History

Kai, Sang Pejuang Cinta

 

Kai dan Borin masih pelukan. Bedanya mereka udah nggak nangis lagi. Kai emang nggak ada niat ngelepasin Borin sih. Pikirnya dia jarang-jarang kan kayak gini.

Bel pulang akhirnya berbunyi. Borin melepas pelukan dan menarik diri dari Kai. Dia lalu merapikan rambutnya, kayak awkward gitu, nggak tau harus ngapain setelah adegan pelukan barusan.

Kai senyum lihat Borin yang kikuk. Tapi sebagai pihak gentleman di sini, dia merasa harus bertanggung jawab dalam membawa hubungan ini mau ke mana.

"Borin." Kai memecah suasana sunyi. Yang dipanggil cuma menoleh dan nggak bilang apapun. Kai mendadak grogi sebenernya tapi ya masa dia diam juga.  "Gue sayang sama lo. Sayang banget."

Demi apapun di dunia ini setelah ngomong kalimat sakti barusan, hati Kai rasanya plong. Entah dari kapan dia pengen ngomong sayang ke Borin, dan akhirnya bisa juga. Kai rasanya bangga dengan diri sendiri. Borin masih diam ngeliatin Kai dan tiba-tiba air matanya mengalir lagi. Borin buru-buru menghapus air matanya. Kai otimatis langsung panik dan mendekati si gadis.

"Lho kok nangis sih?" Tanya Kai khawatir.

"Nggak kok ini gue seneng tau." Borin akhirnya ngomong juga.

Kai langsung diem dengar kata-kata barusan. Seneng banget dia sampai gigit bibir biar nggak keterusan senyum.

"Kenapa nggak bilang dari dulu?" Tanya Borin tiba-tiba.

"Ya gimana mau bilang kalo lo judes banget sama gue gitu. Tiap gue ngasih kode, pasti lo kayak yang nggak peduli. Kan gue ngiranya lo benci sama gue." Kai mengungkapkan perasaannya selama ini.

"Ya gimana gue nggak sebel. Lo abis sok-sok romantis ngasih kode, abis itu tebar pesona dan manis sama cewek-cewek lain. Kan gue ngira lo cuma becanda dan nganggep gue mainan doang." Borin buka suara.

Kai mau ngomong tapi ditahan. "Masa sih gue kayak gitu?"

"Lo tuh kesenangan kan punya banyak fans cewek? Keliatan banget tau."

Kai garuk kepalanya. "Ya emang seneng sih..."

"Tuh kan...."

"Tapi kan gue sayangnya sama lo. Dari SD sampe detik ini, cuma lo yang gue mau."

Adu argumentasi berhenti bentar, soalnya pipi Kai dan Borin sama-sama memerah. Kai pun bingung kudu ngomong apa lagi.

"Gue.....mau mati rasanya kalo liat lo sama cowo lain. Gue rasanya nggak berguna kalo liat lo ketawa sama mereka." Kai bergumam sambil duduk di atas meja, tapi cukup buat didengar sama Borin.

Setelah diem, giliran Borin yang ngomong sambil nunduk. "Inget nggak waktu lo ngajak ketemuan ke kantin? Waktu itu gue mau ada diskusi kelompok, tapi karena pengen ketemu lo juga, gue mau ke kelas lo dulu aja sebelum diskusi. Tapi....pas mau nyampe, malah liat lo gandengan sama kakak kelas yang namanya Soojung. Gue sakit hati liatnya. Makanya gue langsung cuek sama lo."

Kai langsung merasa hatinya sakit lihat Borin kayak gini. Dia inget waktu Soojung tiba-tiba datang menyeretnya ke rooftop, ternyata Borin lihat dan salah paham. Ternyata selama ini bukan cuma dia yangg menderita.

Kai memegang dahu Borin dan mengangkat wajahnya. "Waktu itu Soojung tiba-tiba datang sambil nangis ke kelas dan nyeret gue ke rooftop. Dia pamit pindah ke Amerika dan sedih katanya pisah sama gue. Waktu lo cuek sama gue buat nutupin sakit hati, gue malah sok deket sama cewe lain buat nunjukin kalo gue fine-fine aja tanpa lo. Padahal aslinya gue rasanya kayak di neraka. Maafin gue ya?" Kata Kai tulus.

Borin mengangguk dengan mata berkaca-kaca. Kai tersenyum lalu membelai rambut Borin sebentar sebelum tangan kirinya menggenggam tangan Borin dan menautkan jari mereka.

"Kita pacaran yuk. Biar semua tau kalo gue cuma punya lo dan lo cuma buat gue. Gimana?"

Borin akhirnya senyum dan mengangguk. "Gue sayang sama lo."

Dunia Kai rasanya cerah saat dengar kata sayang dari Borin. "Bilang apa tadi? Ulangi dong!" Kata Kai sambil tetap menggenggam tangan Borin.

Borin menahan diri supaya nggak ketawa. "Gue sayang sama lo, Jongin."

"Gue juga. Gue sayang banget sama lo."

"Udah tauuu." Borin melet.

"Hmmm..."

Kai menarik tangan Borin sampai wajah mereka tinggal beberapa senti saja. Hidung mereka juga hampir bersentuhan. Borin langsung syok.

"Eh tunggu mau apa lo?" Kata Borin, memundurkan kepala biar ngga dekat banget sama Kai.

"Emang menurut lo gue mau ngapain?"

Borin menarik tangannya dan jalan menuju pintu. "Gue mau pulang."

Kai pura-pura marah. "Kok gitu sih?"

"Ayo pulang!"

"Cie ngajak pulang bareng."

"Ih apaan sih. Lo mau pulang nggak sih?"

"Mau. Tapi gue latian bola." Kai manyun dan jalan juga ke arah pintu, sambil ngambil kunci di saku. "Mau nemenin gue latian dulu nggak?"

"Hmm nggak, mau pulang aja. Manja banget sih minta ditemenin."

Kai cuma ketawa. Pintu ruang science club terbuka dan mereka berdua keluar lalu jalan berdampingan. Tangan Kai sebenarnya gatel pengen gandeng Borin, tapi nggak tau kenapa dia jadi deg-degan dan malu sendiri. Ujung-ujungnya malah garuk rambut belakangnya yang nggak gatal.

"Ke kelas gue dulu yuk, gue mau ngambil tas. Abis itu ke kelas lo. Ntar gue anterin sampe gerbang," kata Kai saat mereka menuruni tangga dan jalan menuju kelas 3-B. Lorong udah sepi, banyak yang langsung pulang kayaknya.

"Gue bisa pulang sendiri kok."

"Kok nolak perhatian pacar sih?" Kata Kai dengan wajah menggoda.

Pipi Borin langsung merah, kayak masih aneh aja gitu Kai nyebut mereka pacaran. "Diem deh."

"Cium nih!"

"Jongin!" Borin langsung mencubit pinggang Kai.

"Ya ampun sakit, Yang."

"Yang Yang apaan sih." Borin protes tapi wajahnya malah makin merah.

Kai ngakak melihat ekspresi Borin dan ngacak-acak rambut si pacar. Dia lalu masuk kelas yang udah kosong dan ngambil tas. Setelah itu menghampiri kekasih yang nunggu di depan kelas dan tanpa rasa ragu lagi, Kai menggandeng tangan Borin. Yang digandeng awalnya nggak mau dan pengen lepasin tangan, tapi Kai malah makan menggemgam erat jari jemari Borin.

Kai tersenyum manis buat Borin. Dan mungkin karena pengaruh senyum Kai yang memang super manis, Borin pun nggak berontak dan akhirnya menggenggam tangan pacarnya juga. 

Keduanya lalu jalan, menuju lantai bawah dan diam-diam sama-sama lupa bagaimana caranya berhenti tersenyum.

 

Aku berputar-putar jauh
Dan aku kembali ke sini untuk memulai lagi
Aku dipenuhi dengan kesalahan
Tapi dengan belajar, aku bisa menjadi lebih kuat
Pada hari kita menyadari bahwa matahari yang terbesar dan terhebat
Bersama menuju masa depan kita

Aku membutuhkanmu dan kamu menginginkanku
Di planet yang disebut bumi ini
Di hari kita menciptakan mimpi, kita bangkit lagi

Ketika kamu ingin percaya kalau ini selamanya
Ketika kamu ragu katakan kamu akan melakukan ini suatu hari nanti
Kamu tak tahu jika esok adalah akhir
Lupakan penyesalan, jangan takut

Tolong cintai
Semakin serasi, semakin sempurna
Semua kesedihan dan kebahagiaan di sini
Kamu dan aku dalam kehidupan yang sama

Masa depan yang akan kita mulai, bersejarah
Dengan satu hati satu matahari
Lebih kuat dan abadi karena kita menjadi satu

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment