Krystal mengumpat dalam hati.

Berkali-kali ia menahan diri untuk tidak berteriak di depan kakaknya, Jessica.

"Kai mengikuti ku. Mengikuti perempuan yang ia sukai secara diam-diam adalah tindakan pengecut."
Krystal nampak marah, merasa sangat tidak nyaman dengan apa yang Kai sudah lakukan padanya.
Bukannya membela ataupun melindungi Krystal, Jessica justru terlihat masa bodoh dan tidak peduli.

"Dia melakukan itu karena ulahmu sendiri." Jessica melipat koran dan menaruhnya di meja. Dengan sangat hati-hati ja melepas kacamatanya dan mulai menatap adiknya itu dengan tajam.
"Menolak dengan alasan apa? Kau sudah punya kekasih? Kalaupun menang begitu kenapa tidak katakan saja pada Kai, Jangan malah menghindar dan bersikap seakan-akan tidak bisa menghargai perasaan orang lain."

Krystal menarik nafas dengan rasa sakit.

Bagaimana mungkin aku bisa memaksa diri menyukai orang yang bahkan tidak kucintai?

"Unnie... Kau tak berhak menentukan apakah seseorang bisa mencintai orang lain atau tidak. Bukankah itu adalah alasan yang cukup untuk aku menolaknya? Aku tidak menyukai Kai! Aku bahkan tidak mengenal dirinya dengan baik. Bagaimana bisa kau memaksa ku menyukainya, Unnie?"

Krystal menahan nafas. Emosinya naik turun. Air matanya hampir keluar.

"Pergilah." sahut Jessica dengan datar. Seluruh wajahnya nampak dingin, Krystal yang melihatnya semakin merasa sakit hati.

"Atau jangan-jangan memang Unnie yang men