yang aneh dan membuat hatinya berdebar. Tapi ia menyukai getaran itu dan memutuskan untuk menggenggam tangan Lay juga.

   Lara pun mulai menekan tuts piano lagi dengan menggunakan tangan kanannya. Lay mengikuti alunan nada yang dimainkan Lara dengan menggunakan tangan kirinya dan satu sama lainnya membuat satu kesatuan melodi yang selaras. Lay seperti menjadi tangan kiri Lara yang saat ini sedang digenggamnya.

   “Aku tidak tahu kau begitu mahir memainkan piano.” ucap Lara.

   “Kurasa masing-masing dari kami memiliki suatu keahlian khusus dalam bidang tertentu.” jawab Lay.

   Tak lama setelah itu Lara membiarkan Lay memainkan piano lagi. Lay pun melepaskan genggaman tangan nya sehingga ia bisa lebih leluasa menggunakan kedua tangannya dalam bermain piano. Sementara itu, Lara menyandarkan kepalanya di bahu Lay.

   Seolah-olah Lay bisa membaca pikiran Lara bahwa Lara sudah mulai lelah dan mengantuk, Lay pun memainkan lagu pengantar tidur. Lay memutuskan untuk menyudahi permainan piano nya setelah satu lagu selesai dan menggendong Lara yang terlelap di bahunya ke kamar Lara.

   Lay menikmati perjalanan mengantar Lara yang tertidur dalam dekapan nya menuju kamar tidurnya. Melihat wajah Lara yang sedang tertidur dengan damai juga menimbulkan perasaan damai di hati Lay. Rasanya Lay ingin terus mendekap Lara agar ia bisa terus berada di dekatnya, tapi hal itu tidak akan membuat Lara tidur dengan nyaman. Lay memutuskan untuk meletakkan Lara di tempat tidur nya kemudian menyelimutinya.

   Setelah itu, Lay berdiri diam lama sekali mengamati Lara tidur. Kebingungan dengan apa yang seharusnya ia lakukan, apakah ia harus menemani Lara tidur atau meninggalkan nya untuk beristirahat. Ia tidak ingin meninggalkan nya tentu saja dan lagi-lagi menimbulkan pertentangan di dalam hatinya karena ia tidak mau bersikap tidak sopan dengan tidur di tempat tidur Lara.

   Kemudian akhirnya ia memutuskan untuk berbaring di sisi tempat tidur Lara yang paling jauh dan terus mengamati Lara yang sedang tertidur.

   Tapi, perlahan-lahan, seperti magnet yang ditarik, Lay mendekati Lara. Ia merasakan tarikan yang kuat sehingga tak sadar wajahnya sudah berada dekat dengan wajah Lara.

   Lay melihat wajah Lara. Bulu mata yang lentik, pipi yang merona, dan bibir yang kelihatan lembut. Seakan dihipnotis, Lay berniat mencium bibir Lara. Saat jaraknya tinggal satu centi lagi, ia tersadar dan akhirnya mendaratkan ciumannya di dahi Lara.

   Pada akhirnya Lay kembali berbaring di sisi terjauh tempat tidur Lara dan memutuskan membalikkan badan nya, berpaling dari Lara karena ia khawatir akan terhipnotis lagi. Lay pun tertidur di tempat tidur Lara.


   Sinar matahari pun terbit dan Lara terbangun. Ia mendapati sedang memeluk lengan seseorang di tempat tidurnya. Setelah mendapatkan kesadaran nya kembali, ternyata ia sedang memeluk lengan Lay yang kebetulan saat itu sudah terbangun.

   “Selamat pagi...” ujarnya sambil tersenyum dan memunculkan lesung pipitnya.

   Melihat senyumnya membuat Lara juga tersenyum secara otomatis. “Selamat pagi.” jawab Lara.

   “Maaf, aku bukannya bermaksud tidak sopan dan seenaknya tidur di tempat tidurmu.” ucap Lay lagi.

   “Oh.” ujar Lara dan merasa agak sembrono karena masih memeluk lengan Lay.

“Tidak, maafkan aku juga yang seenaknya memeluk lenganmu. Itu terjadi—”

“Begitu saja?” ucap Lay yang tiba-tiba memotong ucapan Lara.

“Ya.”

   “Itulah mengapa aku juga tidak sengaja tertidur di sampingmu. Semuanya terjadi begitu saja.” jelas Lay.

   “Kalau begitu kita impas...” ucap Lara menyatakan bahwa mereka tidak perlu lagi mengkhawatirkannya.

   “Kurasa sudah dimulai kalau begitu...” ucap Lara lagi sementara bergegas bangun dari tempat tidur. Melihat ekspresi bingung di wajah Lay, Lara pun meneruskan ucapannya.

   “Proses mendekatkan ikatan. Kau yang pertama kan?” tanya Lara memastikan.

   “Aah, ya kau benar...” ucap Lay dengan polos dan tersenyum. Lara tidak bisa melepaskan pandangannya dari Lay ketika Lay sudah tersenyum, apalagi saat melihat lesung pipitnya. Seperti mantra, membuat siapapun ikut tersenyum melihatnya.

   “Kalau begitu, apa yang sebaiknya kita lakukan hari ini?” tanya Lay yang masih ragu-ragu.

   “Hm...aku juga masih belum tahu. Bagaimana kalau kita lakukan hal seperti biasa saja?” ujar Lara.

   “Baiklah kalau begitu aku tunggu di bawah ya...” ucap Lay, mengerti bahwa Lara mungkin ingin mencuci muka dan mengganti pakaian.

   Setelah selesai cuci muka dan mengganti pakaian nya, Lara bergegas turun ke bawah. Di bawah tangga Lay sudah menanti. Mereka pun bergegas ke ruang makan untuk sarapan. Keadaan di mansion Lara sangat sepi hari itu dan membuat suasana terasa aneh. Berbanding terbalik dengan keadaan kemarin di mana ke-12 cowok dari EXO yang berlarian ke sana-ke mari di mansion nya.

   “Ke mana semua orang pergi...?” gumam Lara penasaran.

   “Karena hari ini adalah jadwalmu untuk bersama mereka maka mereka semua memutuskan untuk memberikan privasi kepada kita berdua. Mereka ada di suatu tempat di mansion ini.” jelas Lay.

   “Oh..” ucap Lara mendengar hal itu.

   Lara tidak akan mengira bahwa ke-12 cowok dari Planet EXO akan berbuat sejauh ini dan membiarkan Lay dan Lara berduaan saja. Melihat reaksi mereka kemarin yang sepertinya tak bisa berjauhan dengan Lara walaupun sedetik saja.

   “Baiklah, selamat menikmati makanan nya,” ujar Lara kemudian mereka berdua mulai makan.


   “Lay, ceritakanlah bagaimana keadaan di Planet EXO.” ujar Lara setelah makan sambil berjalan-jalan di taman bunga di halaman mansion nya bersama Lay.

   “Keadaannya berbeda sekali seperti di sini. Di sana tidak ada gedung-gedung tinggi seperti di sini. Di sana yang ada adalah lapangan luas, hutan yang lebat, bebatuan, dan juga daerah yang masih dikelilingi alam.” ujar Lay sambil memandang Lay.

   “Keadaan di sana juga sangat membantu yang lainnya untuk melatih kekuatan mereka. Kami tinggal di kastil kecil yang dibangun dari bebatuan. Awalnya kami sempat khawatir apakah kami bisa menyesuaikan diri kami di dunia ini tapi untungnya kami sudah agak lama mengamati keadaan di sini saat masih berwujud kucing dulu. Kau harus memaklumi Kai dan Sehun ya. Mereka masih harus banyak belajar dan beradaptasi di dunia ini.” seru Lay

   Lara tidak bersuara dan hanya menanggapi penjelasan Lay dengan anggukan kepala. Kemudian mereka berdua memutuskan untuk istirahat sebentar dan duduk di bangku taman sambil meneruskan pembicaraan mereka.

   “Kalian ber-12 sepertinya dekat sekali. Apakah kalian bersaudara?” tanya Lara lagi masih penasaran tentang asal usul ke-12 pemuda yang berasal dari Planet EXO ini.

   “Kami tidak terlahir dari ibu yang sama tetapi kami berasal dari akar yang sama.” jelas Lay

   “Akar...?” ucap Lara masih belum mendapatkan penjelasan yang cukup.

   “Ya. Sejauh yang kutahu, kami ber-12 berasal dari satu akar pohon suci yang dinamakan ‘Tree of Life’. Dalam setiap generasi, lahir pohon baru dan mereka juga memiliki kekuatan seperti kami untuk menjaga keseimbangan dunia.” ucap Lay

   “Apakah semua kekuatan yang kalian miliki lahir dari sana? Bisakah kalian memilih kekuatan yang kalian inginkan?” tanya Lara lagi.

   “Tidak. Sepengetahuanku, ketika aku lahir aku sudah mempunyai kekuatan ini. Dan kekuatan ini kurasa berhubungan dengan sifat kami masing-masing.” jelas Lay lagi.

   “Apakah kalian mempunyai kelemahan? Misalnya seperti Suho yang mengendalikan Air dan Chanyeol yang mengendalikan Api. Jika mereka bertarung satu sama lain bagaimana?” tanya Lara serius dan terlihat agak khawatir.

   “Kau tidak perlu khawatir. Kekuatan kami tidak bisa digunakan untuk melukai sesama kami.” jelas Lay.

   Lara pun mengangguk tersenyum dan merasa lega.

   Melihat tidak ada lagi bahan pembicaraan tersisa dan Lara yang juga tidak tahu harus melakukan apa lagi, Lay pun berinisiatif berbicara.

   “Aku tidak tahu mengenai kelemahan kekuatanku tapi kalau kelemahan fisik kurasa aku merasa geli kalau disentuh di bagian leher. Aku menyadarinya semenjak berwujud kucing.” ucapnya lagi.

   “Ah, benar juga! Kau adalah kucing yang setiap kali ku elus lehernya selalu berbalik tengkurap dan kelihatan melawan! Ternyata itu ya penyebabnya. Bahkan sampai sekarang pun masih geli?” ujar Lara.

   “Ya, masih.” jawab Lay

   “Di bagian mana tepatnya?” tanya Lara yang sekarang berniat sedikit menjahilinya.

   “Di sekitar bagian ini...” ucap Lay menjelaskan sambil menunjuk ke bagian lehernya.

   Kemudian Lara dengan jahilnya mencoba memegang bagian yang ditunjukkan Lay tadi. Lay pun menggeliat sedikit dan berbicara, “Kalau disentuh kurasa aku masih bisa tahan. Tapi kalau kau meniup leherku, aku bisa pingsan merasa kegelian.”

   “Ah, benarkah?” sahut Lara jahil. Sedetik kemudian ia mendekati leher Lay dan mulai meniupi lehernya. Lay pun spontan menggeliat-geliat dan berusaha menghalangi Lara dari meniupi lehernya. Tapi Lara masih bisa mendapatkan akses untuk meniup lehernya. Lay pun tumbang ke arah kiri karena kegelian. Lara yang terus mencari cara meniupi leher Lay menyebabkan dirinya yang bersandar ke Lay pun ikut tumbang dan menimpa Lay.

   Tiba-tiba wajah mereka saling berdekatan dan membuat keduanya saling menatap satu sama lainnya. Saat itu Lara merasakan nya lagi. Ikatan yang terasa semakin kuat saat bersama Lay.           

   Lay pun juga merasakan hal yang sama karena ia juga diam tidak bergerak dan hanya menatap mata Lara dalam waktu yang cukup lama. Sampai akhirnya Lara tersadar dan segera bangun agar tidak menimpa tubuh Lay lagi.

   “Ah, maaf aku menjahilimu tadi.” ucap Lara sambil tersipu.

   “Tidak apa-apa. Aku terima apa pun yang kau lakukan padaku.” jawab Lay.

   Kemudian mereka memutuskan untuk melanjutkan acara jalan-jalan mereka di taman.

   “Kuperhatikan, bunga-bunga dan tanaman-tanaman di sini semuanya berwarna gelap. Apa memang sengaja dibiarkan seperti itu?” tanya Lay penasaran.

   “Ah, ya. Aku sebenarnya tidak pernah menanam tanaman-tanaman tersebut. Kurasa tanaman-tanaman tersebut tumbuh secara alami. Aku tidak pernah mempermasalahkan masalah itu karena aku sendiri suka warna Hitam.” jelas Lara

   “Oh, benarkah?” ucap Lay agak terkejut.

   Sekarang setelah Lay pikir kembali memang pakaian yang dipakai dan juga aura mansion Lara juga gelap sekali.

   ‘Mungkinkah ini ada hubungan nya dengan kekuatan Lara?’ tanya Lay dalam hatinya.

   Kemudian mereka melanjutkan jalan-jalan mereka di sekitar halaman tanpa keluar dari area mansion keluarga Clarence.


   Saat makan malam tiba, semuanya berkumpul di ruang makan. Mereka pun menanyakan sudah sampai mana proses mendekatkan ikatan antara Lay dan Lara.

   “Sebetulnya aku juga masih kurang yakin tapi aku bisa merasakan kekuatanku bertambah saat berada di dekat Lara pada momen-momen tertentu.” ujar Lay

   “Bagaimana denganmu Lara?” tanya Suho penasaran.

   “Ah...aku masih belum terlalu yakin juga.” ucap Lara merasa agak tersipu, tidak ingin mengungkapkan kepada semuanya kalau hari ini perasaan-nya berdebar-debar dan mungkin ia sudah sedikit mendekatkan ikatan-nya dengan Lay.

   Setelah makan malam selesai, mereka semua pun melakukan aktivitas mereka masing-masing setelah membantu Kate membereskan piring bekas makan mereka. 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
anmade #1
Chapter 43: Putri duyung! Wow! O.o
anmade #2
Chapter 42: Waaah~ lara ada kemajuan ^^ narasi combatnya enak dibaca kok. Penasaran sm lanjutannya :D
AnastasiaDea
#3
Chapter 41: Kyaaaaa Baby Thehun is so masculine... ^^
I would like to be catched by Hun oppa, but I think he is not strong enough to carry me...
anmade #4
Chapter 40: waaah hahaha ngebayangin pipi bakpaonya Xiumin bikin aku ikutan ketawa wkwk terimakasih utk updatenya~ kutunggu lanjutannya yaa ^_^
anmade #5
Chapter 39: hello~ aku suka ceritanya :) ditunggu lanjutannya ya~ hehe cerita ini bikin penasaran :D
AnastasiaDea
#6
Chapter 39: Sometimes I wonder how did you manage to update so often...
Good job!!!
AnastasiaDea
#7
Chapter 38: Kyaaaaaaaaa.... I am blushing so haard... glad that I didn't get any nose bleed... kamsahamnidaaaa author-niiiiiiiim.... kekeke... if I can give this story more than 1 upvote, I would like to give this story 50 upvotes... <3<3<3<3
AnastasiaDea
#8
Chapter 36: Kyaaaaaaaaaaaaaaa........
Finally an update.... ^^
AnastasiaDea
#9
Annyeong... ^^ New reader imnidaaaa.... *bow 90 degrees*
It's a beautiful story, the plot is very AMAZING *nose bleed*
Well, that's true, I got nose bleed when I read this story...
Awww... I hope that you'll update this story soon...
And maybe,,, some fluffy chapters with Suho oppa... *wink wink*
That's all from me.. thank yooooouuuu... *blowing kiss*
Ainizzamani #10
Chapter 34: What.... Why would Luhan do that? ;( I don't read manga so I don't know what's happening... Lara berubah jadi apa? Knp harus darah? Omg so many questions. But at least she kissed Lay lol xDD