Touch It

Kai, Sang Pejuang Cinta

8y5hxjJ.jpg

 

Kai lagi milih-milih lagu di playlist iPhone-nya. Seperti biasa kalo udah siang gini kebosanan melanda. Sampe-sampe eomma aja ngungsi ke kamar sebelah gara-gara udah akrab sama ibu-ibu yang jaga anaknya di kamar itu. Kai sih maklum, ibu-ibu cocok dikit langsung deh ngomongin A sampai Z.

Kai sih berharap dengan dengerin lagu dia bisa tidur siang nyenyak, daripada dilanda kegabutan yang luar biasa. Baru saja dengerin dua lagu dari Bruno Mars, Kai mendengar pintu kamarnya diketuk. Kai langsung mem-pause lagu dan mencopot earphone di telinga. Agak heran, nggak mungkin eomma-nya pakai ngetuk segala. Perawat juga udah masuk tadi. Appa sama noona-noonanya juga masih pada kerja. Baekhyun sama Kyungsoo katanya sibuk di klub seni. Borin dari tadi nyuekin chatnya. Lah siapa?

"Masuk!" Kai duduk di ranjangnya dan sedikit teriak, biar yang ngetuk pintu denger.

Pintu terbuka dan Kai langsung merasa kamar tempatnya istirahat dapat cahaya surga. Ternyata Borin. Dia masuk sambil senyum malu-malu dengan membawa tas plastik jinjing.

"Hey, gimana udah mendingan kan?" Tanya Borin sambil meletakkan tas plastik di meja samping ranjang.

Kai masih memandang Borin dengan terkesima. "Udah sembuh sih. Kok lo ke sini? Sendirian lagi. Naik apa barusan?"

Borin sedikit memandang tajam ke arah Kai gara-gara dapat pertanyaan bertubi-tubi. "Naik subway. Emang gue nggak boleh ke sini lagi?"

"Ya boleh banget lah, tapi naik subway nggak aman buat cewek."

"Jongin! Banyak kok cewek yang sendirian naik subway dan plis lo lupa gue jago hapkido?"

Kai senyum-senyum, biarpun khawatir dikit tapi tetep aja dia senengnya banyak karena Borin mau datang buat jenguk dia lagi. "Kirain lo nggak ke sini, soalnya Baekhyun sama Kyungsoo nggak bisa. Lagian dari tadi chat gue nggak dibales." Kai mulai sok cute pake duckface segala.

"Hehe sorry deh, tadi sengaja. Biar sedikit surprise gitu."

"Cie niat amat bikin gue happy nih."

Borin terdiem, keliatan malu. Kai jadi diem juga, karena merasa salah omong bikin suasana awkward.

"Eh lo bawa apa nih? Kok repot-repot segala." Kai mengalihkan pembicaraan.

"Oh ini cuma apel sama jeruk kok. Nggak repot."

"Nggak usah bawa nggak apa-apa ah."

"Ih namanya jenguk orang sakit itu harus bawa-bawa, udah sopan santunnya gitu. Kemarin gue kan nggak bawa."

"Tapi gue sekarang udah sembuh kok kata dokter." Kai senyum bahagia.

"Wah udah diperiksa? Selamat ya." Borin keliatan ikut girang juga.

Kai jadi makin bahagia liat Borin excited pas denger dia sembuh. "Makasih, ntar malam pulang, nunggu dijemput appa. Besok udah sekolah lagi."

"Nggak masuk juga nggak pa-pa, Jongin. Biar full recovery dulu."

"Udah kelas 12, nggak boleh lama-lama ketinggalan pelajaran. Lagian minggu ini kompetisi bola udah mulai."

Muka Borin tiba-tiba berubah. "Tunggu, lo besok mau latian bola langsung gitu?" Borin kedengeran nggak suka.

"Ya latian kecil kayak lari-lari ringan biar nggak kaku, sama denger strategi dari pelatih."

"Masa langsung lari-lari? Kalo lo sakit lagi gimanaaa???" Borin keliatan sedih dan khawatir.

Kai makin seneng liat Borin khawatir gini. "Gue udah sembuh. Percaya deh. Lagian gue yakin, kalo lo di posisi gue, pasti juga nggak mau ngelewatin latian penting buat kompetisi kan?" Kai ngomong sambil menatap mata Borin.

Borin terdiam cuma balas mandang Kai. Tapi meskipun diam, Kai tau kalo Borin setuju sama apa yang dibilangnya barusan. Soalnya Kai tau dia dan Borin dari dulu punya jiwa kompetitif. Mereka bakal berjuang buat memberikan kemampuan terbaik. Intinya kalah nggak ada dalam opsi kalo mereka udah berkompetisi.

Borin menghela nafas panjang. "Lo udah makan belum?" Borin ganti topik dan Kai tau dia menang dalam argumentasi barusan.

"Udah. Disuapin eomma barusan."

"Oh iya eomma lo mana deh?"

"Ke kamar sebelah kayaknya. Udah akrab sama-sama ibu-ibu yang jaga anaknya. Gue sih sabar aja dianggurin gini."

Borin ketawa, bikin Kai ketawa juga. "Mau buah yang gue bawa nggak? Apel apa jeruk?"

Penawaran langka yang wajib diiyakan. "Boleh. Apel aja ya."

"Ada pisau nggak?"

"Apel langsung makan aja. Gue tim makan apel pake kulitnya kok."

Borin nemu pisau yang dibawa eomma di laci meja dan lalu ngambil apel satu. "Lo barusan gejala typus. Jadi jangan makan kulit apel dulu, itu terlalu kasar."

Oke, Kai diem, biarkan sang penguasa hati menang kali ini. Borin pun beraksi mengupas apel. Kai memperhatikan gerak-gerik Borin. Tangannya terlihat udah ahli banget dalam mengupas. Jari-jari Borin yang panjang kurus kenapa jadi keliatan makin atraktif dengan apel dan pisau di genggaman. Di tengah-tengah ngupas apel, Borin menyibakkan sisi rambut kanannya ke belakang yang sempat jatuh menutupi pandangan, lalu menyelipkannya di telinga.

Demi Tuhan, Kai nggak pernah mikir sebelumnya kalo ngupas apel aja bisa seseksi ini. Borin udah bikin pengupasan apel ke new level.

Borin udah selesai ngupas apel dan membaginya jadi empat bagian. Dia lalu nyerahin apel buat Kai yang menerimanya dengan seneng luar biasa.

"Makasih, Borin." Kata Kai nggak bisa menutupi kegirangannya.

Kai selama ini suka makan semua jenis buah-buahan, tapi kayaknya kali ini dia yakin apel udah berhasil jadi buah favoritnya. 'Selamat ya apel, lo kudu terima kasih sama Borin,' kata Kai dalam hati sambil ngunyah si buah dengan hati gembira.

Saat ngunyah irisan apel terakhir, ada yang ngetuk pintu kamar. Kai dan Borin otomatis ngeliat ke ara pintu. Kai jadi penasaran, siapa lagi yang dateng?

"Eomma lo?" Tanya Borin sambil pandangan masih di pintu.

"Nggak mungkin, eomma sih langsung masuk ngapain pake ngetuk segala." Jawab Kai. "Masuk aja!" Teriak Kai biar yang ngetuk denger.

Pintu terbuka dan Kai sama sekali nggak nyangka sama sekali waktu ngeliat siapa yang masuk. Ada tiga cewek. Mereka adalah Nayeon, Dahyun, dan Chaeyoung. Ketiganya anak kelas 11, anggota cheerleader sekolah yang biasanya suka liat Kai dan tim bola saat latian. Yap, mereka adalah fangirls Kai di sekolah juga. Dan Kai bingung gimana ceritanya tiga cewek ini tau dia dirawat di rumah sakit.

"Kai sunbae!" Mereka bertiga kompak banget nyapanya, diiringi dengan ketawa cekikikan malu-malu.

Kai sumpah masih bingung. "Kalian kok tau gue di sini?" Kai langsung to the point. Soalnya setau dia di sekolah yang tau kalo Kai rawat inap cuma Baekhyun, Kyungsoo, sama Borin aja. Terus yang tau dia sakit cuma wali kelas sama Pak Hyukjae, guru ekskul bola. Mungkin teman-teman sekelasnya juga tau sih dia sakit soalnya Kai nggak masuk dua setengah hari, tapi dia kan udah wanti-wanti Baekhyun sama Kyungsoo buat jaga rahasia soal rawat inap.

"Dua hari lalu aku liat Sunbae di sini dianter Baekhyun sunbae sama Kyungsoo sunbae. Eommaku kan salah satu perawat di sini," kata Nayeon.

"Terus kemarin sama kemarin lusa, kami nggak liat Sunbae ikut latian bola. Jadi makin curiga deh kalo Sunbae sakit," giliran Chaeyoung ngomong.

"Nayeon nanya eomma-nya ada nggak pasien yang namanya Kim Jongin. Katanya ada. Ya udah karena kangen Sunbae dan khawatir, kita bertiga jenguk deh," lanjut Dahyun.

Kai nggak bisa komentar liat dedikasi mendadak dari tiga fangirls-nya ini. Kai melirik Borin yang langsung terdiam berdiri di sampingnya. Borin sih nggak menunjukkan ekspresi apa-apa, tapi Kai jadi nggak enak sendiri. Apalagi hubungannya sama Borin lagi asyik-asyiknya sekarang.

Seakan ngerti Kai lagi ngeliatin Borin, tiga fangirls juga ikutan liat adik kelas mereka ini. Mereka jadi bisik-bisik sendiri. Bahkan ketiganya dengan jelas nggak bisa menutupi rasa iri mereka pada Borin.

"Sunbae, gimana kabarnya?" Nayeon nanya dengan suara agak dikerasin dikit keliatannya biar Kai sadar kalo di ruangan itu nggak cuma Borin aja ceweknya.

"Udah baikan." Jawab Kai males-malesan. "Harusnya kalian nggak usah ke sini sih."

"Kan kita khawatir, Sunbae." Dahyun yang jawab.

"Ehm gue keluar dulu kalo gitu." Borin akhirnya buka suara.

Baru sekali melangkah, Kai menarik tangan Borin. Kai lalu menggenggam erat pergelangan tangan Borin biar nggak kabur.

"Jangan keluar. Di sini aja." Kata Kai, pelan tapi tegas.

Borin keliatan kaget sama apa yang dilakuin Kai, begitu juga dengan tiga sekawan fangirl. Borin dan Kai berpandangan. Kai bersyukur Borin diem aja nggak bergerak maju lagi, meskipun wajahnya masih tanpa ekspresi. Tangan Kai yang tadinya menggenggam pergelangan tangan Borin, beranjak turun menuju jari-jari Borin. Dia menyelipkan jarinya di jari Borin.

"Ehm Sunbae kapan pulang dan sekolah lagi?" Nayeon membuyarkan konsentrasi.

"Oh..besok." Kai jawab dengan santai.

Kai selanjutnya seakan nggak dengar apa celotehan Nayeon dkk karena rasanya hatinya mau meledak waktu dia merasakan jari-jari Borin ditautkan ke jari-jarinya. Sumpah Kai nggak nyangka Borin bakal ngelakuin ini. Jadi secara nggak langsung Kai sama Borin kayak bergandengan tangan. Kai pun tanpa pikir panjang langsung menggenggam jari-jari Borin makin erat. Berbunga-bunga rasanya apalagi tangan Borin lembut dan hangat.

Borin sepertinya juga udah nggak ada niat buat keluar lagi. Malah dia bales ngeliatin kakak-kakak kelas 11 yang memandangnya dengan sinis karena dapat perhatian dari Kai. Suasana dalam kamar pun semacam perang dingin. Tiba-tiba sunyi. Tapi Kai nggak peduli yang penting Borin kini ada di sampingnya dan menggenggam tangannya.

"Lo siapanya Kai sunbae?" Dahyun tiba-tiba nanya sambil ngeliatin Borin dengan judes.

"Temennya sama adik kelasnya." Borin jawab dengan santai.

Nggak tau kenapa Kai pengen ketawa denger cara jawab Borin yang lempeng. Si tiga serangkai pun juga langsung terdiam.

"Ya udah deh Sunbae, kita bertiga pulang aja. Get well soon ya," kata Nayeon pada akhirnya.

"Oke. Makasih udah jenguk." Ya meskipun mereka dateng nggak diharapkan, Kai tetep menjaga sopan santun.

"Sunbae jangan sakit-sakit lagi." Chaeyoung manyun.

Kai maksa ketawa. "Iya iya."

"Yuk girls. Bye Sunbae." Nayeon mendorong kedua tangannya ke arah pintu dan mereka nggak pamit ke Borin, seolah cewek ini nggak ada aja di dalam kamar.

Kai dan Borin melihat tiga serangkai sampe ketiganya nggak keliatan lagi setelah pintu ditutup. Keduanya pun masih di posisi sama dengan tangan juga masih bergandengan.

"Kenapa lo nggak ngebolehin gue keluar? Kan kasian para penggemar lo nggak bisa quality time sama idolanya," kata Borin, masih ngeliat ke pintu.

Kai ngakak denger istilah Borin barusan. "Males. Cape gue liat tingkah cewe-cewe agresif kayak mereka."

Borin akhirnya liat Kai. "Iyadeh yang punya banyak fans."

"Kayak lo nggak ada fans aja."

"Nggak sebanyak lo kan?"

"Ya gimana lagi, kan gue emang penuh pesona." Kata Kai yang langsung dapet pukulan ringan di lengan dari Borin.

Tepat saat itu pintu tiba-tiba terbuka. "Jongin."

Ternyata eomma-nya Kai. Borin refleks narik tangannya dari genggaman Kai. Meskipun nggak ikhlas ngelepasin tangan Borin, tapi ya awkward emang sih kalo diliatin eomma.

"Lho ada tamu? Eh Borin ya?" Kata eomma-nya Kai setelah nutup pintu.

"Hehe iya, Eomeonim." Borin langsung mendekat ke arah eomma-nya Kai, lalu membungkukkan badan. "Eomeonim apa kabar?"

Sejak kecil Chanyeol, Borin, dan Yoora noona memanggil eomma dengan 'eomeonim'. Kai dan para noona-nya juga manggil ibunya Borin dengan eomonim. Kakak Borin, Yoora noona, memang sahabat kakaknya Kai, Jungah noona. Jadi sejak dulu keluarga mereka emang dekat. Selain itu, dulu Kai dan Chanyeol, memang seakan nggak bisa pisah. Sepulang sekolah pasti main bareng, bahkan Sabtu Minggu mereka sering gantian nginep di rumah masing-masing. Kadang juga kalo misal keluarga Kai pergi ke mana gitu, Chanyeol sering diajak. Begitu juga sebaliknya. Nah Borin ini, paling sering ikut Chanyeol main ke rumah Kai.

"Baik, Nak. Tambah cantik aja kamu. Udah SMA ya? Kalian satu sekolah lagi?" Tanya eomma-nya Kai, sambil menepuk punggung Borin.

"Iya, kami satu sekolah." Borin senyum.

"Udah lama sekali kamu sama Chanyeol nggak main ke rumah. Chanyeol sama ortumu sehat?"

"Syukurlah sehat semua, Eomeonim."

Kai memperhatikan percakapan dua wanita di hadapannya ini dengan terpana. Setelah eomma dan para noona-nya, Borin adalah wanita terpenting dalam hidupnya. Atau bahkan Borin lebih penting daripada noona-noonanya yang cerewet. Atau mungkin, kedudukan Borin udah sejajar dengan eomma di hatinya. Jadi liat dua orang penting dalam hidupnya ini berinteraksi dengan akrab, meskipun Borin keliatan formal banget, bikin hati Kai rasanya adem. Apalagi senyum Borin yang sopan dan agak malu-malu begitu enak dipandang mata.

"Ini kamu yang bawa?" Eomma menunjuk buah-buahan yang dibawa Borin.

"Iya. Maaf cuma bawa dikit."

"Borin, malah harusnya kamu tuh nggak usah bawa. Apalagi si Jongin nanti malem juga udah pulang."

"Nggak apa-apa, Eomeonim. Masa jenguk orang sakit nggak bawa-bawa sih?"

"Yang penting kan doanya biar cepat sembuh."

Ya, Kai merasa mendadak dirinya tak terlihat. Eomma kayaknya lupa kalau anaknya sendiri sedang duduk manis di ranjang. Tapi nggak apa-apa sih, bagus kalo mereka akrab gini, Borin kan besok-besok jadi anak eomma juga. Pikiran itu bikin Kai ketawa sendiri.

"Hei ngapain kamu ketawa sendiri?" Eomma nanya dengan aneh.

"Hah? Nggak apa-apa, Eomma. Inget sesuatu yang lucu aja," kata Kai, masih cengengesan.

"Perasaan kamu dari kemarin juga senyum-senyum sendiri." Eomma menatap putranya dengan curiga.

"Bagus dong, daripada aku sedih hayo?" Kai membela diri. Gimana dari kemarin dia nggak senyum-senyum sendiri, kalo inget betapa sweet-nya Borin.

"Iya juga sih." Eomma ketawa, Borin juga.

"Ehm, maaf. Udah sore jadi saya mau pulang dulu." Borin berpamitan dengan formal.

"Lho cepat banget." Eomma masang ekspresi sedih.

"Ini udah dari tadi, Eomeonim. Lagian udah gelap juga."

"Kamu sendirian? Pulang naik apa?" Sekarang eomma keliatan cemas.

"Iya sendiri dan naik subway."

"Duh hati-hati lho kalo naik subway sendirian. Kenapa nggak di sini aja, nanti pulang bareng-bareng." Eomma ngasih saran yang bikin Kai teriak yes-yes dalam hati.

"Teman saya mau ngerjain tugas di rumah. Kasian kalo dia nunggu."

Eomma kecewa sekarang. "Ah begitu. Tapi kamu janji hati-hati ya. Kalo udah sampe rumah nanti, hubungi Jongin."

Borin senyum lebar. "Baik, Eomeonim. Kalo gitu saya pamit dulu." Borin akhirnya ngeliat ke Kai lagi. "Jongin gue pulang dulu ya. Sampe jumpa."

"Hati-hati, Borin. Inget pesen eomma, kalo sampe rumah, chat gue." Kata Kai.

Borin cuma ngangguk dengan meyakinkan. "Permisi dulu semua." Borin membungkukkan badan kepada eomma, lalu dadah-dadah sama Kai.

Eomma mengikuti Borin sampe pintu. Di pintu mereka masih ngobrol dengan gaya bisik-bisik yang bikin Kai penasaran. Sebelum pergi Borin menganggukan kepala ke eomma dan liat ke arah Kai. Kai pun lansung mengangkat tangan dan dadah yang dibales senyuman manis dari Borin.

Setelah menutup pintu, eomma jalan ke arah Kai. "Jadi....kamu pacaran sama Borin?"

Kai nggak siap dapet pertanyaan ini. "Hah? Uhmm....nggak sih." Betapa Kai pengen mengiyakan pertanyaan eomma.

Eomma malah ketawa. "Jadi kamu masih naksir dia?"

Eomma emang juara, selalu tau perasaan anaknya jadi Kai nggak ada alasan buat ngelak. "Keliatan banget emangnya?"

"Banget." Eomma ngacak-acak rambut anaknya. "Pede banget kamu. Emang Borin-nya mau sama kamu?"

Kai manyun. "Eomma ngeraguin pesona anakmu ini?"

Eomma ngakak. "Nggak lah. Eomma sampe capek ngangkat telepon dari cewek-cewek yang nyari kamu terus. Kayak nggak ada cowok ganteng lain aja."

"Eomma, cowok ganteng itu banyak tapi yang berkarisma kayak aku nih nggak ada."

Eomma ketawa lagi. "Selalu pede. Tapi nggak apa emang gitu kenyataannya."

Kai jadi ketawa juga. "Eh tapi Eomma, Eomma setuju kan kalo punya menantu kayak Borin?"

Eomma melotot dan langsung menjewer telinga kiri Kai. "Kamu ini, SMA belum lulus, udah mikir mau nikah aja. Lulus dulu, wamil, kuliah yang bener, cari kerja, baru mikir nikahin anak orang. Ini aja masih di rumah sakit, udah mikir yang nggak-nggak."

"Aduh duh eommaaa," teriak Kai kesakitan.

Ibu dan anak itu lalu berdebat seru. Tapi Kai yakin, di balik kecerewetan eomma-nya, sebenernya dia setuju dengan pertanyaan Kai yang terakhir.

 

Tidak ada kata yang bisa menggambarkanmu
Aku tak bisa mengungkapkannya
Aku tak butuh yang lain selama aku memilikimu
Selama aku memilikimu

Siluetmu yang memusingkan
Bahkan bayanganmu pun indah
Dan setiap detil gerakanmu
Membuatku gila

Kau menyibak rambutmu
Gerakan seksi itu sayang
Gerakan tubuhmu
Rasa suka ku padamu telah terungkap
Dan tanganku lemas, sayang

Sekarang di hadapanku
Merasa bahagia sekarang?
Yeah, aku merasa bahagia sekarang
Meledak di dalam pikiranku, apa yang bisa aku katakan?

Aku bangunkan imajinasiku
Dan datang dengan ratusan gambaran dirimu
Semua gerakan kecilmu tampak seperti suara

Alasannya tak harus
Menjadikannya sepenting itu
Dengan satu gerakan kecil tanganmu saja
Kau sudah bisa mengguncangku

Kau punya apa yang aku inginkan
Hanya itu yang aku butuhkan
Kau harus berada di sisiku

Kita tak ingin menyesalinya
Aku tak bisa menahan diri
Meskipun aku menganggap seolah tak ada yang terjadi
Aku terus jatuh cinta padamu
Memangnya aku tak tahu,
Ketika matamu terus menatapku?
(katakan saja kalau kau menginginkanku)

Ujung jari lentikmu
Oh, mencoba menggodaku
Terkadang seolah tak peduli
Gerakanmu membuatku pusing

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment