White Noise

Kai, Sang Pejuang Cinta

 

 

Jam istirahat berbunyi. Seperti hari-hari sebelumnya, Kai masih males ke mana-mana. Masih ogah ketemu Borin ceritanya, meskipun aslinya kangen juga lihat cantiknya dia.

"Yuk Kai, ke kantin!" Baekhyun udah siap aja beranjak dari kelas.

Baru saja mau nolak, tiba-tiba muncul Seulgi, sedikit bikin kaget Kai dkk. Seulgi hadir sambil meringis manis.

"Hei Kai!" Seulgi menyapa sambil melambaikan tangan.

Kai memperhatikan Seulgi sejenak. "Udah sembuh, Seul?"

"Udah dong. Oleh karena itu, sebagai rasa terima kasih udah nolongin, yuk gue traktir di kantin sekarang," kata Seulgi sekarang.

"Nggak usah sih. Gue ikhlas kok." Kai masih berusaha menghindari ke kantin.

"Gue juga ikhlas, Kai. Ayolah nggak baik lho nolak rejeki," Seulgi maksa.

"Emang lo bisa sakit, Seul? Dan kapan Kai nolongin lo?" Baekhyun nimbrung.

"Kemarin pas di UMF. Kai tiba-tiba ada di sana waktu maag gue kambuh," jawab Seulgi tanpa melihat ke arah yang nanya.

"Emang lo jadi ke UMF, Kai?" Kyungsoo sekarang yang nanya.

Kai diem. Dia nggak mau bahas soal UMF lagi. Terlalu banyak luka yang tertinggal di sana. Dan dia nggak mau Borin semakin menguasai hati dan pikirannya.

"Hmmm harusnya lo tuh nraktir kita semua. Syukuran udah sembuh. Jangan pelit napa jadi orang?" Baekhyun berkoar yang langsung dapat tatapan menusuk tajam dari Seulgi.

"Ya udah, gue diwakili Baekhyun aja kalo gitu," Kai mencoba berbagi solusi.

"Ogah. Tekor gue kalo nraktir si bebek ini." Seulgi buang muka.

"Kalian nih ya. Dari kelas XI sampe sekarang biar udah nggak sekelas, masih aja ribut. Lama-lama gue jodohin," Kyungsoo berdakwa, bosen soalnya liat Seulgi dan Baekhyun yang nggak pernah akur.

"Amit-amit deh, Kyung, kalo sampe jodoh sama dia." Seulgi bergidik.

"Lo kira gue mau gitu sama lo? Jangan mimpi!" Baekhyun nggak mau kalah.

Seulgi seperti siap meledak. Dia langsung narik tangan Kai buat keluar kelas. Kekuatan cewek yang lagi emosi emang beda, Kai jadi nggak berdaya ditarik Seulgi dan terpaksa ngikut. Waktu adegan menarik tangan Kai, Seulgi nggak ngomong apapun dan jalannya cepet banget kayak dikejar rentenir. Dia baru melepas tangan Kai waktu mau sampe di kantin.

"Heran gue tuh sama Baekhyun, ngeselin banget tau nggak? Ngajak berantem mulu." Seulgi jalan sambil ngegerundel.

Kai berjalan santai di samping Seulgi. "Pacarin aja biar nggak ngeselin."

Seulgi melotot. "Kai, plis ya jangan ikut-ikutan Kyungsoo."

Seulgi dan Kai menghentikan pembicaraan saat mereka memasuki kantin. Semua mata seakan tertuju kepada mereka. Siapa yang nggak tertarik liat Kai dan Seulgi, dua anak kelas XII yang populer dan kind of terlihat serasi, jalan berduaan aja di kantin? Udah gitu mereka langsung menuju meja depan pojok paling yang kebetulan masih kosong. Kai langsung duduk, agak nggak enak dengan tatapan seisi kantin barusan.

"Lo mau pesen apa, Kai?" Seulgi masih dengan tujuannya semula.

"Hmm es jeruk aja deh."

"Makannya?"

"Gue masih kenyang. Serius. Daripada nggak habis?" Kai emang nggak bohong.

"Kalo gitu sama kentang goreng gitu aja ya?"

Setelah dapat anggukan dari Kai, Seulgi langsung menuju tempat pemesanan. Sambil nunggu Seulgi, Kai melipat tangan di dada dengan pandangan kosong. Dia inget waktu Borin manggil buat minta anter ke toko buku. Kai juga duduk di tempat yang sama waktu itu.

Lamunan Kai terhenti, saat melihat dua gelas es jeruk dan sepiring kentang goreng diletakkan Seulgi di meja. Setelah itu secara nggak sengaja, mata Kai bertemu dengan mata indahnya Borin, yang lagi antri pesen makanan sama Yuju. Hanya sedetik mereka bertatapan, Kai langsung membuang muka. Tapi hatinya deg-degan nggak karuan. Dan Kai langsung minum es jeruknya buat menenangkan diri.

"Kai asli gue nggak enak cuma nraktir lo gini doang," kata Seulgi dengan tampang bersalah.

"Kalo lo maksa nraktir, gue kesannya malah nggak ikhlas bantuin lo kemaren."

Baru ngomong gitu, seseorang tiba muncul dan berdiri di samping meja mereka. Kai dan Seulgi otomatis mendongak buat liat siapa. Ternyata Soojung, berdiri dengan tangan terlipat di dada dan wajah serem.

"Apa maksudnya ini?" Kata Soojung sengak sambil menatap tajam ke arah Seulgi.

"Apa maksudnya yang gimana sih?" Seulgi tanya balik, dengan nada bingung.

Kai langsung menutup mata, memegang dahinya dan menarik nafas panjang. Dia ngerti lah apa yang lagi terjadi, karena ini bukan yang pertama kali.

"Ngapain lo makan berduaan sama Kai?" Soojung meninggikan suaranya.

Jelas seisi kantin langsung melihat ke arah Kai, Soojung dan Seulgi. Seulgi langsung terlihat panik dan malu melihat seisi kantin memperhatikan mereka. 

"Bisa pelan nggak sih lo ngomongnya? Malu-maluin tau." Seulgi ngomong setengah berbisik.

Tapi kayaknya Soojung nggak peduli. "Gua nggak peduli. Lo tuh yang harusnya malu uda kegatelan."

Dibilang begitu, Seulgi merasa nggak terima. "Maksud lo apa sih? Salah gue makan sama temen?"

"Temen? Lo kira gue nggak tau lo pdkt sama Kai? Denger ya, Kai kemaren udah nonton berdua sama gue. Lo jangan-jangan coba ngambil kesempatan." Soojung nunjuk Seulgi.

"Plis ya Soojung. Gue sekarang cuma pengen nraktir Kai yang udah nolongin gue pas sakit di UMF kemaren. Nggak ada maksud lebih. Gue sama Kai udah temenan dari SMP ya!" Seulgi menjelaskan.

"Alesan aja lo. Jangan sok baik pake alesan nraktir segala." Soojung masih nyolot.

Kai udah nggak tahan lagi. Panas kupingnya dengar debat nggak sehat antara Seulgi dan Soojung. Belum lagi malu rasanya ngeliat seisi kantin mendadak senyap gara-gara mereka. Apalagi Kai juga tau Borin masih berdiri di tempatnya antri makanan tadi. Kai pun berdiri sambil sedikit gebrak meja, bikin Soojung stop apapun yang mau dikatakannya barusan.

"Apa yang dibilang Seulgi itu bener." Kai ngomongnya tenang tapi tegas. "Dia nraktir karena udah gue tolongin pas sakit kemarin. Buat gue, Seulgi cuma temen. Sama kayak lo. Maaf kalo lo udah berpikiran lain kemaren. Tapi gue setuju nemenin lo nonton gara-gara gue stres dan merasa butuh hiburan. Jadi plis, stop ini semua. Jangan bikin malu kita bertiga kayak gini."

Soojung langsung pucat dan mematung. Kai langsung balik badan. Secepatnya menyingkir dari tatapan seisi kantin dan mungkin juga dari Borin.

Sejujurnya setelah ngomong barusan, Kai pengen menghampiri Borin dan bilang sama semuanya kalau sebenernya yang dia cinta cuma Borin seorang. Tapi Kai nggak sanggup ngelakuin itu.

Langkah Kai terasa berat. Terlalu banyak luka dan rasa rindu di dadanya buat Borin.

 

***

 

Seisi sekolah sepertinya sudah tau soal tragedi cinta segitiga antara Kai, Seulgi, dan Soojung. Ya mau gimana lagi, dari para saksi mata di kantin tadi pun berkembang jadi pembicaraan paling hangat via mulut ke mulut. Semuanya juga pasti tertarik lah denger cerita tentang dua gadis cantik 'memperebutkan' cinta pangeran sekolah. Walau sang pangeran menolak keduanya. Itu istilah yang dipakai Baekhyun waktu mencoba konfirmasi ke Kai soal tragedi kantin yang untungnya nggak berdarah dan menuju ruang BK.

Sepulang sekolah, Kai sengaja agak lamaan dikit di kelas. Dia menunggu sekolah agak sepian dikit. Agak parno dia kalau-kalau banyak yang masih membicarakan soal kejadian di kantin tadi. Kyungsoo dan Baekhyun udah duluan gara-gara ada panggilan mendadak dari klub seni.

Setelah merasa aman dan bosan di kelas, Kai pun bersiap pulang. Dan memang sih nggak terlalu rame, tapi masih aja ada yang berkeliaran di sekolah. Dan Kai pun merasa kalau masih banyak yang ngomongin di belakangnya soal tragedi kantin. Malu sebenarnya, tapi Kai berusaha terlihat cuek.

Keluar dari gedung sekolah, Kai disambut dengan awan mendung. Dia mendesah pelan karena merasa bahkan alam pun sedang tak memihak kepadanya kali ini. Dengan langkah yang nggak ada semangat-semangatnya, Kai berjalan di lapangan menuju gerbang sekolah.

Sudah jatuh tertimpa tangga. Itulah yang Kai rasakan waktu dia melihat pemandangan yang nggak disangka-sangka di gerbang sekolah. Meski dari belakang, Kai tau itu punggung Borin. Tapi yang bikin dunia Kai rasanya runtuh, Borin nggak sendiri. Gadis cantik itu sedang ngobrol dengan Sehun.

Kai menarik nafas dan meyakinkan diri untuk tetap bersikap seolah tak peduli. Dia harus tetap melangkah dan pura-pura nggak melihat mereka berdua.

Tapi terlambat. Sehun udah liat Kai juga.

"Kim Kai. Apa kabar bro?" Sehun menyapanya dengan senyuman arogan yang bikin Kai mengepalkan tangan kanannya secara nggak sadar. 

Borin sendiri langsung berbalik buat ngeliat Kai setelah mendengar sapaan Sehun. Dan Kai menahan diri buat nggak menatap Borin balik. Dia nggak mau Borin melihatnya menderita dan merasa kalah.

"Baik. Lo sendiri?" Kai berusaha tenang, walau hatinya ingin menghancurkan segalanya.

"Baik banget dong, apalagi abis ngapelin si cantik ini." Kata Sehun senyum-senyum.

Semua kata kasar berkecamuk di pikiran Kai. Tapi dia tetap berusaha terlihat terhormat, nggak mau jadi pecundang. "Oh." Cuma itu respon Kai.

"Gimana persiapan SMA1 buat kompetisi nanti? Semoga bisa jadi sedikit ancaman ya buat SMA 2." Sehun dan kesombongannya kumat lagi.

"Kita lihat nanti ya siapa yang jadi juara." Kai tersenyum sambil menepuk bahu Sehun.

Setelah itu Kai berjalan lagi meninggalkan Sehun dan Borin. Senyum percaya diri yang tadi dipamerkannya untuk Sehun langsung lenyap. Kai secara nggak sadar memegang dadanya. Sesak, rasanya seperti baru ditimpa beban berton-ton beratnya.

Pikiran Kai pun terbang ke mana-mana. Bahkan saat seharusnya dia berhenti di halte dekat sekolah, Kai tetap lanjut jalan. Antara nggak mau bertemu dengan siswa sekolahnya gara-gara kejadian di kantin, Kai juga merasa perlu untuk mencari sesuatu yang bisa menghentikan pikiran-pikiran buruknya.

Kai terus berjalan. Tak ada arah tujuan pasti, hanya mengikuti ke manapun kakinya melangkah.

Sampai nggak sadar dia berhenti di depan toko buku, tempat di mana dia melihat senyum bahagia Borin saat dapat novel yang diinginkannya. Kai masih ingat jelas keceriaan Borin saat itu.

Kai lalu melihat di ujung jalan. Burger king. Tempat di mana akhirnya dia makan bareng berdua saja dengan Borin, mendengarkan celotehannya, melihat senyum dan gelak tawanya, memandang mata indahnya yang berbinar. Kai rasanya kangen banget sama Borin.

Lamunan Kai baru berhenti saat ia merasakan sesuatu di kepalanya. Gerimis. Orang-orang di sekitarnya pun berlarian mencari tempat berteduh saat gerimis itu perlahan berubah menjadi tetesan air yang lebih deras. Tapi bukannya mencari tempat berteduh, Kai malah mendongak ke atas. Merasakan tetesan air hujan di wajahnya sesaat dan anehnya ia merasa tenang karena itu.

Kai lalu melanjutkan langkahnya sampai berhenti di halte untuk menunggu bus. Tiba-tiba rasa sedih datang lagi saat dia ingat waktu di halte ini sama Borin setelah makan di Burger King. Dulu waktu sama Borin, halte ini ramai sampai mereka nggak dapat tempat duduk. Sekarang halte ini kosong, seakan mendukung kesepian di hati Kai.

Kai juga sadar, dia berdiri di tempat yang sama seperti dulu, meskipun bangku panjang di sampingnya kosong melompong. Bedanya, dia sendiri, nggak ada lagi Borin di sampingnya.

Apakah ini pertanda kalau Kai harus merelakan dan melupakan segala perasaannya buat Borin? Haruskah dia menerima kenyataan kalau bukan dirinya yang akan membuat Borin bahagia?

Dia kangen Borin. Amat sangat kangen. Dan rasa kangen ini membuat tubuh Kai terasa lemah dan lelah. 

Kai merosot jatuh terduduk. Ia lalu memeluk lututnya erat-erat seakan dengan begitu ia dapat kekuatan. 

Kai pun menyembunyikan wajahnya di antara lutut dan tangannya. Dan lagi-lagi ia tak kuasa menahan air mata.

Tak ada yang tau kerisauan hatinya. Tak ada yang mendengar sedu sedannya yang terbawa suara derasnya air hujan dan petir yang menyambar.

 

 

Malam-malam sepi
Pagi hari di saat aku tak bisa mencegahmu untuk meninggalkanku, aku pun tersingkir oleh suara ombak
Kenangan-kenanganku kembali di saat aku bersamamu, tak begitu lama
Aku merindukanmu seiring berjalannya waktu, suaramu yang cantik dan bahkan nafasmu yang pendek

Aku mendengarmu aku merasakanmu
Aku tak bisa melihatmu tapi aku bisa mendengarmu
Yang hanya perlu aku lakukan adalah menutup mataku dan menemukanmu di antara semua suara di dunia
Tawa kecilmu
Itulah yang aku butuhkan, mengetahui kalau kau baik-baik saja

Kau menjadi hujan dan menetes
Bisakah kau  menetes dengan sedikit lebih deras sehingga perasaanku yang rumit akan terhapus?
Dengarkan baik-baik, di suatu tempat yang tak begitu jauh, seseorang masih berdiri di tempat yang sama, hanya memikirkanmu

Di sini, aku bertanya bagaimana keadaanmu bahkan setelah jejak-jejakmu menghilang di antara suara yang melewatiku 
Bahkan nafas kecil pun bisa melewatiku
Aku rasa angin ini pun mungkin telah melewatimu
Tiba-tiba semuanya masih terasa seperti mimpi
Aku lah seseorang yang tersesat dalam kabut putih

Seseorang mencintaimu
Tolong ketahuilah ini
Meskipun aku tak bisa bertahan, untuk sesaat bertahanlah dengan kuat

Kau mungkin tak di sampingku tapi kau ada di dalam diriku
Saat aku menutup mataku, keluarlah dan lihat salah satu hari-hari kita yang tak terhitung
Aku harap kau bahagia di manapun kau berada

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment