Ko Ko Bop

Kai, Sang Pejuang Cinta

 

Kai benar-benar seperti nggak sadar dengan apa yang dilakukannya.

Wajah cantik Borin, dua matanya yang indah, perasaan rindu dan takut kehilangan, membuat Kai seakan tersihir sehingga nggak berpikir lebih jauh. Yang jelas saat ini, Kai sedang mencium Borin.

Kai merasa jantungnya berdetak dengan kencang. Dua tangannya masih menangkup pipi Borin yang hangat. Matanya juga masih terpejam. Bibir mereka juga masih bersentuhan. Dia juga merasa kalau tubuh Borin menegang karena kaget. Kai pun bersiap-siap kalau Borin akan mendorong dan menamparnya lagi seperti dulu.

Tapi beberapa detik telah berlalu dan mereka masih dalam posisi dan keadaan yang sama. Perlahan, rasa deg-degan di dada Kai berganti dengan rasa berbunga-bunga. Kai pun akhirnya yakin kalau Borin nggak akan mendorongnya lagi. Ia juga merasakan kalau Borin mulai rileks nggak setegang tadi.

Tangan Kai yang tadi berada di pipi Borin, perlahan turun dan kini memegang pundak Borin. Dengan keberanian dan sedikit keyakinan kalau dia nggak akan ditolak, Kai memperdalam ciumannya yang barusan cuma sekedar menempelkan bibir saja.

Kai melumat pelan bibir Borin dan tanpa sadar tersenyum saat ia merasakan sedikit rasa strawberry dari bibir si gadis. Entah berapa lama Kai melakukannya yang jelas dia menikmati itu semua dan nggak bisa mikir hal lain lagi.

Kai merasa jantungnya meledak saat dia merasakan Borin menggenggam jas di pinggangnya. Apakah ini pertanda lampu hijau dari Borin? Apakah ini tanda kalau Borin juga menikmati ini semua?

Kai pun mencoba peruntungan. Satu tangannya berpindah ke belakang leher Borin. Tangan Kai yang lain memegang pinggang Borin dan menarik tubuh si gadis lebih dekat dengannya, nyaris bersentuhan. Ciuman yang tadi lembut, kini Kai mencoba lebih agresif daripada barusan.

Dan rasanya Kai rela mati setelah ini saat Borin balik menciumnya. Gerakan bibir Borin terasa ragu-ragu, tapi justru itu malah membuat Kai bahagia tiada tara dengan ke-innocent-nya. Kai dan Borin pun akhirnya saling berciuman dengan lembut.

Ketika Kai merasa kehabisan nafas, dengan perasaan tak rela, dia melepas ciumannya mereka. Kai tak bisa menahan senyum saat hal pertama yang dia lihat setelah membuka mata adalah wajah cantik Borin yang masih memejamkan mata dan dua pipinya memerah. Dengan masih memejamkan mata, Borin lalu menunduk untuk menyembunyikan rasa malunya. Kai pun mencoba untuk nggak ketawa melihat Borin malu dan tersipu.

Kai lalu mengambil tangan kiri Borin dan menggenggamnya. Borin mengangkat kepalanya perlahan dan mata mereka bertemu.

"Pulang yuk?" Tanya Kai dengan suara lembut.

Borin terdiam sebentar lalu mengangguk pelan. Kai tersenyum dan menggandeng tangan Borin menuju gerbang sekolah.

 

***


Ciuman yang tak terduga barusan ternyata memberi efek speechless buat Kai dan Borin. Saat keduanya duduk berdampingan di bus, mereka diem tak bersuara, kayak bingung dan masih nggak percaya gitu sama apa yang terjadi barusan.

Biarpun diem-dieman, tapi tangan mereka masih saling bergandengan. Lebih tepatnya, tangan Kai menggenggam tangan Borin meskipun mereka udah duduk. Kai sih seneng banget soalnya Borin nggak ada tanda-tanda protes dan mau melepas tangannya dari genggaman Kai.

Borin kebanyakan liat ke luar jendela, entah apa yang diliatin padahal di luar ya gitu-gitu aja. Sedangkan Kai kalau nggak liat lurus ke depan ya sesekali ngelirik Borin.

Kai sih sebenarnya banyak banget yang mau dia omongin, tapi bingung harus mulai dari mana. Kai juga yakin Borin juga merasakan hal yang sama.

Kai pun tersenyum. Dia pun menikmati suasana sunyi di antara mereka. Emang sih keliatan akward. Tapi Kai tau awkward ini juga diselingi perasaan bahagia tiada tara.

 

***

 

Kai dan Borin udah turun dari bus. Kai mutusin buat turun di halte dekat rumah Borin. Alasannya dia emang mau nganterin Borin sampe rumah. Udah malem, jadi sebagai cowo Kai merasa bertanggung jawab buat ngaterin cewe selamat sampe di rumah. Alasan kedua, Kai masih pengen sama Borin, pengen lama-lama gitu sama dia.

