Lotto

Kai, Sang Pejuang Cinta

  

Kai rasanya nggak sabar menunggu jam istirahat berbunyi. Selain karena merasa pusing, dia juga udah nggak sabar nyamperin Borin. Seperti niat awalnya pagi tadi setelah bangun dari mimpi buruk, Kai pengen memastikan ada apa antara Borin dan Sehun. Kalau memang ada yang spesial di antara mereka, Kai rela mundur asal Borin bahagia. Tapi kalau selama ini dia salah sangka, Kai bakal lanjut mengejar cinta Borin sampe titik darah penghabisan.

Begitu bel berbunyi, Kai langsung lari. Nggak peduli guru belum keluar, nggak peduli Baekhyun yang manggil dia, nggak peduli rasa sakit di kepala yang bikin badannya sempoyongan. Tujuannya cuma satu, nyari Borin. Tanpa diperintah kakinya berlari menuju kelas si gadis. Dan ketika sampai, Kai bernafas lega. Seperti jodoh, begitu Kai sampe, Borin baru saja keluar kelasnya bareng Yuju.

"Park Borin."

Yang merasa dipanggil langsung membalikkan badan. Dan Kai merasa hatinya langsung meleleh saat matanya bertemu dengan mata Borin. Kerinduan yang selama ini dipendamnya rasanya semakin meledak begitu melihat wajah cantik Borin.

Tanpa menunggu reaksi dari Borin, Kai langsung menarik tangan Borin dan membawanya menuju tempat yang sekiranya sepi. Kai juga nggak tau sebenarnya dia mau bawa Borin ke mana buat bicara, tapi untungnya Borin diem aja meski Kai setengah nyeret dia.

Kai baru berhenti ketika sampai di bawah tangga menuju rooftop soalnya suasana sepi nggak ada siswa-siswa lain. Kai melepaskan cengkraman tangannya di tangan Borin dan sedikit merasa bersalah mungkin dia tadi bikin tangan Borin kesakitan.

Kai lalu membalikkan badan dan bertemu dengan pandangan penuh tanda tanya dari Borin. Kai jadi grogi mau nanya dan takut dia bakal dapat jawaban yang nggak mau dia dengar.

"Borin....ada hubungan apa antara lo sama Sehun?" Akhirnya Kai nanya, meski hatinya rasanya nggak karuan.

Wajah penasaran Borin tiba-tiba terlihat khawatir dan dia seolah nggak peduli dengan pertanyaan Kai. "Jongin, lo kok pucet banget?"

Kai merasa terbang ke awan. Meskipun Borin belum menjawab pertanyaannya, tapi mendengar Borin menyebut namanya lagi, dia merasa segalanya menjadi benar. Mimpi buruknya nggak jadi kenyataan. Borin masih memanggilnya 'Jongin'.

Kai masih tertegun dan terpesona dengan suara Borin yang memanggil namanya, sampai nggak sadar saat gadis cantik itu maju dan tubuh mereka berdekatan. Borin berjinjit dan memegang dahi Kai lalu sedikit terkesiap.

"Jongin, lu demam!" Borin lalu memegang kedua pipi Kai bikin yang punya pipi deg-degan. "Lo demam tinggi, kenapa masuk sekolah sih?"

Suara bawel Borin menyadarkan lamunan Kai. Meski enggan, Kai menarik tangan Borin dari pipinya. Kai tau kalo dia lagi nggak enak badan, tapi itu semua sekarang bukan hal yang terpenting buatnya. Demam dan pusing yang dirasakannya sekarang nggak ada artinya dibanding sakit hatinya.

"Itu nggak penting. Jawab aja pertanyaan gue plis." Kata Kai, lemah.

Borin masih diam dan memandang Kai dengan tatapan nggak setuju. Setelah mendesah kecewa, Borin akhirnya mengatakan idenya. "Gue jawab pertanyaan lo, tapi setelah kita ke UKS!"

Kai belum sempat protes, saat tangannya ditarik sama Borin. Cewek jago hapkido sih ya, jadi meskipun langsing tapi masih bisa menarik Kai yang badannya lebih gede. Kai juga seakan tak berdaya saat ditarik Borin, karena pertama well badannya lagi lemes karena sakit, kedua dia masih mau dengar jawaban Borin, ketiga karena yang narik tangannya Borin sang pujaan hati, masa nolak?

Jadi sekarang kebalik nih. Kalau tadi Kai yang narik Borin sampai ke bawah tangga rooftop, sekarang dia yang ditarik Borin ke UKS. Banyak yang lihat mereka, tapi Kai cuek dan diam-diam senang.

Saat mereka sampai di UKS, Dokter Seo Hyunjin sang dokter sekolah sedikit kaget melihat dua anak manusia tiba-tiba masuk dengan bergandengan tangan. Kayaknya sadar diperhatiin Bu Dokter, Borin cepat-cepat melepaskan genggamannya dari tangan Kai. Tapi setelah itu dia buru-buru dorong Kai biar duduk di kursi di hadapan sang dokter. Sementara Borin berdiri di belakangnya.

"Kamu pucat sekali Kai." Dokter Seo pastinya lah tau Kai juga, secara murid paling populer di SMA 1.

"Eh iya Bu, lagi nggak enak badan." Jawab Kai setelah sempat bingung harus respon apa.

"Pusing?" Tanya Dokter Seo, sabar.

"Pusing sekali," jawab Kai lemah.

"Kamu berbaring ya, biar saya periksa."

Dokter Seo menuju tempat berbaring pasien. Kai agak malas buat berdiri, tapi karena lengannya dicolek terus sama Borin, terpaksa dia berdiri. Tapi sebelum melangkah menuju ranjang berbaring yang ditutupi tirai, Kai narik Borin juga buat ikut lihat dia diperiksa. Untung Borin nggak nolak.

Kai pun berbaring dan mencari posisi nyaman. Setelah itu Dokter Seo pun langsung meletakkan termometer di ketiak Kai dan memeriksa dadanya dengan stetoskop. Setelah itu, dia memeriksa tekanan darah Kai juga.

"38,1 derajat celcius, ini demamnya tinggi Kai. Tekanan darah juga 80/100, rendah. Untuk sementara saya kasih pereda rasa nyeri, penurun panas, vitamin, dan obat tidur dosis rendah biar kamu istirahat. Nggak ada ulangan kan habis ini?" Tanya Dokter Seo.

"Nggak ada, Bu Dokter!"

"Bagus jadi kamu istirahat dulu di sini, saya chat wali kelasmu. Nanti pulang sekolah kamu ke rumah sakit saya buatkan surat rujukan, takutnya kamu kena typus atau apa. Oke saya ambilkan obat sama kompres dulu biar demammu turun."

"Saya bantu ambilkan kompresnya ya, Bu?" Borin tiba-tiba bersuara.

Dokter Seo tersenyum kepada Borin. "Boleh, ambil saja air dinginnya di lemari es dan kain kompresnya sama baskom ada di rak sampingnya."

"Baik, Bu." Borin langsung gerak cepat sesuai instruksi Dokter Seo, bikin Kai merasa sedikit kehilangan ditinggal dia. Lebay ya padahal masih di satu ruangan juga.

Dokter Seo juga langsung mengambil obat yang tadi dimaksud dan beliau kembali duluan dengan membawa segelas air putih. "Minum dulu pil-pilnya, Kai."

Kai duduk di ranjang dan langsung menenggak pil yang diberikan dokter. Tepat saat itu pintu UKS terbuka dan dua siswi masuk. Yang satunya kelihatan sedang sakit perut.

"Saya ada pasien lagi, biar nanti yang kompres pacarmu saja ya." Kata Dokter Seo bikin Kai hampir tersedak sekaligus senang juga.

Tak berapa lama, Borin datang dengan baskom berisi air dan handuk putih di dalamnya. "Udah minum obat?"

"Udah." Kata Kai sambil tak melepaskan pandangan dari Borin yang terlihat cekatan memeras handuk dengan air dingin. Satu alasan lagi betapa Borin memang istriable.

"Tiduran dong, Jongin, biar nggak pusing."

Cukup sekali perintah, Kai pun nurut dan langsung berbaring lagi. Borin lalu meletakkan handuk dingin di dahi Kai. Kai agak sedikit bergidik, karena dinginnya kontras banget dengan badannya yang demam.

"Udah mau masuk kelas, maaf ya nggak bisa nemenin lo di sini lama-lama. Ada ulangan matematika gue." Kata Borin dan entah kenapa Kai mendengar ada nada penyesalan di suaranya.

Kai memegang tangan Borin. "Nggak pa-pa, tapi jawab dulu pertanyaan gue tadi." Kata Kai pelan, biar nggak ada yang denger selain mereka.

Borin menatap wajah Kai dulu sebelum jawab. "Kenapa lo bisa ngira kalo ada apa-apa antara gue sama Sehun sunbae?"

Pertanyaan balik dari Borin bikin Kai sedikit nervous kalo dia bakal dapat jawaban yang menyakitkan. "Waktu di stadion Olympic.....gue....gue liat lo pelukan sama dia." Sakit rasanya hati Kai ingat kejadian itu sebenarnya.

Borin membelalakkan mata sedikit. "Lo...liat?"

"Iya. Terus dia kemarin juga ngapelin lo kan ke sini." Ada nada sakit hati di kata-kata Kai barusan.

Borin menarik nafas. "Waktu di Olympic stadion ada kejadian yang bikin gue sedih dan nangis. Tiba-tiba Sehun sunbae kebetulan ada di sana dan meluk gue. Gue nggak bisa cerita ke lo sekarang apa kejadian yang bikin gue sedih itu, ehm mungkin lain kali gue ceritain. Tapi yang jelas, gue nggak ada apa-apa sama Sehun sunbae."

"Beneran?"

"Iya." Kata Borin dengan penuh kepastian.

Badan boleh demam, kepalah boleh masih sakit, tapi setelah mendengar jawaban Borin, Kai merasa sembuh mendadak. Hatinya yang selama beberapa hari rasanya membawa berton-ton beban, rasanya langsung adem dan lumer. Kai yang beberapa hari juga seperti lupa caranya senyum, mendadak nggak bisa berhenti tersenyum manis.

Bel masuk setelah istirahat berbunyi. Sebenarnya Kai masih mau ditemenin Borin, tapi dia nggak boleh egois apalagi rasa ngantuk juga udah mulai datang.

"Lo ke kelas sana, semangat ya ulangannya."

"Lo juga istirahat. Nanti jangan lupa periksa ke rumah sakit."

"Tapi gue rasanya udah sembuh denger jawaban lo tadi." Kata Kai sambil meringis.

"Ih apaan sih, pokoknya harus periksa nanti. Awas kalo nggak."

"Iya deh iya. Buruan sana ntar telat."

"Iya ini juga mau cabut. Gue tinggal ya. Get well soon."

Kai memandang Borin yang berjalan perlahan meninggalkannya dengan senyum masih tersungging di bibirnya. Lima menit kemudian, sebelum jatuh tertidur, Kai merasa udah kangen aja sama Borin. Ah cinta!

 

 

 

Berpura-pura tidak tertarik, menghindari matamu
Tolong mengerti, aku harus mengambil semua risikoku
Hanya dengan sekedar lewat
Aku bisa melihat bahwa kau berbeda dari gadis-gadis lain
Aku melihat ke belakang dan keberuntungan masih akan menemukanku

Jangan kehilangan momen ini
Kita akan menggila, wanita keberuntunganku
hari ini akan diingat sekali lagi
Aku haus, bahkan sekarang masih ada begitu banyak yang ingin ku berikan padamu
Aku tak butuh uang, aku hanya perlu dirimu
Aku sangat menginginkanmu

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment