Machine

Kai, Sang Pejuang Cinta

 

Kai membuka pintu ruang science club. Seperti biasa dia selalu dateng satu jam lebih awal sebelum pertemuan dimulai. Bukan karena dia ketua atau apa, tapi Kai emang sengaja manfaatin waktu jedah untuk ngerjain PR, soalnya dia tipe anak yang nggak mau ngerjain tugas di rumah. Baginya, rumah itu tempat istirahat, nonton tv, maen game, atau gangguin anjing-anjingnya.

Kai baru ngerjain soal sejarah Korea dua butir saat pintu ruangan terbuka pelan-pelan. Awalnya dia merasa terganggu dan agak kecewa karena pasti acara ngerjain PR-nya jadi kurang tenang, tapi waktu tahu siapa yang barusan buka pintu, hati Kai langsung berbunga-bunga dan rasanya ruang science club terasa terang benderang.

"Borin! Hei!" Sapa Kai sambil nyengir lebar.

Borin masih terpaku sambil megang gagang pintu. Kayaknya dia jadi ragu masuk setelah liat Kai. Mungkin dia takut digangguin sama Kai.

"Nggak masuk? Sini!" Kai menepuk bangku kosong di dekatnya.

Borin akhirnya masuk. Setelah jalan pelan-pelan, dia duduk di bangku yang sayangnya jauh dari Kai. Kai cuma bisa melongo liat Borin jaga jarak darinya.

Kai lalu merhatiin Borin yang membuka tasnya lalu ngeluarin kotak bekal makan siangnya. Dan sambil makan bekalnya dengan santai, Borin juga lagi baca buku. Tenang banget keliatannya, nggak sadar sama Kai yang lagi makan hati dicuekin.

Nggak tahan dicuekin terus, Kai langsung bawa buku dan tasnya. Dia berjalan ke arah Borin dan duduk di samping sang gadis pujaan. Borin cuma ngeliatin Kai yang tiba-tiba duduk di sampingnya. Biarpun nggak ngomong, tapi jelas banget di wajahnya tertulis pertanyaan, 'Ngapain loe di sini?'.

"Gue cuma mau ngerjain PR. Udah lo makan aja!" kata Kai seolah menjawab rasa penasaran Borin yang tak terucapkan.

Setelah Kai pura-pura sibuk ngerjain PR Sejarah-nya, padahal aslinya dia gatel banget pengen ngobrol; Borin lanjut makan dan masih diem aja. Setelah dapat 5 soal, Kai mendadak bosen banget. Dia pun akhirnya merhatiin Borin yang lagi makan dengan anggunnya sambil baca buku Astronomi. Cantik. Cantik banget malah.

Kai lalu melirik kotak bekal Borin. Ada nasi, egg roll, brokoli plus wortel rebus, dan kimchi. Niat usil Kai pun akhirnya muncul lagi.

"Kok kayaknya enak sih?" Kai langsung mencomot egg roll satu dan dimakannya dengan lahap. Dan emang bener rasanya enak banget.

"Jongin ih!" protes Borin waktu liat Kai ngambil egg roll tanpa ijin.

Yes! Akhirnya Kai berhasil bikin Borin bersuara setelah dari tadi dicuekin. "Gue laper," kata Kai sambil ngambil egg roll lagi. Kai bohong, aslinya pas istirahat kedua tadi dia udah habis kimchi jigae satu porsi di kantin.

Borin langsung mencubit tangan Kai yang lagi-lagi ngambil egg roll-nya. "Jongin! Lo laper apa doyan sih?"

Kai meringis. "Dua-duanya hehe. Ya udah kalo nggak boleh. Ini! Ahhh..." Kai lalu mau nyuapin Borin.

Mendadak muka Borin langsung bersemu merah muda ngeliat Kai dengan egg roll di tangan dan siap nyuapin Borin. "Nggak. Loemakan aja!" Katanya sambil mengalihkan pandangan ke kotak makannya.

"Beneran? Ya udah thanks ya," kata Kai sambil mengunyah egg roll dengan lahap. "Kok enak sih? Eomma lo ya yang bikin?" Tanya Kai setelah tak ada sisa egg roll di mulutnya.

"Gue bikin sendiri lah. Ngapain ngerepotin orang pagi-pagi," jawab Borin tanpa melihat Kai.

Kai tahu kok pasti Borin masak sendiri, soalnya dari kecil dia udah suka banget sama yang namanya masak, sampai mainan masak-masakannya lengkap banget. "Lo istri idaman banget ya," puji Kai berharap Borin tersipu, nyatanya dia diem aja nggak respon.

Kai bingung lagi deh liat Borin diem dan segera aja tangan Kai bergerak mau ngambil egg roll lagi. Tapi belum sempat ngambil, Kai langsung dapat cubitan di tangan dan pandangan tajam dari Borin.

"Kalau mau ambil pake sumpit dong jangan pakai tangan!"

"Oh...suapin dong kalo gitu," kata Kai sambil meringis kesenengan.

Borin langsung meletakkan sumpit di kotak bekal. "Nih ambil aja sendiri!"

"Yaaaa...kok nggak disuapin sih?" Kai pura-pura manyun.

"Mau apa nggak?" Tanya Borin dengan muka judes-judes cantik.

"Mau mau mau!" Kai buru-buru ngambil egg roll pakai sumpit dan makan dengan lahap.

Kai masih aja ngambilin makanan Borin, sekarang dia malah ambil brokoli sama kimchi juga. Nggak peduli biarpun Borin berkali-kali ngasih pandangan mata tajam.

Pas makanan Borin habis thanks berkat bantuan mendadak dari Kai yang nggak diharapkan, anggota klub sains mulai berdatangan dan ciee pun langsung menggema begitu mereka liat Kai duduk berdampingan sama Borin.

Kai sih seneng-seneng aja diciein sama pujaan hati, tapi Borin yang kayak risih. Jadinya dia langsung cabut dari sisi Kai dan milih duduk sama Jieun dan Sunyoung yang baru dateng. Melihat Borin tak lagi di sampingnya, Kai jadi muram. Mau ikutan pindah, Suho, Jongdae, dan Mino keburu datang. Mereka langsung duduk deket Kai, bikin Kai terjebak nggak bisa pindah. Apalagi setelah itu guru juga udah masuk ruangan.

Materi klub sains kali ini adalah kimia yang diajar Bu Lee Gukjoo, salah satu guru yang juga nggak bisa marah sama Kai. Soalnya Kai emang pinter banget kalo disuruh ngambil hati orang yang lebih tua (kayaknya emang cuma ngambil hati Borin aja sih dia yang kesulitan).

Namanya juga klub sains, jadi materi yang diberikan beda dan lebih sulit daripada pelajaran biasa.  Kai pada dasarnya emang nggak terlalu suka sama kimia dan kali ini dia nggak konsen sama Bu Lee Gukjoo yang lagi nerangin soal sintesis iodoform. Bukannya nggak ngerti, tapi perhatian Kai tertuju pada makhluk manis yang lagi di pojok. Borin cantik banget kalo lagi serius, sayang kalo nggak diperhatiin. Kai juga kepikiran kenapa Borin kayaknya menghindari dia banget. Dari tadi kayaknya ogah duduk deketan sama Kai.

"Ada yang mau coba mengerjakan ke depan?" Suara tegas Bu Gukjoo bikin Kai sejenak mengalihkan perhatian dari Borin.

Ada satu soal di papan. Nggak ada yang bersuara. Kai coba merhatiin soal dan langsung nggak minat buat ngerjain. Kayaknya susah, soalnya jarang-jarang nggak ada yang mau maju.

"Suho?" Bu Gukjoo milih Suho yang duduk di samping Kai.

Suho garuk leher belakangnya, kelihatan ragu tapi akhirnya berdiri juga. Seisi ruangan pun merhatiin Suho yang lagi nulis di papan. Kai juga merhatiin kok cuma sesekali tetep dong curi-curi pandang ke Borin.

Semenit kemudian Suho selesai. Bu guru pun sejenak merhatiin apa yang barusan dikerjain sama Suho. "Caramu sudah hampir benar tapi jawabannya masih jauh. Tapi nggak apa-apa, namanya mencoba dan kamu sudah berusaha."

Suho tersenyum kepada Bu Gukjoo lalu berjalan ke arah tempat duduknya tadi diiringi tepuk tangan dari teman-teman. Saat itulah, Kai melihat Borin tepuk tangan dengan antusias dan terlihat kagum sama Suho yang udah berani mencoba mengerjakan soal sulit di depan. Kai mendadak kesal, kenapa Suho yang cuma ngerjain satu soal berhasil dapat tatapan kagum dari Borin?

"Ada yang mau coba mengerjakan lagi?" Bu Gukjoo mau menjawab sendiri soalnya tapi tanya dulu sama siswa-siswinya siapa tahu ada yang minat maju.

Dan ternyata memang ada. Tanpa mikir dua kali, Kai langsung mengangkat tangan bak sukarelawan.

"Oh...Kai. Silakan maju ke depan!" Bu Gukjoo langsung sumringah.

Kai pun berdiri dan merasa seluruh mata tertuju padanya. Ketika berjalan menuju papan, Kai melirik ke arah Borin dan........Borin malah terlihat sibuk menulis sesuatu di buku catatannya. 'What the....lihat gue plis!' Pengen rasanga berteriak tapi nggak mungkin apalagi waktu Bu Gukjoo sudah menyerahkan spidol boardmarker buat Kai.

Kai pun terpaksa memandang soal di papan di hadapannya. Mencoba konsentrasi dan melupakan Borin sejenak. Udah di depan soalnya, malu-maluim kalo jawabnya asal-asalan. Kai pernah baca soal iodoform dan tadi juga sempat dengerin tipis-tipis waktu guru nerangin. Tabel pengamatan, iodin, etanol, suasana basa, reaksi elektrofilik. Oke Kai langsung menulis di papan deretan huruf dan angka yang muncul di otaknya. Dalam waktu tiga menit Kai selesai dan memandang apa yang baru saja dikerjakannya. Bener apa nggak, Kai pasrah yang penting udah nyoba.

"Bisa dijelaskan sedikit Kai soal kerjaan kamu ini?" Tanya Bu Gukjoo.

Sebenarnya Kai agak ragu dengan jawabannya, tapi seperti biasa pede itu nomor satu. "Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil berat iodoform adalah 0,6664 gram sedangkan menurut teori berat dari iodoform adalah 5,157 gram. Jadi hasil rendamen yang diperoleh adalah 129,22 %," jawab Kai dengan nada meyakinkan.

Bu Gukjoo tersenyum simpul dan lalu bilang satu kata, "Sempurna."

Kai pun menarik nafas lega. Teman-teman langsung tepuk tangan, bahkan Jongdae dan Mino sampai siul-siul. Kai membungkukkan kepala ke Bu Gukjoo sebelum balik ke tempatnya duduk. Kali ini Kai berharap dapat pandangan mata kagum dari Borin, masa Suho yang salah aja dapet dia nggak? Kai menoleh ke arah Borin. Hati Kai rasanya kayak kehantam bom atom karena Borin malah sibuk ngobrol sama Jieun, kayaknya sih lagi bahas soal di papan. Kai jadi pengen nyamperin dan nyuruh Borin tanya aja ke dia yang baru aja berhasil dapet jawabannya.

Kai duduk di kursinya sambil nendang meja. Susah-susah meras otak malah gagal dapat perhatian dari yang dicinta. Sia-sia tadi rasanya mikir sampai ke ubun-ubun. Pujian sempurna dari guru barusan rasanya nggak berarti apa-apa lagi.

Lima belas menit kemudian kelas kimia berakhir. Kai memasukkan buku ke tas dengan nggak semangat. Borin bersama Jieun barengan keluar ruangan, bahkan sampai dia keluar pun sama sekali nggak ngeliat ke arah Kai. 'Tuhan, salah apa hamba?' Kai membatin dalam hati. Apa Borin marah Kai ngambilin makanannya tadi?

Kai pengen lari ngejar Borin tapi Suho ngingetin dia tentang sesuatu. "Kai, jadi ke Kkamong sama Baekhyun Kyungsoo kan? "

Kai hampir lupa sama janjinya. Borin emang bikin lupa segalanya. "Iya jadi." Jawab Kai, lemes.

"Yok buruan kalo gitu. Kayaknya mereka juga udah kelar di klub seni."

Kai cuma ngangguk. Tetep, otaknya kepikiran sama Borin yang sama sekali nggak ada reaksi ke Kai. Mungkin hati Borin perlu dikasih reaksi kimia ya biar melting!

 

Walaupun aku memandangnya
Entahlah, hatinya tertutup
Bagai sebuah area dengan keamanan menyeluruh
Bibir merahnya yang rapat
Dan pandangan yang seperti kaca tak memberiku petunjuk

Apa yang dia pikirkan
Apa dia menangis dari waktu ke waktu
Apa dia tahu atau tidak telah membuat senyuman yang dingin
Apa dia punya perasaan
Dia pasti seseorang yang bisa mencinta

Aku harus mencari tahu
Perasaannya terkunci dengan kata sandi yang rumit
Sebuah ruangan yang tertutup, tak ada yang bisa membuka
Sebuah hati yang telah tertutup
Hacking hacking tuk dapatkan hatinya

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment