Boomerang

Kai, Sang Pejuang Cinta

Viva Polo Café

Kai memandang nama cafe di depannya. Sejenak dia ragu buat masuk. Chanyeol sedang menunggunya di dalam.

Kai janjian hangout dengan Chanyeol sejak zaman dahulu kala dan baru terlaksana hari ini. Memang benar kata banyak orang, kadang sesuatu itu nggak perlu direncanakan biar jadi. Seperti Chanyeol dan Kai ini lah contohnya. Chanyeol tiba-tiba ke rumah Kai minta ajarin fisika kemarin dan Sabtu malam ini mereka janjian atau tepatnya Chanyeol yang maksa supaya mereka hangout bareng. Karena dari dulu rencana mereka batal terus, Kai terpaksa mengiyakan ajakan Chanyeol. Chanyeol emang nggak tinggal di asrama lagi, bosen katanya.

Dan sekarang dia sudah berdiri di depan cafe tempat janjian mereka.

Kai sebenarnya juga kangen hangout dengan Chanyeol, makanya kemarin dia setuju aja meskipun temannya ini selalu mengingatkan pada sosok seorang gadis. Ya gimana nggak inget Borin kalo Chanyeol ini kakaknya cewe yang dia sayang? Untung aja kemarin Chanyeol serius belajar dan nggak bahas Borin sama sekali. Semoga sekarang juga.

Berdasarkan chat terakhirnya, Chanyeol bilang dia sudah dipojok. Kai pun langsung menuju ke sana. Chanyeol mengangkat tangannya begitu melihat sosok Kai.

"Hei," sapa Kai sambil highfive dengan Chanyeol. "Udah pesen lo?" Tanyanya sambil duduk.

"Barusan aja. Buruan pesen lo!"

Kai memanggil pelayan dan segera memesan matcha latte dan steak sirloin. Setelah itu dia dan Chanyeol pun terlibat berbagai percakapan, mulai dari bola sampai wajib militer. Keduanya juga mengenang masa lalu dan hal-hal yang mereka terlewatkan selama nggak ketemu. Sambil makan menu yang mereka pesan pastinya.

Sampai akhirnya Chanyeol membuka percakapan yang dihindari oleh Kai...

"Lo lagi ada masalah sama Borin, Kai?" Tanya Chanyeol, bikin jantung Kai terasa tertohok.

Kai bersyukur dia nggak lagi minum, bisa-bisa tersedak denger pertanyaan Chanyeol yang out of nowhere barusan. Dia langsung mikir kudu jawab apaan. Dibilang ada masalah ya memang ada, tapi gimana ya status mereka tuh bukan apa-apa jadi ini sebenarnya masalah apa kategorinya. "Nggak kok." Akhirnya Kai jawab begini doang.

"Dia galau mulu akhir-akhir ini. Terus tadi kan mau gue ajak gitu, gue bilang mau hangout sama lo. Eh dia diem aja, terus nutup kamar," cerita Chanyeol.

"Ya kali galaunya gara-gara gue," kata Kai, berusaha menanggapi sebiasa mungkin.

"Kalo bukan gara-gara lo, gara-gara siapa hah?"

"Bukan gue pastinya. Dia nggak suka gue kok." Kai membuang muka.

"Gue potong urat nadi gue kalo Borin nggak suka sama lo."

Kai langsung lihat Chanyeol lagi. Kata-kata Chanyeol tadi bikin dia agak kaget. Borin suka dia? Kenapa Chanyeol bisa seyakin ini sih?

"Denger Kai, Borin tuh adek gue. Gue tau dia kayak gimana. Emang sih dia nggak pernah cerita. Sama kayak lo yang nggak pernah cerita soal ini. Tapi kalian berdua tuh dari dulu udah obvious banget tahu nggak," kata Chanyeol, terus ketawa.

Kai makin penasaran dengan pernyataan Chanyeol. Dia udah paham kalo seluruh dunia tahu Kai suka sama Borin. Tapi Borin suka dia juga? Cuma Chanyeol doang yang bilang gini. Kai pengen tanya lebih lanjut tapi nggak tau kenapa dia melarang mulutnya untuk bicara.

Untungnya di saat Kai terdiam, Chanyeol nggak tinggal diam. "Emangnya lo nggak suka lagi sama Borin?"

Pertanyaan Chanyeol luar biasa banget buat Kai. Dia berharap banget perasaan ini berakhir, biar dia bisa bernafas lagi. Masalahnya Borin terlalu indah buat dilupakan. Perjuangannya selama ini terlalu banyak buat dikorbankan begitu aja. Intinya biarpun Borin sering bikin sakit hati, Kai masih sayang banget bangetan sama dia.

"Menurut lo gimana?" Tanya Kai, dengan nada hati-hati.

"Kalo lo nggak suka Borin, gue penggal kepala gue," kata Chanyeol, kali ini ngakak sampe terpingkal-pingkal.

Sial. Kai menghembuskan nafas dengan berat. Pengen rasanya menggal kepala Chanyeol biar berhenti ketawa. Masalahnya Chanyeol bener, dia masih amat sangat sayang banget sama Borin.

 

***

 

Kai naik bus yang akan mengantarkannya ke sekolah. Saat naik, dia berdoa supaya di halte berikutnya, Borin nggak naik bus yang sama dengannya. Bukannya nggak mau ketemu (Kai udah lima hari nggak ketemu Borin by the way di sekolah, sampe diitungin gitu kan sama dia. Entah kenapa Kai merasa mereka berdua saling menghindar), tapi Kai bingung aja harus bersikap gimana kalo ada Borin.

Kai baru aja duduk di salah satu kursi, saat seseorang yang duduk di sampingnya, yang lebih dulu duduk di situ pastinya, mendadak nyapa.

"Oh? Halo," kata orang itu.

Kai melihat seorang cowok berseragam sedang tersenyum cerah padanya. Cowok itu juga menganggukkan kepala, bikin Kai ikutan nganggukin kepala juga, demi yang namanya tata krama. Kai nggak kenal, tapi kayak pernah lihat.

"Sunbae, ingat saya?" Tanya cowok itu, sopan dan formal.

Kai memperhatikan cowok di sebelahnya yang walaupun sopan tapi sungguh sok kenal sok dekat. Dilihat dari seragamnya, bukan anak SMA 1, tapi kok pede banget manggil dia 'sunbae'. Apa adik kelas zaman SMP? Cowok ini Kai akui ganteng dan putih banget, kayaknya juga anak baik-baik. Kai melirik nametagnya, 'Cha Eunwoo'. Dan tiba-tiba dia inget, ini salah satu cowok yang bersama Borin di 'tragedi' Common Ground tempo hari.

"Saya yang sama Borin waktu itu di Common Ground." Si Cha Eunwoo jawab sendiri pertanyaannya, mungkin karena Kai kelamaan mikir.

Dugaan Kai benar. Cowok ini yang sama Borin waktu itu. Ingatan tentang kejadian di Common Ground, terulang lagi di kepalanya, bikin Kai mendadak pusing.

"Nama saya Cha Eunwoo," katanya sambil mengulurkan tangan ngajak kenalan.

Buat apa sih? Kai males sumpah. Dia nggak mau tau tentang cowok-cowok dalam kehidupan Borin. Apalagi Cha Eunwoo ini cuma bakal ngingetin kenangan buruk itu. Tapi lagi-lagi Kai inget yang namanya tata krama. Lagian si Eunwoo ini kayaknya baik, Kai jadi nggak tega mau menolak diajak kenalan.

"Kai," katanya sambil menjabat tangan Eunwoo, singkat. Kai tau Eunwoo melirik nametagnya yang bertuliskan 'Kim Jongin' dan keliatan bingung. "Namaku Kim Jongin, tapi di sekolah biasa dipanggil Kai," ujarnya menjawab kebingungan Eunwoo.

"Ooohh." Eunwoo merespon singkat lalu ketawa kecil.

Kai berharap busnya segera sampai di halte sekolah. Sumpah dia sama sekali nggak mau beramah tamah dengan Eunwoo.

"Sunbae, boleh nanya sesuatu?"

Harapan Kai nggak terkabul. Si Eunwoo ini kayaknya luarnya aja yang kalem, tapi sebenarnya cerewet. Masa sama orang baru dikenal udah sok akrab banget gini?

"Apa?" Kata Kai, not interested dari nada suaranya.

"Hmmm...Kai sunbae, pacarnya Borin ya?"

Udah lama rasanya Kai nggak dapet pertanyaan ini. Dan perasaannya masih sama, masih deg-degan, masih pengen jawab iya. Tapi apa daya fakta dan realita berkata lain. Kai pun cuma bisa menggeleng awkward buat menjawab pertanyaan Eunwoo barusan.

Entah kenapa Kai melihat ekspresi kecewa di wajah Eunwoo saat dia menggeleng barusan.

"Hmm kirain. Soalnya setelah ketemu sama Sunbae waktu itu, Borin nangis," kata Eunwoo.

"Nangis?" Kai kaget dengar kata Eunwoo barusan. Untuk pertama kalinya dia merespon pernyataan Eunwoo dengan cepat.

"Iya. Kami sampe bingung Borin kenapa, pertama kalinya liat dia nangis. Waktu ditanya kenapa, dia nggak jawab. Sempet nanya soal Sunbae, tapi terus dia mohon supaya nggak bahas masalah ini. Karena bikin dia makin sakit katanya. Makanya saya ngira, Sunbae pacarnya Borin. Soalnya Borin kan nggak pernah sama sekali bahas soal cowok kalo sama teman-temannya," cerita Eunwoo.

Kai tertegun. Entah kenapa hatinya terasa sakit mendengar cerita Eunwoo. Borin nangis gara-gara Kai? Mendadak perasaan bersalah udah menyakiti gadis yang disayang membuat Kai merasa sulit bernafas. Apa kata-katanya waktu itu terlalu kejam?

Bus berhenti di halte tempat Kai turun. Dengan perasaan yang tak bisa terdefenisikan, Kai berdiri.

"Duluan ya. Hati-hati," kata Kai, pamitan pada Eunwoo.

"Iya, Sunbae." Kata Eunwoo sambil tersenyum.

Turun dari bus, Kai masih merasa bingung. Bingung harus bagaimana. Bingung karena kebodohan yang telah dilakukannya.

 

***

 

Kai berdiri bersandar di dinding, samping pintu keluar gedung sekolah. Dia nunggu Kyungsoo dan Baekhyun yang mendadak ada urusan di klub seni. Nggak tahu kenapa Kai kok males aja nunggu dua temannya di halte.

Kai masih mellow. Masih kepikiran apa yang dibilangin sama Eunwoo di bus tadi soal Borin. Dia pun dari tadi nunduk melihat ujung sepatunya yang agak berdebu garagara tadi sempat main bola di lapangan di jam istirahat.

Kai tiba-tiba mengangkat kepala, kayak semacam dapat bisikan gitu. Dan entah kebetulan atau memang ditakdirkan begitu, Borin aja keluar dari gedung sekolah. Sendirian, tanpa Yuju seperti biasanya.

Borin juga jalannya lempeng aja nggak menoleh kanan kiri, jadi dia nggak tahu kalau ada Kai berdiri di samping pintu keluar. Walau dia kayak nggak peduli dengan sekeliling, tapi Borin sukses bikin hati Kai makin bergejolak. Kai nggak bisa mengalihkan pandangan dari punggung Borin yang perlahan makin menjauh.

Entah dapat dorongan dari mana, Kai tiba-tiba melangkahkan kakinya. Kini dia berjalan beberapa meter di belakang Borin, pelan-pelan, nggak ada niat buat menyalip si gadis yang juga tengah berjalan santai. Sambil jalan, pandangannya sama sekali nggak lepas dari Borin. Untungnya nggak nabrak apa-apa.

Sampai akhirnya, Borin sampai di halte bus. Dia lalu berhenti dan berdiri di tengah-tengah. Kai juga berhenti, beberapa meter dari halte dan masih memperhatikan Borin.

Borin tampak memandang lurus ke depan. Entah ada apa dengannya. Padahal di halte ramai juga yang lagi nunggu bus atau jemputan. Sesekali dia melirik ke atas, mengintip langit yang lagi sendu karena awan hitam sedikit menutupi sinar matahari.

Indah. Satu kata itu tak lepas dari kepala Kai kala memandang Borin yang tengah berdiri di halte. Dari ujung sepatu hingga ujung rambut, tak satupun luput dari pandangan Kai. Mendadak Kai merasa dirinya creepy banget, tapi ya gimana dia kangen Borin banget tapi entah kenapa nggak berani dekat bahkan buat sekedar bilang hai.

'Borin, gue harus apa? Tolong lihat gue, biar jadi tanda supaya gue nggak menyerah'. Kai serasa ngomong dengan diri sendiri.

Sebuah mobil sedan warna hitam berhenti. Mobil Yoora noona. Seperti biasa, Yoora noona manjain adik bungsunya. Tapi nggak apa-apa sih, kalo dijemput kakaknya kayak gini, Borin lebih aman.

Borin melangkah mendekati mobil sang kakak. Tangannya memegan gagang pintu. Pintu mobil terbuka, tapi Borin malah nggak langsung masuk. Dia berdiri mematung sebentar. Dan bagaikan gerakan slow motion dalam drama, dia menoleh ke arah kanan.

Borin pun melihat Kai yang dari tadi memandangnya. Meski jarak mereka cukup jauh, tapi mata mereka saling bertemu. Tanpa kata, mereka saling memandang. Jantung Kai berdetak kencang, seluruh tubuhnya seakan bergetar.

Borin melepas pandangan dari Kai, kayaknya dipanggil Yoora noona. Pintu mobil lalu terbuka lebar dan Borin pun masuk ke dalam.

Mobil Yoora noona perlahan meninggalkan halte. Meninggalkan Kai yang masih serasa kena electric shock. Dia masih berdiri, di tempatnya semula. Tak bergerak dan melihat mobil Yoora noona sampai hilang dari pandangan.

Kai sedikit terlonjak kaget, saat sebuah tepukan ringan mendarat di bahu kirinya. Ternyata Baekhyun, yang tiba-tiba sudah ada di belakangnya bersama Kyungsoo.

"Ngapain sih lo bikin kaget aja," kata Kai sambil megang jantungnya yang makin nggak karuan rasanya.

"Gitu doang. Lo ngapain di sini? Katanya nunggu depan pintu masuk. Kirain udah pulang," kata Baekhyun.

Kai juga nggak paham kenapa dia ada di sini. Bagai ditarik bidadari rasanya. Tapi kemudian dia teringat saat Borin menatapnya tadi. Senyum tanpa sadar hadir di bibir Kai.

"Ngapain senyum-senyum lo?" Tanya Kyungsoo.

"Gue mau berjuang," jawab Kai, merangkul pundak Kyungsoo lalu ketawa riang.

"Berjuang?" Baekhyun keheranan.

"Berjuang melawan kalian biar jadi pemenang di pertarungan game kali ini," kata Kai, ngeles.

"Lupa ya kalo master of game ada di sini?" Sahut Baekhyun.

Kai cuma senyum, lalu mengangkat bahu. "Sorry nggak ada give up dalam kamus gue," kata Kai.

Kai lalu menatap langit. 'Park Borin, I will never give you up'.


Kini ku tinggalkan waktu
Saat semuanya terasa selaras denganmu
Aku janji pada diriku untuk meninggalkanmu
Tapi ombak membawaku kembali

Seperti panorama di depan mataku
Di pemandangan yang tak asing
Aku memandangmu
Semuanya baik-baik saja, aku tak bohong
Semuanya terulang lagi padaku

Seperti kebohongan, aku kembali
Aku bawa diriku sejauh mungkin
Lagi, aku kembali
Seolah aku janji kembali seperti bumerang
Jadinya aku kembali ke tempat sebelumnya
Lebih tinggi lebih jauh
Aku coba terbang tapi padamu aku kembali

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment