Monster

Kai, Sang Pejuang Cinta

 

Semangat bersekolah Kai sama sekali nggak ada. Cuma gara-gara kewajiban sebagai siswa yang baik aja dia memutuskan buat tetap masuk sekolah. Dalam hati dia berharap biar nggak ketemu Borin, daripada hatinya lemah lagi. Kai berniat masa bodo dengan kejadian kemarin. Kalo Borin aja bisa nganggep dia seperti manusia nggak berguna, Kai juga bisa lebih kejam dari itu.

Tapi tampaknya Tuhan tak mendengar doanya. Baru tiba di halaman sekolah, dia melihat Borin dan Yuju sedang ngobrol di depan pintu masuk. Untung aja Borin belum lihat Kai yang langsung diam, berdiri tak bergerak. Bingung dia harus apa. Lanjut jalan dan pura-pura nggak lihat Borin atau nunggu Borin dan Yuju masuk dulu. Kayak pengecut ya? Kai sedang merasa dirinya seperti itu.

"Kai sunbae?"

Kai membalikkan badan mendengar seseorang memanggilnya. Seolhyun, anak kelas sebelas. Kai nggak terlalu kenal sih, dia tau kalo Seolhyun ini andalan tim basket cewek SMA 1. Kata temen-temennya Seolhyun naksir Kai.

"Sunbae ngapain di sini?" tanya Seolhyun, sambil pamer senyum.

"Nggak kenapa-napa sih." Jawab Kai bingung, nggak mungkin dia bilang lagi menghindari Borin kan?

"Hmm sunbae." Seolhyun kayak mau ngomong sesuatu, tapi ragu-ragu.

"Ada apa?"

"Hmm...boleh minta bantuannya nggak?" Tanya Seolhyun, setelah itu meringis.

"Apa?"

"Aku ada yang nggak ngerti soal fisika, ini bentar lagi mau ulangan. Boleh tanya-tanya sama sunbae nggak?" Kata Seolhyun, sorot matanya penuh harap.

Kai nggak langsung jawab. Aslinya dia males ngajarin. Tapi nggak enak juga kalo langsung nolak. Pas lagi mikir, mau iyain apa nggak permintaan Seolhyun, Kai nggak sengaja lihat ke arah Borin dan Yuju. Ternyata, Borin juga lagi lihatin Kai. Yuju juga lihatin dia. Kai nggak bisa baca ekspresi Borin yang datar.

"Sunbae? Gimana?" Seolhyun nanya lagi, menyadarkan Kai.

"Hmm oke. Sekarang kan?" Kai akhirnya setuju.

Seolhyun lonjak bahagia dan mengangguk-angguk. Keliatan banget dia happy akhirnya di-notice sama Kai.

"Di bangku itu aja yuk?" Kai menawarkan buat ngajarin di bangku panjang samping pintu masuk, dekat Borin dan Yuju masih berdiri.

Seolhyun belum mengiyakan, Kai udah jalan duluan menuju bangku yang dimaksud. Setelah sampai dia langsung duduk dan berusaha sekuat tenaga buat nggak lihat ke arah Borin.

Seolhyun udah duduk di samping Kai dan langsung membuka tas ranselnya buat ngambil buku catatan fisika. Dia langsung membuka lembar catatan yang katanya dia nggak bisa. "Yang ini, Sunbae!" Tunjuk Seolhyun.

Kai melirik apa yang ditunjuk oleh Seolhyun. Setelah dari sudut matanya, Kai lihat Borin dan Yuju masuk ke dalam gedung sekolah. Nggak tau kenapa tiba-tiba hati Kai merasa sakit sendiri.

"Sunbae?" Seolhyun lagi-lagi menyadarkan Kai dari lamunan.

"Hmm? Oh ini. Jadi gini......"

Kai mulai ngajarin Seolhyun. Tapi pikirannya entah ke mana.

 

****


"Kai mau ngobrol sebentar sama lo," kata Seulgi, waktu istirahat.

Kai yang baru mau keluar buat nyusul Baekhyun dan Kyungsoo ke kantin, mengernyitkan dahi melihat Seulgi yang masang ekspresi serius. "Ngobrol apaan?"

"Sambil jalan deh yuk ke kantin." Seulgi memberi isyarat dengan menggerakkan kepalanya dan mulai jalan.

Kai pun mengikuti, lagian tujuannya emang mau ke kantin. Dia jalan berdampingan dengan Seulgi. "Ada apaan, Seul?" Kai mulai pembicaraan.

"Ehm gini, gue mau ngasih kado ultah buat Baekhyun, tapi bingung mau ngasih apaan," kata Seulgi, keliatan sedikit frustrasi gara-gara bingung.

Kai berhenti mendadak lalu melihat Seulgi dengan aneh. Seulgi ikutan berhenti dan balik melihat Kai.

"Kenapa?" tanya Seulgi, yang jadi makin bingung dengan kelakuan Kai.

"Bentar deh. Ini ada apaan ya lo yang biasanya perang sama Baekhyun tiba-tiba mau ngasih kado?" Tanya Kai dengan senyum-senyum menggoda.

Pipi Seulgi lagsung bersemu merah muda. "Ah nggak jadi nanya lo deh kalo gitu."

Seulgi langsung balik badan, siap-siap mau kabur dari Kai dan segala godaannya. Kai dengan sigap langsung narik lengan Seulgi biar temennya ini nggak langsung kabur aja.

"Mau ke mana lo? Jawab dulu pertanyaan gue ntar janji deh gue bantu masalah kado," kata Kai, mengintimidasi.

Seulgi masih berusaha kabur tapi Kai malah makin menggenggam lengannya erat. "Nggak usah deh, Kai. Lo pasti ngira yang nggak-nggak nih. Salah banget gue nanya lo."

"Ya gimana nggak mikir yang aneh-aneh, kalo lo mendadak akur gini sama Baekhyun. Kan hipotesis gue selama ini udah terbukti kebenarannya jadinya," kata Kai sambil nahan ngakak.

"Sumpah ya plis lo jangan mikir aneh-aneh dulu deh. Gue pas ultah dikasih tas totebag sama Baekhyun jadi ya gue mau ngasih juga. Awalnya gue becanda gitu minta kado pas dia ngucapin, eh ternyata dikasih beneran. Nggak enak kan kalo nggak bales," kata Seulgi dengan muka memelas.

"Serius Baekhyun ngasih lo kado? Kok dia nggak cerita sih?" Sekarang Kai ngakak nggak ditahan lagi.

"Ya mana gue tau. Lo tanya aja sama dia. Eh nggak usah sih," kata Seulgi, bingung sendiri.

Kai ketawa bikin Seulgi makin kesal. Happy banget si Kai kayaknya punya bahan ledekan baru buat Baekhyun. Selama ini dia curiga emang kalo liat Baekhyun sama Seulgi perang mulut terus kalo ketemu.

"Kai lo jangan ketawa dong. Nyebelin banget sih," kata Seulgi manyun.

Kai menahan biar nggak ketawa. "Lo mau ngado apa emang? Sini deh gue bantu."

"Nggak usah, ntar lo bilang sama Baekhyun lagi."

"Nggak deh janji. Gue juga kan pengen sobat gue merasakan surprise di hari ultahnya. Janji deh."

Seulgi menatap Kai, menimbang-nimbang keseriusan di wajah sang kapten bola. "Serius lo? Dosa kalo boong."

"Iya serius."

"Hmm tapi pasti lo bakal godain gue terus nih."

"Pastilah kalo itu."

"Tuh kan. Nggak jadi deh kalo gitu. Bye."

Seulgi mau kabur lagi. Kai buru-buru narik tangan Seulgi sampai tubuh mereka nyaris tabrakan tapi untung nggak jadi.

"Kapan sih lo mau beli kadonya?" tanya Kai sambil masih megang tangan Seulgi erat.

"Sabtu sih."

"Ya udah ntar gue bantu mikir deh."

"Jangan kelamaan."

"Nggak lama deh demi kebahagiaan lo."

Baru selesai ngomong gitu, ada Borin lewat sama Yuju. Borin keliatan agak kaget melihat posisi Kai dan Seulgi yang deket banget kalo ngobrol. Apalagi tangan Kai yang megang erat pergelangan tangan Seulgi bikin mereka kayak orang gandengan gitu. Kai juga nggak nyangka Borin bakal lewat. Tapi ya sudahlah dia nggak peduli kalo misal Borin ngira dia ada apa-apa sama Seulgi. Lagian emang Borin bakal peduli? Dengan ini semua Kai harap Borin tau kalo dia bisa survive dengan semua ini.

"Nggak mau bilang makasih gue," kata Seulgi.

Kai fokus supaya nggak merhatiin Borin. "Gue nggak gila makasih kok," katanya sambil melepas tangan Seulgi.

"Ya udah lo ke kantin sana."

"Nggak. Gue balik ke kelas aja."

"Lah?"

Kai yang lagi galau, lari balik ke kelas, meninggalkan Seulgi yang jadi makin bingung.

 

****

 

Kai jalan males-malesan menuju rooftop. Dia janji mau ngajarin Seolhyun matematika statistik. Sebenarnya udah cari alasan mau ada pertemuan tim bola, tapi Seolhyun malah bilang nggak apa-apa karena dia juga ada latihan drama bentar buat tugas bahasa Inggris. Berhubung Kai cape merasa diteror terus sama Seolhyun via LINE, akhirnya diiyain deh. Apalagi Seolhyun janji nggak bakal minta bantuan lagi abis ini.

Kai menaiki tangga pelan-pelan dan ketika mau berbelok, dia hampir menabrak seseorang yang mau turun. Muka Kai langsung panik campur kaget nggak nyangka waktu tau yang mau dia tabrak ternyata Borin. Kai refleks jalan minggir ke kiri eh ternyata Borin juga. Langsung minggir ke kanan, yap bener Borin ternyata ke arah yang sama. Otomatis keduanya menghalangi langkah masing-masing. Mereka saling mengangkat kepala dan berpandangan. Kai dua anak tangga di bawah Borin, yang membuat tinggi mereka sejajar. Wajah mereka juga jaraknya nggak terlalu jauh.

Kai merasa jantungnya berdetak cepat. Borin cantik banget. Seperti nggak sadar, tangan kanan Kai terangkat dan ingin mengelus pipi kiri Borin, yang sedang memandangnya tanpa ekspresi.

"Kai sunbae? Lagi apa?" Suara Seolhyun yang ada di bawah Kai.

Kehadiran Seolhyun menyadarkan Kai yang segera menarik tangannya yang hampir menyentuh pipi Borin. "Nggak ada apa-apa. Buruan naik!" kata Kai datar sambil nggak melepas pandangan dari Borin.

Kai melangkah ke kiri yang tak dihalangi Borin lagi dan naik satu anak tangga. Tiba-tiba Kai merasa lengan kanannya dipegang erat-erat. Borin yang melakukannya. Kai melirik Borin yang sedang melihat ke arah Seolhyun tanpa ekspresi. Entah kenapa, Kai merasa Borin seakan melarang dirinya buat naik dan belajar bersama Seolhyun. Tapi Kai buru-buru membuang dugaan itu dari pikirannya. Nggak mungkin Borin begitu.

Perlahan Borin melihat Kai. Kai mencoba membaca raut muka Borin. Lagi-lagi tak ada ekspresi di wajah cantiknya.

"Apa?" tanya Kai, pelan.

Kai berharap Borin melarangnya untuk belajar bareng Seolhyun, berharap Borin menariknya untuk pergi dari situ, berharap Borin meminta untuk diajarin matematika atau apapun. Tapi sayangnya dan seperti yang diduga Kai, Borin diem aja. Tetap nggak peduli dengan apa yang sebenarnya dirasakan Kai.

"Sunbae." Malah Seolhyun yang bicara lagi.

Seperti tersadar, Borin buru-buru melepas pegangannya di lengan Kai tanpa memberikan jawaban. Dia lalu cepat-cepat lari menuruni tangga, seakan nggak mau lama-lama berdiri di samping Kai.

Kai mencengkeram pegangan tangga. Entah kenapa dia merasa lemah setelah Borin pergi.

Tiba-tiba Seolhyun sudah berdiri di samping Kai. "Yuk, Sunbae!"

Kai rasanya pengen mengejar Borin. Tapi dia ingat niatnya buat nggak peduli dengan Borin.

Kai pun naik lagi menuju rooftop cepat-cepat tanpa menunggu Seolhyun.

Dan selama mengajari Seolhyun, Kai nggak fokus sama sekali dan merasa nggak nyaman. Pikirannya Borin mulu. Belum setengah jam, dia minta izin selesai dan bilang lupa kalo ada urusan di rumah.

 

dia membuatku gila
kenapa hatiku berpacu
tapi kamu terlalu dekat
aku akan mengetuk, apakah kau akan membiarkanku masuk?
aku akan memberimu sensasi tersembunyi
di matamu terdapat rasa penasaran, kau telah jatuh padaku

aku merayap dihatimu
aku akan mengambilmu, menghancurkanmu dan menelanmu
aku akan membuatmu berantakan
aku akan terukir dihatimu
jadi ketika aku mati, aku akan tetap hidup selamanya
kau bisa memanggilku monster

aku sedikit tidak sabar
aku tidak begitu lembut
aku membencimu tapi aku menginginkanmu
hatiku tak berbohong

semua orang takut padaku, aku adalah laki-laki yang tak terkalahkan
tapi akhirnya kau tidak bisa menolakku
kau akan bersembunyi dan mencuri pandang padaku lalu terkejut
aku adalah antinomi-mu, aku bagian dari eksistensimu

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment