XOXO

Kai, Sang Pejuang Cinta

 

Kai tak bisa tidur.

Ya gimana bisa tidur, kalo kejadian hari itu membuatnya senyum-senyum sendiri kayak orang gila.

Borin.

Borin.

Borin.

Borin.

Kai ketawa kecil. Rasanya bingung dia harus melakukan apa karena terlalu bahagia. Udah menang, dapat hadiah, dicium Borin pula. Lebih tepatnya mencium Borin.

Dari tadi Kai megang ponsel. Mau chat Borin: 'Lagi apa?', 'Udah makan belum?', 'Gimana sama Somin?', 'Udah lupa kan sama yang dibilangin Somin ke lo tadi?', 'Borin, gue kangen', 'Lo masih deg-degan nggak gara-gara kejadian di greenhouse tadi? Hehe', 'Gue nggak bisa berhenti mikirin lo?', 'Salah nggak sih kalo gue pengen cium lo lagi?', 'Astaga gue kangen beneran sama lo', 'Hey Borin', 'Borin gue sayang lo'. 

Pada akhirnya semua kata-kata di atas cuma diketik, setelah itu dihapus, ujung-ujungnya Kai nggak jadi ngechat Borin. Bukan cuma itu aja. Kai juga telepon Borin tapi nada sambung belum muncul, panggilan dicancel. Frustrasi sendiri dia mikirin harus bersikap gimana sama Borin. 

Tadi pas pulang di bus mereka diem-dieman. Turun dari bus, mereka diem lagi. Pas say goodbye Kai cuma bilang supaya Borin nggak usah mikirin Somin lagi. Terus Borin juga cuma bilang selamat lagi buat Kai. Nggak ada yang bahas masalah kissing.

Makanya Kai bingung kudu apa. Haruskah dia tanya hubungannya sama Borin apa? Haruskah dia nembak Borin? Haruskah Kai bilang sayang? Nggak tau kenapa Kai masih takut ditolak. Walau dia udah yakin, dirinya udah berhasil merebut hati Borin tapi Kai takut dirinya cuma jadi bayang-bayang dari sosok yang disukai Borin dulu. Ya dulu, soalnya Kai tau sekarang hati Borin miliknya. Ya kan? Mana ada cewe minta dan balas cium kalo dia nggak ada rasa? Apalagi Kai tau Borin sama sekali bukan cewek gampangan.

Dia pengen nanya temen-temennya. Tapi nggak yakin dengan saran mereka. Pasti pada becanda, kalopun serius belum tentu cocok sama yang dia mau.

Apa dia pakai cara kuno ngungkapin perasaan lewat surat? Kai duduk di meja belajarnya. Diambilnya buku tulis dan ditariknya kertas di bagian tengah buku.

'Dear Borin,
Gue tau ini jadul banget dan udah nggak jaman ngirim surat. Tapi gue cuma pengen ngungkapin perasaan dengan cara yang tulus...'

.....
.....

Kai berhenti nulis. Nggak tau apa yang harus ditulis.

"Aishh," kata Kai sambil menggulung kertas tadi. Kai kesal sendiri lama-lama sama dirinya yang pengecut banget.

Dia lalu keluar kamar dan menuju dapur. Kai buka kulkas, ngambil sebotol air putih dingin lalu duduk di meja makan yang ada di dapur. Dia lalu minum airnya langsung dari botol. Tujuan Kai sih biar kepalanya jadi dingin.

Lampu dapur tiba-tiba nyala, bikin Kai kaget dan tersedak. Soalnya tadi dia sengaja nggak nyalain lampu.

"Belum tidur lo?" Ternyata Jungah, noona kedua Kai yang juga buka kulkas dan ngambil air putih.

Kai diem nggak menjawab pertanyaan noona-nya yang obvious banget jawabannya. Udah jelas-jelas dia masih bangun, jadi pastilah belum tidur.

Jungah mencuci gelas yang barusan dipakainya. Kai memperhatikan yang dilakukan kakaknya ini lalu tiba-tiba dia punya ide.

"Noona," panggil Kai pelan.

Jungah berbalik dan menghadap Kai. "Apa?"

"Mau nanya sesuatu."

"Apaan?"

Kai diem sebentar. "Noona paling suka atau paling pengen ditembak cowok pake cara apa?"

Jungah tertegun mendengar pertanyaan Kai yang tampaknya nggak sama sekali dia duga. Kai udah siap aja noona-nya tertawa dengan pertanyaannya yang menyedihkan itu.

"Mau nembak Borin lo?" Jungah malah balik nanya.

Giliran Kai yang kaget gara-gara Jungah noona menyebut nama Borin. Apa seluruh orang di dunia ini tau dia cinta mati sama Borin? Perasaan dia nggak pernah curhat sama siapapun di rumah soal Borin. Jungah noona juga dari dulu nggak pernah ngurusin kalo Borin main ke rumah sama Chanyeol. Apa eomma yang cerita? Apa Jungah noona kalo lagi ngumpul sama Yoora noona suka gosipin dia sama Borin?

"Kenapa kaget? Keliatan banget dari dulu lo suka sama Borin." Jungah noona kayak bisa baca pikiran Kai. Dia ketawa kecil liat ekspresi adiknya.

Kai masih diem. Ternyata bener dari dulu gerak-gerik asmaranya udah terpampang nyata. Ya gimana ya, susah nggak jadi kasmaran emang kalo udah di dekat Borin.

Jungah mendekat dan berdiri di samping Kai. Biarpun Kai duduk, tapi tinggi mereka nyaris sama. Emang seluruh gen tinggi di keluarga mereka seakan diturunkan buat Kai semua. Sama kayak Chanyeol yang menjulang sendirian di keluarganya.

"Hmm kalo gue sih ya paling suka kalo ditembak secara langsung, face to face. Berdua. Nggak usah pake kejutan di depan banyak orang. Malu dan kalo mau nolak susah." Kata Jungah.

"Ya kali gue ditolak," Kai akhirnya bersuara.

"Pede amat lo," kata Jungah sambil ngacak-acak rambut Kai dengan sayang.

"Doain diterima lah." Kai manyun.

Jungah noona ketawa. "Belajar dulu yang bener. Jangan sampe nilai tes jelek gara-gara pacaran."

"Yang mau pacaran siapa juga?"

"Lah lu bilang mau nembak."

"Cuma mau ngungkapin perasaan. Kalo ternyata dia suka juga, baru ditembak."

"Ah elah, rumit amat hidup lu, anak kecil. Kebanyakan rumus fisika lo," kata Jungah, ngakak sambil ngacak-acak rambut Kai.

Kai cemberut. Selalu begini ending-nya kalo udah ngobrol sama Jungah noona. Di mata kakaknya, mau Kai segede apa juga tetep dianggap anak kecil.

"Sukses ya. Gue yakin lo pasti bisa. Fisika aja takluk apalagi Borin? Fighting! Makasih tadi traktiran pizza-nya." Jungah menepuk bahu Kai lalu meninggalkan dapur.

Kai menghembuskan nafas panjang. Dia lalu berdiri, matiin lampu dapur, dan balik ke kamarnya.

Sampai kamar, Kai langsung merebahkan diri di ranjang. Kai mengambil ponsel dan diketiknya sesuatu buat Borin.

Sent.

Kai lalu berdoa semoga besok berjalan lancar. Dia lalu menutup mata. Tiba-tiba teringat adegan di greenhouse lagi. Kai jadi senyum-senyum lagi. 

 

Sebuah X adalah cium untuk ciuman lembut
Sebuah O adalah untuk melingkari pelukan
Mungkin kau sudah tahu

Aku diam-diam menulis surat untukmu
Dan itulah apa yang kutulis di akhir
Meskipun aku tidak pernah memberikannya padamu

Bagaimana kabarmu hari ini?
Ada sesuatu yang istimewa?
Hanya kata-kata biasa yang melewati benakku
Sebenarnya, hatiku yang dalam, lebih dalam dari laut
Kata-kata yang aku benar-benar ingin sampaikan adalah bersamaku

Ketika kau bersamaku, kau tampak begitu nyaman
Kau terus bermain lelucon padaku
Setiap kali kau tersenyum, senyum putihmu
Apakah hatimu ya atau tidak?
Berikan aku tanda, X atau O
Ini tidak menyenangkan untuk menunggu

Haruskah aku berani dan memberitahumu?
Tulisan tanganku jelek, surat ini memalukan
Keempat kata-kata tidak cukup
Seperti laki-laki, aku akan menunjukkan kepadamu melalui tindakanku

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment