Baby, Don't Cry

Kai, Sang Pejuang Cinta

 

Kai barusan dari kamar mandi buat gosok gigi, kebiasaan baiknya sebelum tidur. Saat udah rebahan dan berniat matiin lampu meja samping tempat tidur, ringtone pesan masuk yang khas mendadak memecahkan kesunyian. Kai melirik sekilas ke layar hape dan langsung kaget waktu tau itu pesan dari Borin. Tumben banget tapi langsung bikin Kai bersyukur demi dewa.

 

Jongin, udah tidur?

 

Ugh ternyata gini ya rasanya ditanya udah tidur apa belum sama orang tersayang. Sambil senyum-senyum, Kai langsung balas.

 

 

Dan setelah itu, Kai mendadak sama sekali nggak ngantuk. Berkali-kali dibacanya chat dari Borin, sekedar memastikan kalo ini semua bukan mimpi belaka. Gara-gara nggak ngantuk juga, Kai akhirnya baca-baca soal teori relativitas sampe ketiduran.

 

****


Kai menarik nafas lega mendengar bel pulang akhirnya berbunyi. Setelah guru keluar kelas, Kai buru-buru pengen segera menuju rooftop.

"Buru-buru amat, mau ke mana sih?" Baekhyun heran melihat Kai langsung gerak cepat.

"Ada urusan. Duluan ya. Bye." Kai setengah berlari.

Tapi waktu sampe di pintu, Kai hampir tabrakan sama Seulgi, anak kelas sebelah.

"Kai!" Bukannya kaget atau gimana hampir tabrakan, Seulgi malah senyum super ceria begitu lihat Kai. "Kai, gue ada perlu bentar sama lo nih."

'Duh..apa lagi sih ini?' Kai mendesah pelan, tapi nggak mungkin dia marahin Seulgi. "Ada apa?"

"Lo jadi tim penasihat buat panitia festival penyambutan siswa baru minggu depan. Mau ya? Ya ya ya?" Seulgi merajuk.

"Kenapa gue? Kok nggak lo aja?"

"Gue juga. Diminta 5 anak kelas 12 yang pernah jadi panitia tahun lalu buat jadi penasihat sekarang. Taehyun sama Seungwan udah setuju. Lo juga ya sebagai ketua panitia tahun lalu, plis? Cuma ngawasin panitia kelas 11 aja kok." Seulgi memohon dengan sedikit aegyo.

Berhubung Kai pengen cepet-cepet ke rooftop akhirnya terpaksa dia setuju. "Iya deh nggak apa-apa."

"Yay, thanks ya, Kai. Ntar gue kabarin kapan ada rapat panitia." Seulgi sedikit lonjak-lonjak kegirangan. "Eh mau ngopi bareng nggak di cafe seberang?"

Kai menautkan alisnya, dia udah menduga pasti ujung-ujungnya jadi gini. "Sori gue ada perlu. Gue duluan ya."

Belum sempat Seulgi ngasih tanggapan, Kai udah lari secepat kilat, bikin Seulgi agak-agak dongkol.

Kai baru berhenti lari saat dia sampai di tangga menuju rooftop. Tarik nafas panjang setelah lari dan dihapusnya sedikit keringat di dahi biar kelihatan fresh. Setelah itu Kai naik pelan-pelan. Pintu menuju rooftop sengaja dibuka pelan-pelan tanpa suara, Kai mau ngintip Borin udah di sana apa belum.

Borin ternyata udah duluan, tapi dia nggak sendirian. Yang bikin hati Kai kayak dihantam palu adalah Borin ternyata sama Taeyong, teman sekelasnya yang pernah bikin Kai iri.

"Gue sayang sama lo. Lo mau nggak jadi pacar gue?" Taeyong bicara hati-hati.

Mendengar apa yang dikatakan Taeyong barusan, bikin Kai mendadak pusing. Kai merasa kaget, marah, sekaligus iri. Iri sama Taeyong yang baru kenal beberapa minggu udah berani nembak Borin. Kai tau Taeyong bukan cowok pertama yang nembak Borin, tapi ini pertama kalinya dia menyaksikan langsung meski diam-diam.

Kai bisa lihat ekspresi Borin yang datar meski agak keliatan shock. Kai pun nggak berhenti berdoa dalam hati supaya Borin nolak Taeyong. Kasihan juga sebenarnya, tapi Kai nggak mau lah Borin pacaran sama cowok lain.

"Kalo lo butuh waktu, gue bersedia kok nunggu jawaban lo." Taeyong memecahkan kesunyian di antara mereka.

"Gue jawab sekarang aja." Borin akhirnya buka suara.

Bukan hanya Taeyong yang deg-degan nunggu jawaban Borin, Kai juga ikutan tegang. Seolah-olah jawaban dari Borin bisa membuat Kai berhenti bernafas atau melanjutkan hidup.

"Hmm...kita temenan aja ya, tetep kayak gini. Maaf, Taeyong."

Taeyong keliatan nggak bisa ngomong dan cuma bilang 'oh'. Sementara Kai langsung menarik nafas lega. Pengen rasanya dia menyerobot ke rooftop dan meluk Borin karena telah membuatnya tenang.

Setelah diam beberapa saat, Taeyong akhirnya dengan gentleman menerima jawaban Borin. "Ya udah nggak apa-apa. Kita tetep temenan ya."

Borin mengangguk sambil senyum manis banget. Dia keliatan lega dengar kata-kata Taeyong barusan.

"Kalo gitu gue pulang dulu. Sori udah ngikutin lo sampe ke sini."

"Ah iya nggak apa-apa."

Mendengar Taeyong mau pulang, Kai buru-buru turun tangga sambil berusaha nggak menimbulkan suara. Dia nggak mau ketahuan habis nguping dan ngintip acara penembakan dan penolakan Taeyong. Setelah itu Kai langsung sembunyi di toilet. Kai merasa kayak pengecut sih, tapi Kai juga nggak mau Taeyong malu ada orang lain yang tau dia habis ditolak. Ntar tambah kasihan.

Setelah sekitar 10 menit merenung di toilet, Kai memutuskan kembali ke rooftop. Ketika ia membuka pintu, Borin sedang menikmati pemandangan sekolah dan sekitarnya, tapi begitu mendengar langkah kaki Kai, dia menoleh.

"Sori gue telat." Kai memaksakan senyum.

"Nggak apa-apa. Yuk langsung mulai aja ya." Kata Borin seolah-olah barusan nggak ada kejadian apa-apa. "Duduk di sana?" Borin menunjukkan satu-satunya bangku panjang yang ada di rooftop yang dijawab anggukan oleh Kai.

Begitu sama-sama duduk, Borin langsung mengambil buku catatan klub sains. Dia langsung menuju halaman yang bikin dia bingung.

"Gue bingung hubungan antara dilatasi waktu dan teori relativitas." Borin langsung to the point.

Kai yang dari tadi diam-diam merhatiin Borin, sedikit kaget denger pertanyaan. Dan mendadak, Kai jadi lupa semuanya. 'Fokus Kai, fokus'. Kai menarik nafas, "Yang mana tadi?"

Borin sedikit heran, melihat Kai yang kayaknya pikirannya terbang entah ke mana. "Hubungan dilatasi waktu dengan teori relativitas."

"Oh...dilatasi waktu salah satu bagian dari cakupan teori relativitas. Loe mau menghitung perbedaan waktu di bumi sama di luar angkasa?"

"Yaps," Borin mengangguk semangat.

"Pertama kita harus tau komponen dilatasi waktu yang terdiri dari waktu benda diam, waktu benda bergerak, kecepatan cahaya, dan kecepatan benda bergeraknya. Dan kita biasany diminta cari waktu benda bergerak atau t nol nya. Perlu diingat kalau kecepatan benda bergerak harus dikonversikan dulu ke dalam meter per detik. Setelah itu..........." Kai pun menjelaskan panjang lebar.

Borin memperhatikan penjelasan Kai dengan seksama, seperti seorang siswa rajin sedang mendengarkan gurunya. Dia sesekali nanya, kalau masih ada yang belum dimengerti.

"Nah udah paham kan? Coba sekarang lo kerjain soalnya!"

"Oke." dan borin pun langsung serius dengan buku dan pensilnya.

Di saat Borin lagi serius ngerjain, Kai tiba-tiba teringat acara penembakan itu lagi. Dan entah kenapa dia nggak bisa menahan rasa penasarannya.

"Gue tadi nggak sengaja denger lo ditembak Taeyong."

Kata-kata Kai sukses mengalihkan perhatian Borin dari teori relativitas. Ia pun memandang Kai dengan penuh tanda tanya.

"Kenapa lo tolak? Gue cowok aja tau kalo dia ganteng."

"Jadi gue harus pacaran sama dia cuma karena dia ganteng?" Borin balik nanya.

"Ya nggak. Cuma lo udah sering kan nolak cowok."

"Gue nggak ada perasaan lebih sama Taeyong atau cowok-cowok yang udah gue tolak."

"Bentar, lo pernah nggak sih, suka sama seorang cowok?" Kai nanya dengan nada hati-hati.

Borin terdiam. "Kenapa lo nanya itu?"

"Kalo lo nggak pernah jatuh cinta, lo nggak akan tau gimana indahnya rasa deg-degan saat loe lihat orang yang lo suka atau serunya rasa kangen kalo lo nggak ketemu dia."

Borin tersenyum sinis. "Lo kira gue nggak pernah ngerasain itu? Gue juga pernah jatuh cinta."

Kali ini jawaban Borin bikin hati Kai rasanya tertusuk. Ada rasa sakit saat dia mengetahui fakta kalo gadis yang dipujanya, ternyata pernah suka seseorang. "Lo......."

Borin memotong kata-kata Kai. "Gue bukan hanya ngerasain yang loe bilang tadi. Gue juga tau gimana rasanya sakit hati. Tiap kali gue ketemu dia, gue pengen meluk sekaligus nampar dia, karena udah bikin gue berbunga-bunga sekaligus kecewa." Dan mata Borin berkaca-kaca.

Kai makin tertegun. Mendengar apa yang dibilang Borin, dia merasa cemburu, kecewa, sakit hati, sekaligus sedih melihat matanya yang berkaca-kaca. "Siapa cowok itu?"

"Emangnya lo mau ngapain kalo lo tau siapa dia?"

"Gue nggak akan tinggal diam kalo ada yang nyakitin lo."

"Lo nggak boleh ngapa-ngapain dia. Walaupun dia sering nyakitin gue, tapi....gue sayang dia."

"Borin..."

"Lo nggak kenal dia, Jongin. Dan lo nggak perlu tau."

Borin buru-buru balik ke buku, pensil, dan dilatasi waktu lagi. Tapi Kai sempat lihat, saat Borin diam-diam menghapus air mata dengan punggung tangannya.

Kai kehilangan kata-kata. Dipandangnya Borin yang sedang menunduk sambil mencorat-coret rumus dilatasi. Kai patah hati Borin suka sama seseorang, tapi sekaligus bertekat dan berjanji kalau dia pasti bisa meyakinkan Borin untuk menerima cintanya. Kai janji dalam hati kalau dia nggak akan pernah bikin Borin menangis seperti yang cowok brengsek itu.

Kai menengadahkan muka dan menutup mata, berusaha menahan air mata agar tak jatuh setelah tahu gadis yang ia cintai ternyata pernah terluka karena cinta.

 

Aku mohon jangan ragu lagi, tolong bawa pergi hatiku
Ya, semakin tajam semakin baik, bahkan bulanpun menutup matanya malam ini
Kalau saja adalah lelaki lain, kalau saja ada sebuah bait yang diambil dari komedi
Akan aku bakar semua luka dan menukarnya untuk cintamu

Sayang jangan menangis malam ini setelah kegelapan terlewati
Sayang jangan menangis malam ini, ini akan menjadi seolah tak pernah ada
Kau tidak akan menghilang menjadi buih,  sesuatu yang seharusnya tak pernah kau tahu
Jadi sayang jangan menangis, cintaku akan melindungimu

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment