My Turn To Cry

Kai, Sang Pejuang Cinta

 

Jam pelajaran terakhir.

Kelas 12 B lagi jam kosong, gara-gara guru matematika sedang izin mendadak ibunya sakit. Siswa-siswi 12 B cuma dapat tugas ngerjain 5 soal di buku. Yang langsung selesai dikerjain Kai dalam waktu 20 menit aja abis itu disebar ke teman-teman sekelas yang langsung nyontek. Bener atau salah mereka nggak peduli, yang penting tugas selesai dan yang ngerjain seorang Kai, jadi bisa dipercaya jawabannya.

Setelah selesai, mereka langsung nganggur. Tapi nggak ada yang keluar kelas, karena itu dilarang di SMA 1. Mereka nggak mau terciduk inspektur sekolah dan dipanggil ke ruang guru, gara-gara berkeliaran di luar kelas saat masih jam pelajaran.

Jadinya sekarang di kelas 12 B pada punya kesibukan sendiri-sendiri. Yang cewek, ada yang bikin grup dan dari tadi asyik ngobrolin masalah makeup sampe boyband favorit mereka. Ada juga yang asyik baca webtoon. Yang cowok di pojok, pada main kartu. Yang lainnya ada yang gambar, nonton vlog, main game sampai kegiatan paling the best yaitu tidur.

Kyungsoo dari tadi asyik baca-baca di Naver, mulai dari berita politik terkini sampai resep masakan. Baekhyun tadi abis main PUBG, tapi sekarang dia pasang earphone sambil nyanyi-nyanyi sendiri. Nggak ada yang protes karena emang suaranya bagus. Yang cewek-cewek malah ada yang request.

Lalu apa yang dilakukan Kai?

Melamun. Mikirin Borin. Nggak faedah banget sebenarnya, tapi dia lagi males ngapa-ngapain. Dan kalo udah nganggur gini, Borin nggak mau say goodbye dari otak rasanya. Apalagi Kai ingat janji pada dirinya sendiri. Kemarin kan dia pede tuh mau lanjut berjuang buat Borin, nyatanya sampai sekarang dia belum ada usaha apapun. Kemarin malem mau chat aja mikir ribuan kali dan ujungnya nggak jadi-jadi juga.

Tiba-tiba terdengar suara Baekhyun menyanyikan lagu Some milik Junggigo dan Soyu.

"Kadang-kadang aku merasa terganggu tanpa sebab
Tapi perasaanku untukmu tidak pernah berubah
Mungkin akulah yang aneh
Aku pikir, akulah yang berjuang sendiri

Aku ingin bangun dan membaca pesan darimu setiap pagi
Aku ingin tertidur dengan suaramu untuk mengakhiri hari
Pada akhir pekan, aku ingin memelukmu di depan
banyak orang untuk menunjukkan kepada mereka

Aku tidak suka kamu, tidak suka kamu waktu itu
Tapi aku hanya punya kamu, aku hanya memilikimu
Dengan jelas menggambar garis untukku
Jangan menariknya kembali tapi ungkapkanlah cintamu padaku

Semakin aku berpikir tentang hal ini
Aku semakin penasaran tentang perasaanmu yang sesungguhnya
Gadis, kamu begitu ambigu
Aku tidak bisa melakukan apa-apa atau mungkin aku mengharap keajaiban
Aku ingin tanda yang jelas namun
Aku melupakan semua tentang hal itu ketika aku melihat senyummu

Hari-hari ini, rasanya seperti kamu milikku
sepertinya kamu milikku tapi tidak
Rasanya seperti aku milikmu
Sepertinya aku milikmu tapi tidak

Jangan menempatkan aku dalam hatimu dan mencari di tempat lain
Mengapa kamu tidak berhenti bertingkah seperti kamu tidak tahu padahal kamu tahu?
Jangan memberikan alasan bahwa kamu lelah
Cepatlah dan katakan padaku, aku mencintaimu"

Kai tertegun mendengar liriknya. Kok dia banget ya rasanya?

Dan dia teringat kata-kata beberapa orang....

Chanyeol saat di Viva Polo. 'Gue potong urat nadi gue kalo Borin nggak suka sama lo. Borin tuh adek gue. Gue tau dia kayak gimana. Emang sih dia nggak pernah cerita. Sama kayak lo yang nggak pernah cerita soal ini. Tapi kalian berdua tuh dari dulu udah obvious banget tahu nggak'

Eunwoo di bus kemarin. 'Kami sampe bingung Borin kenapa, pertama kalinya liat dia nangis. Waktu ditanya kenapa, dia nggak jawab. Sempet nanya soal Sunbae, tapi terus dia mohon supaya nggak bahas masalah ini. Karena bikin dia makin sakit katanya. Makanya saya ngira, Sunbae pacarnya Borin.'

Dan Kyungsoo tadi siang waktu ada Seolhyun di kantin. 'Pas lo lagi ngajarin Seolhyun di depan, gue liat Borin kayak cemburu gitu.'

Apa arti semua ini?

Dilihatnya jam dinding. Masih setengah jam lagi bel pulang bunyi dan Kai udah nggak sabar ketemu Borin.

Kai langsung berdiri dan lari keluar kelas. Masa bodo dengan inspektur sekolah. Dia berlari menuruni tangga menuju lantai bawah, deretan kelas 10. Ya ngapain lagi kalo nggak ke kelas Borin. Untungnya sih pas sampe depan kelas Borin, Kai nggak ketemu inspektur sekolah.

Kai melihat suasana kelas 10 B. Pada anteng di meja masing-masing siswanya, kayak ngerjain sesuatu gitu. Borin, yang duduk di samping jendela dua bangku depan meja guru, juga kelihatan nulis sesuatu. Dan keliatan cantik banget sampe Kai heran.

Kai melongok buat cari tau siapa guru yang lagi ngajar. Mr Lee Seo Jin, guru bahasa Inggris yang baik banget dan enak kalo ngajar, tapi ditakuti banyak siswa (yang nggak suka Bahasa Inggris sih).

Mampus aja. Nih guru nggak mau ngomong kalo siswanya nggak pakai bahasa Inggris. Prinsipnya keren sih, tapi buat Kai yang rada shy kalo mau ngomong English kan jadi sedikit masalah. Apalagi di depan adek kelas plus Borin.

Tapi ya sudah, power of love harus dikerahkan. Kai mengetuk pintu kelas 10 B dengan mantap setelah sebelumnya menarik nafas panjang.

"Come in." Terdengar suara Mr Seo.

Kai jadi makin deg-degan. Dibukanya pintu perlahan dan masuk ke kelas 10 B pelan-pelan. Kai bisa merasakan pandangan seisi kelas tertuju padanya. Bahkan Kai mendengar beberapa siswa kayak syok dan bilang 'Aww', waktu tahu dia yang mengetuk pintu.

Kai untungnya sukses masang tampang cool, meski jantung nggak ngerti lagi ini berapa kali per detik berdetaknya. Dia tersenyum lalu menunduk pada Mr Seo.

"Kim Jongin, what makes you come here?" Mr Seo pastilah kenal juga sama Kai, pernah ngajar soalnya.

Kai udah berdiri tepat di depan Mr Seo. Dari sudut matanya, dia bisa merasakan Borin sedang memperhatikannya. "I'm sorry for....interrupting your class, Sir. But I....I have to talk to one of your stundent. Like right now. Please." Kai meringis.

Mr Seo tersenyum, mungkin dia senang Kai, muridnya saat kelas sebelas, has improved. "Who do you want to talk to? And for what occasion until you cannot wait the bell to ring?"

Kai mikir sejenak. "Park Borin. I need to talk to her for the science club."

Kai melihat ke arah Borin. Ya benar seperti dugaan Kai tadi, dia sedang melihatnya. Borin kelihatan heran.

"What's wrong with the science club? Your Science Olympic has finished, hasn't it?" Mr Seo nggak nyerah juga, sambil ngetes Kai nih kayaknya.

"It's not about Olympic. It's about our chemistry." Ngomong apa lu, Kai? Kai pun mentally nampar diri sendiri.

"Chemistry?"

Kai menarik nafas. "Sir, we kind of hmm having chemistry project. But too bad there is a little chaos between the science club members that needs to be...fixed as soon as possible for the better future. We have...ehm you know hmm to find our chemistry again or yes something like that so that our chemistry project could be done soon."

Asli Kai bingung dia mau cari alasan apa. Mr Seo juga kelihatan mengernyitkan dahinya.

"I don't really understand what you meant. But oh well Park Borin, have you done your quiz?" Mr Seo melihat ke arah Borin, Kai juga.

Borin bergantian, melihat Kai dan Mr Seo. "Yes," katanya pelan.

"Good. Give me your paper then you can follow your senior to find the chemistry." Kata Mr Seo lalu tersenyum pada Kai.

Kai ikutan senyum. "Thank you so much, Sir."

Borin berjalan ke depan lalu menyerahkan jawaban kuis bahasa Inggris ke Mr Seo. Setelah itu Borin dan Kai, saling berpandangan awkward.

"What are you both still doing here? Looking for the chemistry here?" Kata Mr Seo.

Kai tertawa kecil dengan garing. "No, Sir. Excuse me."

Setelah itu Kai memberi tanda pada Borin untuk mengikutinya. Kai berjalan ke arah pintu san membukanya, lalu mempersilakan Borin buat keluar duluan.

Setelah pintu kelas tertutup, keduanya masih berdiri awkward.

"Ada apa?" tanya Borin, hati-hati.

"Kita ke ruang science club aja. Ada yang mau gue omongin. Soal kita."

Dua-duanya berpandangan sejenak. Di wajah mereka, terlihat jelas kalo sama-sama nervous.

Kai jalan duluan menuju tangga. Pengen gandeng tangan Borin sebenarnya, tapi takut ada guru lihat. Jadinya sepanjang jalan ke ruang science mereka diam seribu bahasa.

Kai mengambil kunci ruang science club yang nyaris selalu ada di sakunya. Lampu di dalam dihidupkan. Dan setelah Borin masuk, Kai mengunci pintu dari dalam.

Kini mereka berdiri berhadapan.

Kai menata detak jantungnya biar teratur dulu. Perlahan kepalanya diangkat buat melihat wajah Borin dengan jelas.

"Gue sebelumnya minta maaf soal kata-kata gue di Common Ground." Kata Kai.

Borin diam lalu mengangguk pelan. "Itu...lupain aja."

"Sekarang ada yang mau gue tanya. Tolong jawab jujur."

Borin diam dan melihat Kai dengan tegang.

"Lo inget, waktu lo abis ditembak Taeyong di rooftop. Setelah itu lo cerita soal cowok yang lo sayang. Yang katanya bikin lo pengen nampar lalu meluk dia."

Kai berhenti bentar sebelum lanjut ngomong. "Yang pengen gue tanyain. Cowo brengsek yang lo maksud itu...apa itu gue?"

Borin yang tadi kelihatan tegang mendadak jadi sedih. Matanya berkaca-kaca, bikin Kai khawatir.

"Borin?"

Kai melihat satu air mata menetes dari mata Borin yang segera dihapus cepat-cepat. Kai yang makin berasa double khawatirnya mendekat buat minta maaf tapi kemudian....

Kai syok saat Borin menampar pipi kirinya. Nggak keras sih, tapi bikin kaget. Refleks Kai menoleh tapi setelah itu Borin memeluknya erat. Borin menangis sesenggukan di dada Kai.

Kai otomatis langsung memeluk Borin balik. Beban yang selama ini dirasakannya mendadak lumer tapi sekaligus sedih karena Kai jadi sadar sudah berapa kali dia membuat Borin menangis. Dia mengutuk dirinya sendiri, karena nggak tau apa yang dirasakan Borin selama ini. Dia cuma sibuk ngejar tapi nggak berani mengungkapkan rasa, padahal Borin pasti udah cape nunggu lihat Kai kayak nggak ada effort buat nembak. Betapa bodohnya Kai selama ini.

Kai memeluk Borin lebih erat. Diletakkannya dagu di bahu Borin. "Mulai sekarang, jangan nangis lagi. Gue janji nggak akan bikin lo sedih lagi."

Mendengar kata-kata Kai, Borin makin terisak. Tanpa sadar, Kai menangis juga....

 

Foto memudar aku hampir membuangnya
Rasanya sangat sakit sehingga aku tidak dapat melihat mereka sekarang
Malam ini tanpa tidur lagi
Aku memejamkan mata dan duduk di ruang gelap
Aku menggambarkan wajahmu, tersenyum malu dan mata yang lembut
Aku ingin memelukmu, tapi apa yang harus dilakukan
Jangan menangis tanpa aku

Sekarang giliranku untuk menangis, aku akan melakukannya
Mengumpulkan air matamu
Sekarang giliranku untuk menangis, serahkan saja padaku
Untuk air mata itu saat ini
Untuk air matamu itu kali ini

Aku masih sangat mencintaimu dan aku merindukanmu
Jangan menangis, mohon tetaplah bahagia

Untuk air mata itu kali ini
Aku mencintaimu ya untuk air mata itu kali ini
Aku mencintaimu

Aku mencintaimu aku mencintaimu Jangan menangis
Serahkan saja padaku

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment