Peterpan

Kai, Sang Pejuang Cinta

 

Kai lagi lari-lari kecil ketika dia hampir bertabrakan dengan Borin, saat keduanya sama-sama mau naik tangga yang menghubungkan lantai dua dengan deretan klub ekskul. Mereka sama-sama berhenti dan berpandangan. Kai tersenyum lebar dan mempersilakan Borin buat naik duluan. Borin cuma menundukkan kepala dan naik tangga pelan-pelan. Kai berjalan naik tangga di belakang Borin, sambil senyum-senyum sendiri dan mikir dalem hati, 'Kalo lo jatuh, gue siap buat nangkep lo.'

Ketika udah sampai di lantai tiga, Kai berjalan agak cepat biar bisa jalan berdampingan sama Borin. Mereka pun jalan bareng ke ruang science club, nggak pake ngomong sih tapi bagi Kai udah nyaman banget rasanya. Sampai depan ruang science club, Kai pun langsung bukain pintu buat Borin.

"Lady first," kata Kai sambil lagi-lagi pamer senyum penuh kebahagiaan.

Kai bersumpah dia sempat lihat Borin senyum sedikit saat dia masuk ruang science club. Dan seperti sebelumnya, mereka datang lebih awal dari jadwal. Borin langsung duduk di pojok, mengeluarkan buku sama kotak makan. Kai pun tak menyia-nyiakan kesempatan dan duduk tepat di samping Borin. Untungnya kali ini Kai nggak dapat pandangan kebencian dari Borin.

Kai melirik Borin yang sedang membuka buku catatan bahasa Inggris. Setelah itu ia membuka kotak makan yang berisi japchae, bulgogi, dan cherry tomato. Kai pun juga ngambil buku biologi di tasnya buat dipelajari tipis-tipis selagi mengamati Borin.

Borin kelihatan serius banget baca tentang grammar, sambil makan. Kai pun muncul lagi isengnya, dia ngambil satu tomat cherry dan memakannya dengan lahap. Borin pun sempat ngeliat ke arah Kai, dengan pandangan sedikit heran tapi dia diem aja. Kai pun memanfaatkqn kesempatan ini buat ngambil satu tomat lagi.

"Lo belum makan?" Borin akhirnya nanya, setelah Kai makan tomat untuk kedua kalinya tanpa izin.

"Ehm..nggak juga sih, tapi kotak makan lo kelihatan menggoda." Kai nyengir.

"Nggak mau coba japchae sama bulgoginya?"

Borin menawarkan sumpitnya. Kai sedikit bimbang, dia gantian ngelihat sumpit terus Borin.

"Nanti lo nggak kenyang lagi," kata Kai.

"Gue nggak terlalu laper kok." Borin masih menawarkan sumpitnya.

Kai pun langsung mengambil sumpit dan ngambil japchae dikit. Kai langsung mendesah puas saat rasa lezat japchae bikinan Borin sampai di lidahnya. "Enak banget japchaenya!"

"Ya udah makan lagi aja."

"Lha loe gimana?" Kai heran.

"Kan udah gue bilang tadi kalo nggak terlalu laper."

"Ya tapi harus tetep makan dong. Mau gue suapin?" Kai senyum-senyum menggoda.

Borin bersemu merah. "Hah? Nggak usah." Borin merebut sumpit dari Kai dan makan lagi. Dapet beberapa suap, dia meletakkan sumpit di kotak makan lalu minum air putih dari botol minuman. "Nih kalo lo mau makan lagi!" Kata Borin dan balik memandang buku catatannya.

Kai pun ngambil japchae lagi. Setelah itu, ia pengen cobain bulgoginya juga. Saat daging bulgogi udah sampai di lidah, Kai merasa agak aneh. Dan setelah dikunyah, muka Kai langsung merah karena kepedesan. Bulgogi-nya Borin ternyata ekstra pedas. Kai emang nggak terlalu suka pedas, beda sama Borin.

"Borin, kok pedes banget?" Kai langsung masang muka kepedesan.

"Eh maaf lupa bilang kalo bulgoginya gue masak pedes. Sori sori." Borin menyerahkan botol minumannya yang langsung disambar dengan cepat sama Kai.

Kai meneguk air putih supaya rasa panas di lidah dan tenggorokannya cepat hilang. Biarpun udah minum tapi rasa pedas tetap terasa. Kai melirik Borin yang kelihatan cemas.

"Minum lagi, Jongin!"

Kai pun menuruti Borin. Kali ini dia minum pelan-pelan dan setelahnya agak merasa baikan.

"Pedes banget ya emang buat lo?" Borin nanya.

Kai cuma ngangguk dan langsung denger Borin ketawa kecil. "Kok ketawa?"

Borin langsung mencoba menahan tawanya. "Lucu aja ngelihat lo kepedesan tadi."

"Hmmm iya deh yang ratu pedas." Kata Kai pura-pura cemberut dan menyerahkan botol minuman.

Borin udah megang botol minuman, tapi tetap ditahan sama Kai. Jadinya mereka sama-sama megangin botol. Borin langsung ngelihat Kai sambil bertanya-tanya.

"Lo nggak apa-apa minum ini?" Kai tanya, hati-hati.

"Kenapa emang?"

"Lo udah minum. Gue juga tadi minum dari sini. Jadinya, kita ciuman nggak langsung dong?"

Mata Borin melebar dan pipinya memerah. Kai sih cuma senyum sok malu-malu kucing. Borin langsung menarik botol minumnya dengan paksa dan langsung pura-pura sibuk dengan buku catatannya.

Kai masih senyum-senyum, apalagi ngelihat Borin salting. "Tenang, Borin. Lagian lo juga udah pernah kan yang langsung?"

Borin mengangkat kepalanya. "Langsung gimana maksud lo?"

"Jangan bilang lo belum pernah ciuman!"

"Jongin!" Borin sedikit teriak.

"Jadi belum pernah ya?"

"Belum lah!" Borin langsung buang muka.

"Lo bohong atau pura-pura lupa sih?"

Borin ngelihat Kai lagi dengan pandangan menyelidik. "Ngomong apa sih lo?"

Kai menatap mata Borin. "Jumat sore, sekitar tiga tahun lalu, waktu hujan gerimis, setelah seseorang menolong gadis yang habis digodain sama senior-seniornya di halte dekat rumahnya. Nggak lama sih dan setelah itu ada yang dapat tamparan dan ada yang langsung lari."

Mata Borin membelalak dan dia nggak bisa berkata-kata. Bingung.

Kai masih belum melepaskan pandangan dari Borin. "Kalo lo lupa, hmmm kebangetan sih. Soalnya sebagai pihak yang ditampar, gue masih ingat betapa jantung gue deg-degan saat ngelihat lo lari." Kai pun tersenyum manis.

"I...itu....itu bukan ciuman." Borin jadi makin salting.

"Terus apa? Cuma dua bibir yang saling bertemu?"

"Jongin!" Borin mendorong tubuh Jongin. "Lagian lo ngapain coba waktu itu cium-cium anak kecil?"

"Lo juga kan nggak menghindar? Eh tapi setelah itu, lo jadi menghindari gue terus sih." Muka Kai mendadak berubah murung.

"Ah udah ah, ngomongin apa sih ini. Nggak penting."

Untung bagi Borin, beberapa anggota science club datang jadi pembicaraan yang bikin Borin nggak nyaman pun terhenti. Meski tetep, mereka langsung dapat ciee karena udah mojok berdua di ruang science club. Borin cepet-cepet beresin kotak makan dan bukunya. Tapi Kai langsung megangin tangannya waktu Borin mau berdiri buat pindah tempat duduk.

Borin pun nggak bisa apa-apa karena anggota klub lainnya udah dateng dan nggak menyisakan tempat duduk buatnya. Apalagi setelah itu Bu Haneul masuk dan Borin cuma bisa mendesah pasrah.

Selama Bu Haneul menjelaskan materi, Borin cuma diem dan rajin mencatat walaupun Kai berkali-kali (atau bahkan terus) memandanginya.

Di sela-sela menerangkan tentang DNA, Bu Haneul tiba-tiba nyeletuk. "Oh iya, kemarin Borin bilang kalau dia agak kesulitan mempelajari materi kelas 11 dan 12. Kira-kira ada di antara kalian yang bersedia jadi tempat Borin buat tanya-tanya?"

"Kai selalu siap sedia buat bantu Borin, Bu," Jongdae tiba-tiba menyahut, bikin teman-temannya ketawa.

Borin langsung makin nunduk, sementara Kai tetap stay cool dan dalam hati berterima kasih sama Jongdae.

"Oh ya? Gimana, Kai? Kamu mau bantu Borin?" Tanya Bu Haneul, dan begitu beliau melihat Kai dan Borin duduk sebelahan, beliau pun langsung tahu kalau murid kesayangannya itu menaruh hati kepada gadis di sampingnya.

"Siap, Bu, kapanpun. Rumah kami juga deket kok." Jawab Kai, mantap.

"Ooooohhhhhh..." Jongdae dan Mino langsung ber-oh dengan serempak dan saling tos.

Bu Haneul harus menahan diri supaya nggak tertawa melihat jiwa muda dari murid-muridnya. "Baiklah kalau begitu. Borin, kalau kamu ada kesulitan pelajaran science apapun, tanya aja sama Kai ya. Dia pinter kok."

Borin pun terpaksa mengangguk dan berusaha menghindari tatapan dari para seniornya. Untungnya, Bu Haneul segera mengembalikan suasana pelajaran dengan segera.

Setelah pertemuan science club usai, Borin langsung cepat-cepat keluar. Kali ini Kai langsung lari buat mengejar Borin.

"Borin, tunggulah. Cepat banget sih jalannya!" Kai berhenti dan menghalangi Borin.

"Ehm, ada apa lagi sih?"

"Soal yang dibilang Bu Haneul tadi."

"Kenapa emang?"

"Kalau lo ada kesulitan, pelajaran apapun, di luar science juga nggak apa-apa, cari gue aja ya. Kapanpun, bahkan pas gue tidur pun, lo boleh nanya."

Borin mengangguk pelan. "Oke."

"Ehmm...pulang bareng yuk?" Entah kenapa Kai jadi grogi ngajak Borin pulang bareng.

"Gue mau ngerjain tugas seni rupa kelompok di rumah Yuju."

Kai pun nggak bisa menyembunyikan rasa kecewa di wajahnya. "Oh...Yujunya di mana?"

"Nunggu di perpus."

"Ya udah, gue antar ke perpus. Yuk!"

Kai pun menahan buat nggak teriak dan melompat kegirangan waktu Borin mengangguk. Berdua, mereka jalan beriringan ke perpus dan Kai pun tanya-tanya soal tugas seni rupa yang mau Borin kerjain, sebagai bahan buat ngobrol.

 

 

Masih jelas dalam ingatanku, saat menolongmu dari sekelompok pengganggu
Sejak saat itu, aku berani menunjukan isi hatiku bahkan memberimu satu ciuman
Hatiku terbang terlempar ke puncak awan
Bagiku kau lebih cantik dari Wendy atau Cinderella
Hanya dirimu satu – satunya yang membuat hatiku berdebar
Sesaat itu aku mulai jatuh untukmu dengan mata bersinarku

Terbang bersama Tinkerbell akan ku temui dirimu di Neverland bersama semua kenangan ini
Di tempat itu, di mana kita bisa kembali saling memandang dan tersenyum
Aku akan menjadi Peterpanmu, lelaki yang berhenti ditengah waktu
Aku akan selalu bersamamu dan selalu mencintaimu, meski canggung kadang menyapaku

Pipi meronamu
terasa seperti berjalan diatas awan
baby boo~ kecantikanmu membuat hatiku berdebar
seperti caramu tersenyum lembut pada saat itu
andai kau bisa terbang ke pintu hatiku yang terbuka

Kau berada dalam kisah dongengku
Dan kau selalu di sini selamanya, sayangku
Aku masih saja gugup, tanpa dirimu hatiku hanyalah pulau tak berpenghuni
Kutulis semua tentangmu dalam memoriku yang takan pernah terhapus, sayangku
Hatiku masih terus berlari
 Hati ini tanpamu hanyalah…

Berapa banyak kau berubah seiring berputarnya waktu
Aku sampai pada halaman terakhir tulisan tentangmu
akan kuhapus semua kalimat sedih
cerita kita tidak akan pernah berakhir 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment