Going Crazy

Kai, Sang Pejuang Cinta

 

Ulangan berhasil membuat Kai lupa sejenak soal Borin. Ya walaupun kadang pas lagi jawab soal, mendadak bayangan Borin berkelebat di kepalanya. Tapi untungnya Kai merasa ulangannya sukses.

Hari itu Kai lagi-lagi nggak ada interaksi dengan Borin. Rasanya kangen banget, tapi apa daya, Borin kayaknya lagi menghindar. Dan Kai nggak tau kenapa.

 

****

 

Besok paginya, saat berjalan menuju sekolah setelah turun di halte, Kai melihat Borin turun dari mobil Yoora noona. Dia cuma memperhatikan Borin, yang nggak sadar kalo lagi diperhatiin.

Sejenak ragu, apakah Kai harus nyapa Borin? Tapi kalo dicuekin gimana? Dia mendesah. Kai lalu membulatkan tekat dan mengejar Borin. Masa bodo lah dicuekin atau nggak, udah biasa digituin juga sama Borin.

Kai menepuk pundak Borin, saat mereka sampai di halaman sekolah. Hati Kai rasanya berdegup kencang saat Borin menoleh dan mata mereka bertemu. Tak sadar, Kai langsung senyum bisa melihat wajah cantik Borin secara dekat lagi. Ya walaupun Borin-nya nggak senyum sih.

"Hey," sapa Kai, nggak bisa berhenti senyum.

Anehnya Borin cuma diam, nggak balas sapaan Kai. Nggak apa-apa yang penting dia nggak kabur aja deh.

"Nanti pulang sekolah gue mau nraktir Baekhyun, Kyungsoo, Suho, Jongdae, Minseok. Ikut yuk! Please?" Kai memohon.

Kai sebenernya pengen nanya, kenapa Borin nggak bales chat dan kayaknya menghindar. Tapi setelah dipikir, kok kesannya kayak posesif banget, padahal mereka belum sah pacaran. Makanya Kai langsung to the point aja ngajak Borin buat ikutan traktirannya nanti.

Borin nggak langsung jawab. Dia cuma diem, bikin Kai bingung harus gimana.

"Gue nggak bisa. Nanti ngerjain tugas sama Yuju."

Jawaban Borin dengan nada datar, lagi-lagi bikin Kai kecewa. Dan dia semakin yakin kalo Borin emang sedang menghindar.

"Udah dulu ya, gue mau ke kelas, piket," kata Borin, tanpa ngomong apa-apa lagi langsung menuju kelasnya, meninggalkan Kai yang masih berdiri terpaku dengan sejumlah pertanyaan dan kebingungan.

 

*****

 

Sebelum menuju cafe tempat traktiran, Kai bersama Suho dan Jongdae nunggu Baekhyun dan Kyungsoo yang lagi ada urusan di klub seni. Lumayan ada satu jam mereka menunggu, sampai Jongdae protes mulu karena Baekhyun dan Kyungsoo nggak selesai-selesai.

Makanya pas Baekhyun - Kyungsoo muncul, Jongdae langsung pura-pura kesal sama dua temannya itu dan jitak kepala mereka satu-satu. Bikin yang dijitak, balas jitak dan terjadilah drama antara ketiganya dalam perjalanan menuju halte. Kai cuma masang wajah blank mode on lihat kelakuan temennya (tapi dari tadi pagi Kai emang diem nggak banyak bicara and you know why). Sedangkan Suho dan Minseok cuma geleng-geleng kepala sambil ketawa.

Waktu sampai halte, Jongdae, Baekhyun dan Kyungsoo masih aja ribut sendiri. Mata Kai langsung tertuju pada Yuju yang juga lagi ada di halte, sendirian. Tanpa Borin.

Kai mendekati Yuju. "Yuju!"

Yuju keliatan kaget karena tiba-tiba disapa Kai. Dia menganggukan kepala buat Kai. "Ah, Sunbae."

"Kok sendirian? Udah selesai tugasnya?" Tanya Kai dengan lembut. Strategi Kai, kudu baik sama sahabat Borin sekaligus jaga wibawa sebagai senior.

"Tugas? Tugas apaan, Sunbae?" Yuju malah tanya balik, kebingungan.

Dengar pertanyaan Yuju, Kai langsung merasa ada yang nggak beres. "Oh kirain ada tugas. Borin kayaknya sibuk banget."

"Oh tugas diskusi bahasa Inggris maksudnya? Udah selesai kemarin sih, lagian Borin nggak sekelompok sama aku."

Hm? Kai makin nggak tenang hatinya. "Terus Borin ke mana? Kok tumben lo sendiri, biasanya kalian nggak bisa terpisahkan."

"Wah maaf kurang tau, Sunbae, tadi dia kayak buru-buru pulang gitu," jawab Yuju.

Kai terdiam, nggak tau harus berkomentar apa. Dia merasa ada sesuatu yang menusuk jantungnya. Sakit.

Sebuah mobil berhenti di depan Kai dan Yuju. Yuju lalu menghentikan lamunan Kai.

"Sunbae, pulang dulu sudah dijemput eomma," pamit Yuju.

"Oh iya. Hati-hati," kata Kai setelah tersadar dari lamunan.

"Kai!" Panggilan Baekhyun makin bikin Kai sadar. "Buruan naik bis woy!"

Kai langsung lari dan jadi yang terakhir naik bus. Dia lalu memilih duduk pojok paling belakang, selain karena cuma deretan kursi itu yang kosong, Kai juga mau nenangin diri dari fakta yang barusan dia dapat.

Begitu duduk, pikiran Kai langsung tertuju pada Borin dan kebohongannya. Entah kenapa Kai rasanya sedih dan kecewa banget dengan kebohongan Borin. Kenapa dia harus pake alasan nugas buat nolak ajakan Kai? Ada apa sebenarnya sampai Borin tiba-tiba menjauhinya?

Sepanjang perjalanan, Kai terus diam sambil memandang keluar jendela.

 

****


Common Ground adalah salah satu tempat nongkrong favorit anak muda di Seoul. Termasuk Kai dkk. Tapi karena lokasi yang agak jauh, mereka jarang ke sana. Biasanya nunggu ada acara tertentu, kayak traktiran Kai ini. FYI, Kai traktir sebagai bentuk syukuran udah dapat emas di olimpiade fisika. Suho belum traktiran, katanya nunggu Joohyun mau diajak ikut dulu. Iyain aja.

Kai dkk memasuki wilayah Common Ground. Yang paling semangat Baekhyun dan Jongdae yang mendadak langsung akur. Padahal di bus tadi mereka masih ribut. Tanpa dikomando mereka menuju salah satu cafe yang selalu mereka kunjungi kalau ke sana.

Kai mengikuti teman-temannya menuju cafe favorit mereka. Saat baru memasuki cafe, Kai mendadak mematung ketika mendengar suara tawa. Nggak perlu lihat orangnya, dia langsung tahu itu suara tawa siapa. Matanya segera mencari dari mana suara tawa itu berasal. Tak perlu waktu lama, Kai melihatnya. Borin.

Borin nggak sendirian. Dia ditemani oleh empat cowok, yang dilihat dari seragamnya, berasal dari SMA yang berbeda-beda. Borin dan empat cowok itu baru saja dari kasir. Mereka kelihatan have fun dan nggak berhenti tertawa sambil berjalan meninggalkan kasir. Borin diapit dua cowok. Dua cowok lainnya di belakang Borin.

Kai membatalkan niatnya mencari tempat duduk. Dia berjalan menuju Borin. Pandangan matanya tertuju pada Borin, yang ngobrol dengan cowok di sebelahnya, dan belum sadar kalau ada Kai.

Kai berhenti saat Borin tepat di hadapannya. Borin yang merasa ada yang menghalangi jalannya, otomatis berhenti dan nggak bisa menyembunyikan ekspresi kaget waktu tahu siapa yang sedang ada di hadapannya. Teman-teman Borin juga ikutan berhenti dan memperhatikan Kai.

Kai menatap Borin, tanpa ekspresi. Tapi siapapun yang lihat pasti langsung tahu kalau ada bara api yang berkobar di matanya. Dari nametag seragamnya, dua cowok yang mengapit Borin adalah Cha Eunwoo dan Kim Hanbin, dua-duanya anak SMA 3 kalo dilihat dari seragamnya. Yang belakang Kim Mingyu dan Kim Rowoon, anak Whimoon dan Hanlim.

"Siapa?" Salah seorang yang di belakang Borin bertanya pada teman di sampingnya. Pelan, tapi cukup buat didengar Kai. Yang ditanya cuma mengangkat bahu. Cowok itu kayaknya masih kepo. Dia memajukan tubuhnya sedikit ke depan dan tanya pada Borin, "Borin, siapa? Lo kenal?"

Borin mengalihkan tatapan matanya dari Kai. Dia memiringkan wajahnya sedikit ke belakang dan menjawab pertanyaan temannya dengan pelan, "Kakak kelas gue."

'Kakak kelas gue'

Entah kenapa dua kata yang baru saja diucapkan dari bibir Borin itu bagai menusuk jantung Kai. After all this time, setelah semua senyum, tawa, dan ciuman itu, ternyata Kai masih sekedar kakak kelas buat Borin. Kai menahan tawa pahitnya untuk meledak. Tawa pahit untuk menertawakan kebodohannya selama ini.

Setelah jawab pertanyaan temannya, Borin melihat ke arah Kai lagi. Dia tampak mau mengatakan sesuatu, tapi Kai dengan sigap bertanya lebih dulu.

"Yuju mana?" Tanya Kai, terdengar dingin dan tatapan mata mengintimidasi. Buat yang kenal Kai, pasti bakal kaget liat dia seperti ini. Sisi lain dari seorang Kai ini biasanya cuma dia tunjukkan buat orang-orang yang nggak dia suka. Dan Kai termasuk jarang nggak suka sama orang, kecuali yang orangnya emang ngeselin banget.

Borin yang tadi mau ngomong, langsung terdiam. Sampai beberapa detik, masih belum ada jawaban dari Borin. Tiba-tiba aura cafe jadi semacam perang dingin.

Tak kunjung dapat jawaban juga, Kai buka suara lagi. "Kenapa diem aja? Nggak tau Yuju ke mana? Kalo gitu gue kasih tau. Dia tadi dijemput eommanya pulang dan katanya nggak ada tugas," kata Kai diakhiri dengan senyuman sinis.

Borin masih diam.

Kai melanjutkan lagi kata-katanya. "Cuma mau bilang aja, kalo bohong nggak usah bawa-bawa teman. Kasian dia yang nggak tau apa-apa malah jadi bahan kebohongan. Tapi ngapain sih ya gue ngomong gini. Gue kan bukan siapa-siapa, cuma sekedar kakak kelas aja." Kai ketawa. Tapi ketawanya sumpah penuh sarcasm.

Borin masih menatap Kai dengan mata yang berkaca-kaca. Sorot matanya juga menunjukkan rasa marah dan benci. Borin pun tetap tak mengeluarkan satu kata pun buat Kai.

Tawa Kai hilang berganti dengan ekspresi wajah dingin yang benar-benar nggak enak dilihat. Dia memutar tubuhnya dan berjalan meninggalkan Borin. Kai lalu kembali ke teman-temannya yang masih belum beranjak dari pintu masuk cafe dan berdiri di samping Baekhyun tanpa melihat Borin lagi. Tapi dari sudut matanya, dia tahu Borin langsung pergi meninggalkan cafe bersama cowok-cowok itu.

Setelah Borin keluar cafe, hati Kai makin remuk rasanya. Rasanya tubuhnya lemah, bahkan buat nafas pun rasanya berat.

Sebuah pijatan lembut di pundak kirinya, menyadarkan Kai biar nggak semakin tenggelam dari rasa sakit. Baekhyun menepuk pundak Kai, seakan memberikan kekuatan dan semangat.

Teman-teman Kai yang baru saja menjadi saksi pemandangan nggak mengenakkan ini, semua terdiam. Mereka pastinya nggak tahu harus berkata apa di situasi ini.

Kai memecah kesunyian. "Sorry guys nggak maksud bikin suasana jadi gini. Ayo buruan pesen apa aja yang kalian pengen. Plis jangan diem juga kalian, gue emang nggak baik-baik aja, tapi gue masih kuat kok. Yok ah bikin gue terhibur!"

Suho lalu ambil inisiatif. "Kalian pesen apa aja, biar gue yang orderin. Kyungsoo cari tempat duduk ya."

Kai bohong. Dia nggak kuat dengan semua ini. Sakit. Pake banget.

 

 

Ini menekanku seperti kabut tebal, memutus nafasku, membunuhku.
Luka yang terinfeksi ini semakin dalam dan tetap terasa sakit
Hari bagai mimpi buruk datang di pikiranku
Aku bilang pada diriku, kali ini tidak akan seperti itu
Kamu memudar, entah apa yang kamu inginkan

Kabut tebal pergi dan semuanya menjadi jelas
Jejak kebohonganmu lewat, bagai potongan adegan film

Aku membencimu
Aku jadi gila
Yang tertinggal untukku hanya luka dalammu dan tak akan pernah pudar

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment