LHNB35

Love has No Boundaries
Please Subscribe to read the full chapter

Krystal mengepalkan kedua tangannya dengan kaku. Matanya tidak berpindah, masih fokus menatap dua orang yg tengah duduk bersama di sebuah taman.
Ini adalah taman yg ingin ia kunjungi sejak pagi.Tapi kenyataan yang ia lihat berbanding balik, seseorang yg ia ajak ke taman mengaku malas datang kemari, justru datang bersama orang lain. Melihat itu Krystal berusaha untuk tetap tenang dan tidak menangis. Mantel ia rapatkan seerat mungkin, kedua matanya berkaca-kaca, Amber nampak tidak menyadari bahwa sedaritadi--Krystal, datang mengikuti tanpa sepengetahuannya.

Dengan segera Krystal menjauh dari tempat itu. Matanya masih menerawang, menerka-nerka dengan pasti.. siapa perempuan yg duduk di samping Amber sunbae? Sejak kapan mereka sering bertemu? Atau ini alasan dia berbohong padaku dan pergi begitu saja? Tentu saja ini bukan hal yg lucu, aku sangat benci ini.

Krystal merebahkan tubuhnya di kursi mobil dengan lemas. Kedua matanya mulai basah. Tanpa di sadari ia mulai menangis dengan sesak. Jantungnya berdegup karena shocked, kepalanya berdenyut melihat Amber pergi bersama orang lain. Meski nanti Amber berusaha menjelaskan semua padanya, Krystal mungkin saja akan sulit percaya.

Bisakah kalian bayangkan? Meski saja nanti perempuan itu adalah seseorang yg bukan siapa-siapa--saudara atau bahkan adik perempuanya di keluarga lain, berbohong dan di bohongi adalah hal yg bs saja menyakiti siapapun.

"Hkkss..hkk..khkss...."

Krystal menggigit bibir bawahnya dengan kelu. Merasa di bodohi dan hancur. Apa yg sebenarnya aku lakukan bersama Amber? Tuluskah dia mencintaiku? Benarkah ini hanya main-main? Mengapa bisa sesakit ini?
Dia seharusnya menjagaku!

Bruk.

Krystal mengepalkan kedua tangannya sekuat mungkin. Sesekali ia memukul dirinya sendiri dg geram. Kepalanya pusing, matanya berkaca-kaca, ia ingin segera pulang untuk mengakhiri dan berpura-pura tidak melihat apapun.

Sudah sejauh ini seharusnya aku sadar. Apa yang Amber inginkan dariku? Aku hanya adik tirinya, seharusnya itu cukup menjadi sebuah alasan seharusnya kita berhenti seperti ini.

Setelah cukup lama berdiam di kursi mobilnya, Krystal bergegas untuk segera pergi dari situ.
Seluruh pikiran buruk tentang Amber memenuhi kepalanya.

Aku harus segera mengakhiri ini.

***

"Sudah pergi."

"Siapa?"

Amber menolehke belakang. Mencari-cari kmana arah mata Vivian sedang menatap.

Sedaritadi Vivian nampak sedang  mengamatii sesuatu..

"Perempuan cantik dengan mantel abu-abu. Sepertinya dia mencarimu.. dia mengamati kita duduk di sini."

Sahut Vivian dengan cepat. Hal itu sontak membuat Amber tersadar dan menyadari bahwa orang itu bisa saja adalah Krystal.

"Ke...kemana dia?"

Amber mulai berdiri, kedua matanya fokus mencari seseorang. Gurat cemas di wajahnya terlihat jelas dan kacau.

"Sudah pergi... aku pikir dia adalah orang lain--tapi raut wajahnya berubah ketika meliat kita. Siapa, Ber? Pacarmu?"

Vivian ikut berdiri. Ia menarik mantelnya lebih erat menutupi tubuhnya.

Amber hanya terdiam. Mengamati Vivian dengan nafas tertahan.

"Dia adik tiriku."

Vivian terdiam. Kedua matanya nampak tajam mengamati Amber.

"Adik tiri?"

"Iya."

"Yang kau ceritakan? Kau punya adik tiri laki-laki dan perempuan."

"Iya, dia salah satunya."

"Okay."

Vivian tersenyum. Perlahan ia menarik lengan Amber untuk membawanya pergi dari taman.
Amber hanya mengikuti, ia masih ingat bahwa perempuan yg saat ini bersamanya dulu sanga dekat dengannya.
Jangankan bergandegan, memeluk dan menyayangi satu sama lain sudah pernah mereka lakukan.

"Apa yang kau lakukan padanya?"

Sret.

Vivian menghentikan langkahnya. Kedua matanya nampak tajam mengarah ke depan.

"Apa yang kau lakukan padanya, Ber?"

Amber terkesiap. Mulutnya terasa kelu dan berat. Vivian bersikap seolah-olah menemukan kesalahannya.

"Dia adik tirimu, kan?"

"Iya, Vivian."

"Apa yg kau lakukan padanya? Mengapa tidak menjawab pertanyaanku?"

"Vivian..."

"Amber...."

"Vivian, aku tidak mengerti apa yang sebenarnya kau...."

"Haruskah aku berteriak untuk mengulangi pertanyaanku?"

Sahut Vivian dengan sinis.

Amber hanya membisu di tempatnya.

"Kau sudah pergi jauh meninggalkanku. Dan kita kembali bertemu dengan keadaan seperti ini. Kau dan aku tetap sama seperti dulu, Vivia

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Naylla
#1
Chapter 31: Depois da atitude de Amber em bater em kristal penso que pelo menos um pedido de desculpas descente seria obrigação um dever de Amber!!(31)
HideAl
#2
Chapter 30: mantan nya author alien?
Mellyuz95 #3
Chapter 41: Sukaaaaa bgtt

Apalagi d awal2 ngakak terus. Gregeet.
Cuman, sedikit kritik aja, pas konflik vivian aku ngerasa belum tuntas aja. Kurang rumit, kayaknya lebih bagus klo waktu itu krystal bener2 marah, soalnya amber ngebohongi krystal smp 2x.

Tapi, aku sukaaa bgtt
ywd1113 #4
Chapter 21: Hahahhaa waebiasaaa
Cherrycherry24 #5
Loveee
qarinah #6
Chapter 41: Huff sedihnya tp bahagia mrk masih bersama^^
qarinah #7
Chapter 39: Akhirnya mrk menjadi kel yg bahagia pengganti umma n appa
qarinah #8
Chapter 38:
qarinah #9
Chapter 37: Ia tuhan apa lagi ini
qarinah #10
Chapter 36: Astaga