What is Love

Kai, Sang Pejuang Cinta

 

Pagi yang cerah walaupun sisa-sisa musim dingin masih terasa. Seorang pemuda tampak menatap dirinya di cermin. Rambutnya tampak rapi setelah diatur sedemikian rupa dengan sisir dan sedikit minyak rambut. Kemeja, jas, dan celananya terlihat rapi. Sepatu Adidasnya pun sudah bersih, tak ada lagi noda lumpur akibat main bola. Wangi parfum khas cowok pun tercium, macho tapi nggak memabukkan. Setelah yakin dirinya terlihat keren, dia mengambil tas dan menyampirkannya di bahu kiri. Keluar dari kamar, langkah kakinya saat menuruni tangga terasa percaya diri dan penuh semangat sambil bersiul-siul lagu yang tak jelas.

"Eomma, berangkat!"

Sebuah kepala menyembul dari ruang makan. Kedua bola matanya terlihat menyiratkan rasa heran. "Mau ke mana kamu?"

"Sekolah lah."

"Emang sekarang jam berapa? Mimpi apa kamu semalam?"

"Eomma, ini hari pertama aku kelas 12 SMA. Jadi harus semangat baru untuk jiwa yang baru. Pergi dulu."

"Jonginnnnn, sarapan dulu!!!"

"Ntar aja sarapan di kantin!" Teriak si anak yang menolak sarapan dari luar rumah.

Langkahnya terhenti melihat tiga anjingnya Monggu, Jangguh, dan Jangah sedang berjemur manis di rerumputan. Ditepuknya kepala mereka satu-satu. "Hyung sekolah dulu ya. Nanti kita main."

Dan... dia adalah Kim Jongin. Tapi kita panggil Kai aja, soalnya itu nama panggilan akrabnya sejak SMP. Kenapa dia bisa dipanggil Kai? Suatu saat dia akan cerita.

 

***

 

"Kai. Kita sekelas lagi, Man. 12-B!" senyum cerah Baekhyun menyambutnya saat sampai di depan gerbang.

"Lo ngapain di sini?" tanya Kai sambil celingak-celinguk kayak cari seseorang.

"Nunggu lo lah yang katanya mau berangkat pagi, sekalian ngecengin siswi-siswi baru. Banyak yang cute lho!"

Kai nggak merespon, dia tetap konsen melihat wajah-wajah baru yang lewat di dekatnya. Kebanyakan siswi baru atau yang sudah kelas 11 dan 12 juga balik memperhatikan Kai dan Baekhyun, yang emang termasuk dalam golongan kakak kelas yang keren.

"Lo nyari sapa sih?" Baekhyun nanya, nggak rela dicuekin.

"Hah? Nyari Kyungsoo." Jawab Kai tapi pandangan tetap nggak ke Baekhyun.

"Dia udah di kelas. Sekelas lagi si mata belo itu sama kita. Dia tadi yang nge-LINE ngasih tahu kalo kita sekelas. Yuk ah masuk!"

Baekhyun narik lengan Kai, yang ditarik sih terpaksa ngikut aja. Waktu sampai di gedung sekolah, mereka lihat papan pengumuman dikerumuni seperti semut yang heboh melihat gula. Itu pengumuman pembagian kelas, murid baru sampai kelas dua belas pada ngumpul di situ.

"Baek, lo duluan ke kelas. Gue ada perlu. Nitip tas. Gue duduk di pojok belakang ya pokoknya."

Kai melempar tasnya begitu aja ke Baekhyun dan langsung lari menuju papan pengumuman. Yang dititipin tas cuma bisa bengong dan terpaksa ke kelas sendirian serta merasa sia-sia udah nungguin di depan gerbang.

Begitu sampai di depan pengumuman bukannya lihat daftar kelas 12, Kai malah sibuk baca daftar kelas 10. Untung dia tinggi jadi nggak perlu terlalu menyeruak di kerumunan anak baru.

Pertama ditelusurinya daftar kelas 10-A dari atas ke bawah, memastikan kalau memang nama yang dicari nggak ada. Pindah ke daftar buat kelas 10-B. Dibacanya dari atas dan senyumnya mengembang ketika nama yang dicarinya ada di tengah-tengah.

Kai mundur teratur dari papan pengumuman dan saat itulah dia merasa jantungnya berdetak lebih kencang seperti genderang yang mau perang. Dari arah pintu masuk, sosok yang tadi namanya baru saja dicari berjalan menuju ke arah papan pengumuman.

Kai menatap pemandangan yang baginya sangat indah itu seperti adegan slow motion dalam film. Kai senang dan bangga bisa melihatnya memakai seragam SMA untuk pertama kali. Rambutnya yang lurus dihiasi bando warna putih. Dia sedang ngobrol dan tertawa bersama dengan temannya, tanpa menyadari ada yang dari tadi memperhatikannya.

Dia dan temannya sedang berusaha untuk melihat daftar pengumuman pembagian kelas, maklum ukuran mereka sama-sama mini (kalau dibandingin sama Kai sih). Ide usil pun datang di kepala Kai. Didekatinya si gadis berbando putih dari belakang dan kemudian menepuk bahunya.

Si gadis menoleh ke belakang dan senyumnya mendadak hilang dan wajahnya berubah jadi masam begitu melihat Kai. Kai cuma senyum, sudah terbiasa melihat wajah masam tapi imut itu.

"Selamat datang di SMA Negeri 1 Seoul, Park Borin. Dan selamat jadi adik kelas gue lagi." Kai mengulurkan tangan, mau ngajak salaman.

Yang diajak salaman malah melihat tangan Kai dengan aneh. "Apaan sih? Nggak penting ah."

"Penting lah! Kalau ada apa-apa dan perlu bantuan ke kelas gue aja ya di 12-B atau panggil nama gue tiga kali."

"Ih ngapain? Males banget," Borin berbalik arah ke papan pengumuman.

Kai memutar tubuh Borin supaya menghadap dia lagi.

"Jongin, apaan sih?" Borin protes tapi tetap dengan suara pelan supaya nggak menarik perhatian siswa lain.

"Nggak sopan banget sih sama senior. Yang manis dikit dong jadi cewek!"

"Ya kalau seniornya baik hati. Lo kan nyebelin!" Kata Borin sambil menjulurkan lidah.

Bukannya marah, Kai malah ketawa senang dan mencubit kedua pipi Borin dengan gemas. "Denger, gue serius ya. Kalau ada yang gangguin lo, bilang sama gue." Kai lalu mendekatkan kepalanya supaya bisa berbisik di telinga Borin. "Dan terima kasih, udah sekolah di sini."

Kai menepuk kepala Borin sambil memamerkan senyum mematikannya yang biasanya bikin cewek klepek-klepek. Tapi Borin cuma manyun, sudah kebal dengan Kai yang suka tebar pesona.

Kai berjalan menuju kelas, tangan kiri di saku celana, dan bibirnya menggumamkan sebuah nada yang nggak jelas tapi menyiratkan kebahagiaan. Di perjalanan menuju kelas, Kai melihat dua anak baru yang bisik-bisik saat melihatnya. Hanya sekali lihat, dia yakin dua siswi itu sudah terkena pesonanya. Kai pun memberi mereka senyum simpul yang langsung bikin muka keduanya memerah.

Itulah Kai yang suka tebar pesona, tapi baginya cuma ada satu gadis di dunia. Gadis yang disukainya sejak SD, yang rumahnya di kompleks sebelah, yang selalu marah-marah kalau digodain, yang pernah bikin Kai males sekolah satu semestar gara-gara si dia nggak sekolah di SMP yang sama dengannya, yang sepertinya sampai kapanpun nggak akan pernah manggil Kai sunbae apalagi oppa, yang pokoknya selalu bikin Kai salah tingkah sendiri sampai nggak bisa katakan cinta sampai sekarang.

 

Bersamamu, aku merasa jadi karakter utama di film

Seolah aku sedang syuting adegan aksi untuk menyelamatkanmu

Seolah-olah aku adalah pahlawan

Kau sempurna bagiku

Aku membayangkan, apa jadinya jika kita pacaran?

Andai saja kau bilang ok, semuanya akan sempurna

Aku kehilangan akal sehat saat bertemu denganmu

Selain dirimu semuanya terlihat seperti slow motion

Katakan padaku, apa ini cinta?

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment