LHNB 2

Love has No Boundaries
Please Subscribe to read the full chapter

"Eomma...."

"Tidak, sayang. Eomma harus pergi."

"Tapi... "

"Amber masih ingin tinggal dengan eomma... bukankah lebih baik jika  kita tetap tinggal bersama? Meskipun..."

Ssst.

Perempuan paruh baya mengarahkan telunjuknya ke arah anak perempuan yang saat ini duduk di sampingnya. Anak perempuan itu terlihat tegar, namun keduanya matanya terlihat menahan tangis dan kecewaa.

"Sesuatu yang pernah di rusak tidak akan kembali dengan utuh. Sama halnya dengan hati, Amber. Sekalipun ia di hancurkan dan nyaris lenyap... di beri kesempatan untuk di perbaiki tidak akan menjadikan hati eomma kembali  seperti semula."

Amber menggelengkan kepalanya dengan tangis tertahan. Ia benar-benar tidak mengerti.

Meskipun ia sudah duduk di bangku kelas 3 SMA, menghadapi kedua orang tua dalam perceraian bukanlah hal yang mudah untuk di hadapi,  hal itu justru semakin menyakiti hatinya.

 "Ke...kenapa..harus ber..cer..cerai..."

Amber menunduk, sudah jengah ia melihat dan mendengar Eomma dan Appa nya bertengkar.  Ia pikir hal yang seperti itu lumrah di alami oleh sepasang suami isteri. Namun jika keputusan terakhir adalah bercerai... bukankah hal itu terlalu berlebihan?

"Kau masih bisa menemui eomma. Kapanpun kau mau.. Eomma akan terus bersamamu. Astaga, Amber... anak eomma yang paling tampan.. ups... hehe.. kau kan perempuan... tapi  selama ini eomma merasakan seperti memiliki anak laki-laki."

Eomma Amber terkekeh, memeluk lembut anak tunggalnya itu sambil membisikan kalimat yang menenangkan. Namun Amber menepis semua itu dan menangis, menahan eomma nya untuk tidak pergi.

Eomma nya adalah perempuan yang baik dan penyayang, Eomma terbaik yang pernah ada di dunia.

"Eomma!"

Amber terus berteriak di depan pintu, melihat eommanya menarik koper dan berlalu dari hadapannya. Amber terus meraung, mengumpat ke arah Appanya yang menarik kasar lengan Amber untuk terus berada di sisinya.

 

 

"EOMMA!"

Percuma.

Eomma tidak menoleh ataupun menghentikan langkahnya. Ia terus saja berjalan menuju ke arah taxi yang akan membawanya pergi jauh meningalkan Amber dan suaminya.

"EOMMA! ARRH!!"

Amber berusaha lepas dari cengkeraman Appa nya, ia merasa kecewa karena lelaki di sampingnya itu tidak mencegah eommanya untuk pergi.

"BRENGSEK! KEMBALIKAN EOMMA KU!"
 

Bruk

Amber merasakan tubuhnya lemas tak berdaya.  Setelah taxi itu menghilang dari pandangan mereka, James melepas cengkeramannya dan membiarkan anak semata wayangnya itu tertunduk lemas di depan pintu.

Keduanya tidak mengucapkan sepatah katapun, selain beranjak dari tempatny masing-masing dan bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Sampai akhirnya Amber memilih untuk berdamai.

Berdamai dengan kenyataan meskipun hati nya terlanjur sakit dengan perceraian kedua orangtuanya.

Amber berusaha melupakan dan menerima ini sebagai bagian dari hidupnya...  Meskipun ia tidak mengerti mengapa hal ini terjadi dalam keluarganya.

Sampai waktu berlalu dengan cepat, Amber mengerti dengan sungguh.. dengan kedua matanya yang terbuka, ia mengetahui alasan utama mengapa Appa dan Eomma nya bercerai.

"Apapun itu... aku sedang berusaha menerimanya."

**

"aku saja yang bawa mobilnya.."

"tidak, Heechan!"

Plak!

"Arh!"

Heechan mendesis kesakitan, ia memilih pasrah ketika kakak perempuannya itu memukul dan merebut kunci mobilnya.

"Kalau kau sudah cukup umur membawa mobil..pergilah.. jadi aku tidak perlu susah-susah mengantarmu pergi ke sekolah."

Krystal merapikan bajunya di depan cermin, pagi itu ia bersiap untuk mengantar Heechan ke sekolah kemudian lanjut menuju ke kampusnya.

Krystal merasa kesal, setiap hari adik laki-lakinya itu memaksa diri untuk pergi membawa mobil

Aku benar-benar tahu Heechan itu anak yang seperti apa. Jika tidak di awasi, mobil yang ku pasrahkan padanya akan rusak atau mungkin saja malah terjual olehnya.

"aku juga bosan terus menerus kau antar... seperti anak TK saja..."

Heechan menggerutu sambil memakai sepatunya. Seperti biasa ia memakai seragam sekolah dengan jaket jeans dan topi basseball di kepalanya. Di lihat dari sisi mana apun, Heechan terlihat sangat keren dan tampan... Ish, tapi dia bodoh, menyebalkan dan kurang ajar. Batin Krystal sambil memasang lipstik di bibir tipisnya.

"ayolaaaah, Krystaaaaal! Kenapa kau lama sekali, hah? Kau kira dengan dandan seperti ini kau akan semakin terlihat cantik? KAU ITU SEMAKIN MIRIP AHJUMMA DAN..'

Brak!

Heechan lantas terdiam. Lagi-lagi kakak permpuannya itu melempar wajahnya dengan tas sekolahnya.

"Siapa yangkau panggil Krystal, hah? Aku ini kakakmu! Panggil aku NOONA! NUNA!"

Heechan memutar matanya sambil menirukan bibir Krystal yang terus mengomel ke arahnya.

"Kau ini sewaktu kecil pup dan pee nya aku yang mengurus! Jika aku tahu kau besar akan seperti ini, lebih baik dulu ku gendong dan ku lempar saja ke laut. Menyebalkan, ish."

Krystal lantas mengambil jaket dan memakainya, ia harus segera bergegas mengantar Heechan dan pergi kuliah.

Setelah keduanya masuk ke dalam mobil, seperti biasa Heechan hanya terdiam sambil memainkan game di hapenya. Ia sama sekali tidak berminat mendengar ocehan Krystal yang menasehatinya untuk menjadi anak yang baik

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Naylla
#1
Chapter 31: Depois da atitude de Amber em bater em kristal penso que pelo menos um pedido de desculpas descente seria obrigação um dever de Amber!!(31)
HideAl
#2
Chapter 30: mantan nya author alien?
Mellyuz95 #3
Chapter 41: Sukaaaaa bgtt

Apalagi d awal2 ngakak terus. Gregeet.
Cuman, sedikit kritik aja, pas konflik vivian aku ngerasa belum tuntas aja. Kurang rumit, kayaknya lebih bagus klo waktu itu krystal bener2 marah, soalnya amber ngebohongi krystal smp 2x.

Tapi, aku sukaaa bgtt
ywd1113 #4
Chapter 21: Hahahhaa waebiasaaa
Cherrycherry24 #5
Loveee
qarinah #6
Chapter 41: Huff sedihnya tp bahagia mrk masih bersama^^
qarinah #7
Chapter 39: Akhirnya mrk menjadi kel yg bahagia pengganti umma n appa
qarinah #8
Chapter 38:
qarinah #9
Chapter 37: Ia tuhan apa lagi ini
qarinah #10
Chapter 36: Astaga