*Plak.

"Awhhh."

"Mau sampai kapan terus menerus menyusahkan kita, hah?"

*Plak.

"Kau pikir dengan mabuk seperti itu kau bisa menyelesaikan semua masalahmu?"

*Plak.

Amber meringis.
Pundaknya berkali-kali di pukul dengan majalah yang di pegang oleh Sulli. Sore itu ia dengan Sulli, Luna dan Krystal sedang berkumpul di Lots of Coffee.

"Bahkan Krystal harus membolos sekolah demi menemani kau yang sedang mabuk seperti kemarin... hih." Sulli mencubit gemas pipi Amber. Luna tertawa sedangkan Krystal hanya tersenyum melihatnya.

"Ayolah, Sulli...maafkan aku.. aku bahkan tidak sadar ka.."

*Plak.

"Tentu saja kau tidak sadar, kau benar-benar mabuk. Sikap bodohmu itu bisa saja melukai Krystal... Dasar bodoh..."

Amber mendengus sebal, ini sudah kedua kalinya ia di damprat oleh Sulli.
Pertama, ketika ia berkelahi dengan Sehun.
Dan yang kedua ketika ia mabuk berat di rumah, ia tidak menyangka reaksi dari wine yang dia minum akan seperti itu.

"Sudahlah, sudahlah..." Luna menahan tawa sambil menarik Sulli untuk tidak memukul Amber. Bukan masalah kasihan atau tidak, namun orang-orang pengunjung Lots of Coffee menatap mereka dengan heran.
Luna dan Sulli tertawa, membicarakan bagaimana mereka bisa terlihat bodoh di depan orang banyak karena terus memukuli Amber.
Sedangkan Krystal mengusap lembut kepala Amber yang tergeletak di atas meja, ia mengusapnya dengan lembut. Amber kemudian menoleh padanya, ia membisikkan sesuatu di telinga Krystal.

"Semalam ketika mabuk aku tidak melukai mu kan?"

Krystal tidak menjawab. Ia hanya menggelengkan kepalanya.

Aku memang tidak kau lukai secara fisik.
Tapi hatiku? Hampir tergores.

Sedikit.

Krystal terdiam.

Setelah kejadian semalam ia tidak mengatakan apapun pada Amber. Tentang dirinya yang mendengar Amber mengigau tentang nama seseorang, ia juga tidak ingin membahas sedikitpun dengan Amber.

Meskipun ia berusaha bertanya pada Hans, namun respon yg di berikan Hans benar-benar penuh misteri. Hans tampak ketakutan, tidak berani menjawab, cenderung menunjukan sikap pura-pura tidak tahu.

Krystal tidak ingin memaksa, ia hanya berusaha mencari tahu kebenaran itu sendiri secara perlahan.......

Benarkah ada wanita lain sebelum aku?

Tidak masalah, aku tidak mempermasalahkan jika dia punya seseorang yg spesial di masa lalunya.

Hanya saja.......

Masihkah ia menyimpan sesuatu dengan hal itu?
tiba-tiba aku merasa asing dan belum bisa mengenal Amber sepenuhnya.

"Hah. Dasar. Padahal sebelumnya Krystal mengatakan padaku dan Sulli bahwa kau sedang demam... eh.. tiba-tiba mabuk dan bertingkah seperti org gila..." Luna menambahkan, Amber semakin pusing mendengarnya.

"Aku menyesal memiliki rencana ingin menjenguk-mu sepulang sekolah." Kali ini Luna memasang wajah super-menyebalkan di depan Amber.

"Baiklah, baiklah.. Aku mengaku salah... maafkan aku.. ayolaaah...." Amber menarik tangan Luna dan Sulli dengan wajah memelas.

Terserah.

aku hanya terlalu pusing terus menerus di nasehati oleh Luna dan Sulli.

Mabuk karena wine!

Hal yang wajar kan?

Batin Amber dalam hati.

"Ish. Baiklah."

"Tapi kalau kau lagi-lagi melakukan hal yang tidak berguna seperti kemarin, aku akan membunuhmu." Sahut Sulli dengan nada kesal.

"Hahaha." Amber tertawa, ia sangat tahu bahwa Sulli memang peduli padanya. Meskipun terkadang mereka harus bersikap galak pada Amber.

"Maafkan aku." Amber kembali berucap, kali ini nadanya lebih serius.

"Aku tidak bisa mengendalikan diriku sendiri. Aku sudah mengecewakan kalian...maaf..."

Luna mengangguk, Sulli menyandarkan kepalanya di bahu Krystal.

"Tidak." sahut Sulli dengan tenang,

"Menurut ku ada yang lebih kecewa." tambahnya.

"Siapa?" Tanya Krystal.

"Tentu saja. Vic Unnie." jawab