"Hiks."

Krystal terisak.
Berkali-kali ia menahan diri untuk tidak menangis namun usahanya tetap saja gagal..
ia terus saja terisak di pelukan Amber.

Luna dan Sulli terdiam, merasa melihat kedua sahabatnya itu berpelukan dengan erat.

Siang itu di Lots of Coffe Krystal menceritakan pada Amber dan kedua sahabatnya itu bahwa Jessica mencoba mencari tahu siapa kekasihnya.
Krystal berusaha mengelak, tapi rasa curiga Jessica jauh lebih kuat dari yang ia duga.

"Sudahlah....." Amber mengusap lembut rambut kekasihnya itu. Wajahnya nampak gusar.

Krystal menggelengkan kepalanya dengan manja, memberi tahu dengan gestur tubuhnya bahwa saat ini ia tidak bisa tenang.

"Soojungie..." Luna menatap sedih wajah Krystal yang terlanjur sembab karena terlalu banyak menangis.
"Aku tahu ini berat bagimu.. tapi mengertilah, aku dan Sulli siap melindungi mu kapan pun kau membutuhkannya." tambahnya perlahan.
Sulli mengangguk setuju. Dengan lembut ia mengusap pundak Krystal dan berusaha membuatnya kembali tenang.

"Terlalu rumit. Jessica Unnie berbeda dengan Vic Unnie." sahut Amber perlahan. Tangannya masih terus mengusap rambut Krystal yang tetap menangis di pundaknya.
"Aku tidak yakin dia bisa menerima hal ini... Tapi kurasa tidak akan masalah jika kita tidak memberitahunya."

Amber kehabisan ide, rasa takut perlahan menyelimuti dirinya.

"Apa kau yakin?" Sulli berbisik perlahan, gurat ragu terlihat jelas di wajahnya.

Amber hanya mengangguk.

"Mau bagaimana lagi..." Jawab Amber kalem.
"Aku tidak yakin Jessica Unnie bisa menerimaku. Kai adalah laki-laki idaman yang ia harap bisa jadi pacar Krystal. Kai menyatakan cinta dan Krystal menolaknya... Yah, meskipun begitu Krystal menolak karena sudah berpacaran denganku kan?"

Luna mengangguk paham. Kali ini ia menarik Krystal dan memeluknya.

"Tenanglah, Soojungie..."

Amber menghirup kopinya perlahan. Matanya menerawang, berharap kali ini hal baik selalu berpihak padanya.

"Aku takut..." sahut Krystal dengan lirih, Luna memeluknya semakin erat.
"Kalau kau takut. Hadapi saja.. Its better than running away." bisik Luna sambil terus menenangkan sahabatnya itu.

"Baiklah... Mungkin kau benar. Untuk sementara jangan tunjukkan sikap berlebihan di depan Jessica. Itu jauh lebih baik daripada membuatnya shocked melihat adiknya kau jadikan pacar. Kau tidak berniat menikahinya kan?"

Sulli terkekeh, berusaha sebisa mugkin membuat suasana tidak terlalu tegang.

"Aku sudah melamarnya." Sahut Amber dengan tawa yang renyah.

"Lihat." ia mengacungkan jari manisnya dan menunjukkan cincin berwarna perak bertaut di jarinya dan di jari Krystal.

"Wowowowow.....Keren sekali."
Sulli menepuk pundak Amber dengan tertawa, antara haru dan sedih melihat hal ini.

"Jangan khawatir. Aku akan menikahinya." Amber menekan kalimat ini dengan senyum yang lebar, berusaha menunjukkan pada Luna dan Sulli bahwa ia dan Krystal akan baik-baik saja.

"Lakukan saja jika kau berani. Krystal adalah milikku dan juga milik Luna. Kau tidak bisa merebutnya begitu saja. Hih."

Sulli memukul gemas kepala Amber, hal ini di respon baik oleh Krystal yang tangisnya berangsur-angsur mulai reda.

Senyum mulai menghiasi wajahnya, meskipun hatinya masih terasa kalut dan kacau.

========