Bahkan setelah turun dari bus, Kai dan Borin juga masih saling diam. Tapi Kai seneng, karena mereka masih gandengan juga dari tadi nggak lepas.

Waktu jalan ke rumah Borin, Kai mengayun-ayunkan tangan mereka yang bergenggaman. Kai juga sengaja melambatkan langkah kaki, soalnya rumah Borin deket sama halte, kalo jalan cepet nanti pisahnya jadi cepet kan.

Saat akhirnya sampe di depan rumah Borin, keduanya berhenti. Kai merasakan Borin menarik tangan dari genggaman Kai secara perlahan. Aslinya Kai nggak rela, karena dia siap genggam tangan Borin selamanya. Tapi ya mau gimana lagi, dengan terpaksa Kai melepas tangan Borin yang lembut dan hangat.

Borin maju selangkah lalu berbalik buat berhadapan dengan Kai. Sesaat mereka saling berpandangan. Dari kedua pasang mata dan ekspresi wajah masing-masing, mereka jelas banget pengen ngomong yang dari tadi dipendam dalam hati dan pikiran.

Borin tampak menggerakkan bibirnya buat bicara, tapi Kai langsung mendahului. Pikir Kai, yang cowo dia, jadi harus gentle.

"Borin." Kata Kai, sedikit kaku, sampai dia pengen mengutuk diri sendiri.

"Hm?"

Kai menelan ludah, agak grogi juga. "Soal ciuman tadi, gue minta maaf ngelakuinnya tanpa minta ijin sama lo dulu." Yes akhirnya Kai berani juga bahas masalah ini.

Borin keliatan bingung nyari kata-kata. Jadi dia diem bentar sebelum jawab. "Hm iya. Nggak apa-apa," katanya pelan.

"Gue tadi rasanya seneng banget saat tau lo nungguin. Jadi ya gitu deh kayak kebawa suasana." Kai maksa ketawa sambil garuk-garuk rambutnya yang abis keramas.

Borin ikutan ketawa kecil, biarpun kedengeran maksa juga. Tapi tetep dia diem, keliatan masih nggak tau harus gimana.

"Gue tau gue semacam manfaatin kesempatan. Tapi hmm gue juga makasih banget soalnya hmm ciuman tadi sukses bikin gue lupa segalanya rasanya."

Dan apa yang dibilang Kai barusan akhirnya sukses bikin Borin memberikan reaksi. "Jongin."

"Iya?"

"Gue tau lo pasti merasa bersalah SMA 1 kalah. Gue juga ngerti lo pasti merasa nggak sportif di pertandingan tadi. Jujur gue kaget juga kok lo bisa sampe emosi, tapi gue percaya pasti ada alasan kenapa lo sampe mukul Sehun sunbae. Hmm gue cuma mau bilang sih, jangan berlarut-larut merasa salahnya. Kita kalah ya emang belum rejeki aja. Jadi ya lo jangan nyalahin diri sendiri. Tapi janji jangan lakuin gitu lagi," kata Borin, panjang juga.

Kai tersenyum lebar. Dia selalu suka kalo Borin dan kecerewetannya muncul gini. Kai lalu mengangguk penuh keyakinan.

"Makasih banget udah ngertiin. Gue harap lo nggak ngejudge gue yang nggak-nggak gara-gara apa yang gue lakuin tadi."

"Ya nggaklah, gue tau lo kayak gimana."

Kai cengengesan. "Ya udah lo buruan masuk gih."

"Lo juga buruan pulang, biar bisa istirahat."

"Siap, Bos. Masuk dulu dong."

Borin ketawa. "Iya iya nih gue masuk," kata Borin sambil jalan ke pagar rumahnya.

Kai juga mulai jalan, tapi dia melambaikan tangan ke Borin. "Gue pulang dulu. Sampai jumpa besok."

Borin dadah-dadah juga, abis buka pager. "Ati-ati, Jongin."

"Oke. Makasih ya."

'Makasih buat semuanya hari ini, terutama buat ciumannya', kata Kai dalam hati lalu ketawa bahagia sendiri, sambil jalan menuju rumahnya. 

 

Shimmie shimmie, Ko Ko Bop
I think I like it
biarkan pertahananmu jatuh
jangan merasa malu

aku sedang menuju hatimu yang terguncang
perlahan berjalan ke arahmu
tidak seperti yang hal yang asing

ini malam yang tenang
malam ini untukmu
tak bisa mengatasinya, aku akan jatuh padamu
aku dimabukkan oleh gerakanmu

lupakan apa yang kamu tahu tentangku hari ini
naluri tersembunyiku pun berkilauan

perlahan-lahan hilang kendali
biarkan saja semuanya pergi hari ini
jangan pikirkan pendapat mereka

meski malam gelap kamu tetap bercahaya
matamu mengatakan segalanya
aku menginginkanmu di malam yang hebat ini
aku tahu, it’s okay, mulai sekarang

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment