I am your 'sasaeng' fans, Maroo-shi

NICE GUY FF - After The Ending

Eungi terdiam, ia agak bingung dan sebutlah sedikit terbuai kala mata binar Maroo menatapnya sedekat ini. Pria tampan itu menarik pinggangnya lebih erat dan memandanginya seperti sedang menelusur peta harta karun.

Eungi sadar, belum waktunya untuk mengingatkan Maroo tentang segala hal mengenai mereka. Pria itu bisa saja pergi karena menganggapnya gila dan jika sudah begitu, akan aneh bagi seorang Eungi untuk berkeliaran kembali di sisi Maroo.

Wanita itu mendorong tubuh Maroo ke belakang dan berteriak sewot.

“Aaah… apa kau akan memakanku hidup-hidup hanya karena aku tahu namamu Kang Maroo?” hardik Eungi. Tatapannya sinis. Sedetik lalu ia membeku dan kini ia seolah siap berbalik mengunyah Maroo.

“Namaku, bagaimana kau tahu nama lengkapku?” Maroo mengernyit curiga.

“Kau pikir siapa yang menolongmu saat pingsan tadi? Kau pikir petugas di tempat itu tidak ingin tahu siapa namamu?” Eungi melangkah maju dengan siku terlipat.

Ia menyudutkan Maroo ke batas pagar loteng ruko ini.

“Aku marah tapi aku akan membiarkanmu menginap disini karena telah membantuku membawa koper! SEMALAM! HANYA SEMALAM!” Eungi berbalik pergi dengan angkuh, ia berjalan memasuki rumah dengan senyum licik, sementara Maroo menatap aneh.

~oOo~

Maroo masuk ke dalam kamar yang ditunjuk Eungi sebagai kamarnya. Ia menutup pintu dengan perasaan aneh. Ada rasa nyaman dan bahagia yang menyelinap tanpa sebab dalam hatinya. Jantungnya berdebar kuat saat ini.

“Apa aku gugup karena berada di tempat asing? Atau aku terlalu tak sabar untuk mulai bekerja?” Maroo menyentuh dadanya.

Tepat pada saat itu sesosok wajah melongok dari balik jendela yang menghadap ke balkon. Maroo nyaris berteriak karena kaget, Eungi – si wanita sinting itu memasang ekspresi polos seraya berkata, “Jangan lupa tutup jendela karena anginnya sangat dingin!”

Maroo mendengus, ia berjalan mendekat dan menutup jendela dengan keras di depan muka Eungi yang melotot sebal.

“Aku pasti akan menutup jendela bahkan di siang hari sekali pun! Gila!” gerutu Maroo. Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan memejamkan mata. Sekilas, bibirnya memulas senyum tipis nan misterius.

***

Eungi sedang gaduh di dalam dapur ketika Maroo melintas di pagi itu.

“Good Morning,” sapa Maroo agak canggung campur heran.

Eungi tidak menjawab, ia sibuk melongok-longok isi laci yang menjulang tinggi di atas kepalanya.

“Aku berterimakasih karena kau telah membiarkanku menginap kemarin malam. Aku sudah mengemasi barang-barangku dan bersiap untuk pergi, sekali lagi terimakasih,” ujar Maroo. Sayangnya bukannya mendengar jawaban, ia malah mendengar bunyi klontang disertai teriakan aduh seorang wanita. Maroo berbalik dengan kaget, di hadapannya Eungi mengomel tak karuan karena tertimpa rombongan panci dari atas lemari.

Kepalanya tertimbun di dalam belasan merk panci berbagai ukuran, sementara tangannya menggapai-gapai meminta pertolongan. Maroo tertegun sejenak sampai akhirnya ia meledak dalam tawa. Eungi makin berisik dan makiannya kini mengarah pada Maroo. Dari menyalahkan panci, ia jadi menyalahkan Maroo yang asyik tertawa.

“Hyaaa… pelan-pelan! SAKIT!!!” teriak Eungi. Maroo yang tengah mengompres dahinya begitu hati-hati dengan es batu sampai terlonjak kaget.

 “Apa kau sarapan speaker? Aku tidak pernah tahu ada wanita seberisik dirimu, Nona!” dengus Maroo geram.

“Ini semua karenamu!” caci Eungi.

“Karenaku?” Maroo mengernyit polos.

Eungi terdiam, merasa salah bicara.

“Kenapa karenaku?”

“Karena aku ingin membuat sarapan untukmu!” teriak Eungi yang terpojok.

“Kenapa ingin membuat sarapan untukku?”

“Karena… ah sudahlah!” Eungi mengibaskan tangan Maroo dari dahinya. Ia bangkit dan berjalan kembali ke dapur, membenahi semua biang kekacauan yang menimpanya tadi.

Maroo menggeleng heran dan mengikuti jejak Eungi, ia lantas berjongkok di sisi wanita itu, membantunya mengembalikan para panci pembuat gaduh ke dalam kediaman mereka yang damai. Panci terakhir, Eungi berjinjit dan meletakkan benda itu di tempat paling atas. Ia tak mau menerima uluran tangan Maroo.

Tanpa Eungi sadari, sesosok bayangan hitam berkelebat mengintip mereka. Merayap dengan kecepatan supersonic dan tanpa sengaja merambat di atas ujung jari Eungi. Kecoa berwarna belang dengan ukuran sejempol tangan  manusia menampakkan jati dirinya.

Eungi megap-megap, berteriak histeris dan naik ke punggung Maroo dengan spontan.

Maroo yang tidak siap, terang saja nyaris kehilangan keseimbangan tubuhnya. Ia mencoba menurunkan Eungi namun wanita itu rupanya jelmaan siluman cicak. Ia menempel dengan erat di punggung Maroo.

Pelajaran nomer 1: Setiap wanita, sekeren dan semenyebalkan apapun ia. Akan tetap menjerit bila bertemu dengan kecoa. Wahai kecoa, tidakkah kalian merasa keren, karena berhasil seorang menaklukkan Seo Eungi?

~oOo~

 

 

Kau itu wanita macam apa?

Maroo menyendok bubur di atas mangkoknya sambil memandangi Eungi yang masih mengkerut kesal karena insiden demi insiden pagi ini.

“Apa kau terlibat cinta terlarang di masa lalu dengan kecoa itu sampai menjerit seperti orang diperkosa begitu melihatnya?” ledek Maroo di tengah kedai bubur kerang khas daerah tersebut. Eungi melotot, “Hyaaa… perhatikan kalimatmu! Diperkosa kau bilang?”

“Apa kalimatku terlalu kasar? Kukira kau wanita yang tidak suka basa-basi? Dilihat dari caramu memperlakukanku yang tak ada manis-manisnya sama sekali. Kau berbeda dengan yang lain,”

“Maksudmu?” Eungi memicingkan matanya, memandangi Maroo dengan penuh curiga.

Apa dia diam-diam berkencan dengan banyak wanita selama di Amerika?

“Ada apa dengan caramu menatapku? Aku merasa seperti seorang suami yang ketahuan berselingkuh,” Maroo merespon datar.

“Suami? Kau GR sekali. Apa kau menyukaiku?” ledek Eungi tak mau kalah.

“Menyukaimu? Cepat makan buburmu! Setalah itu kita harus memeriksakan otakmu ke klinik tempatku bekerja!”

“Kenapa?”

“Aku bahkan belum sehari mengenalmu dan kau berpikir sejauh itu,” Maroo menggeleng, meremehkan.

Eungi tersenyum ringan, “Jadi kalau kau mengenalku, kau akan menyukaiku, Kang Maroo?” tanyanya tanpa basa-basi.

Maroo yang semula bersikap santai, mendadak berubah serius. Ia menarik ujung bibirnya, membuat sebuah senyuman kecil.

“Kau pikir setelah mengenalmu lebih dalam, aku akan menyukaimu Nona Seo… Eun…gi?” Maroo mengeja nama Eungi dengan penekanan tertentu.

“Kenapa tidak? Bukankah kau lelaki normal? Kau tidak merasa familiar dengan namaku? Seo… Eungi…” Eungi balik mengeja namanya dengan penuh percaya diri, seolah menantang Maroo untuk mengingatnya.

“Siapa itu? Nama seorang artis?”

“Artis??? ITU NAMAKU!”

Maroo menahan senyumnya melihat ekspresi gusar Eungi.

“Cepat selesaikan makanmu Nona Seo atau kau akan menjadi artis di tempat ini!” Maroo meletakkan sendoknya dan pergi menuju kasir untuk membayar.

“Aku mentraktirmu! Anggap saja sebagai biaya menginap semalam!” Maroo keluar dan menggeret kopernya, meninggalkan Eungi yang masa bodoh dengan tatapan aneh orang-orang di sekitarnya.

~oOo~

 

Eungi menatap tangga di hadapannya tanpa ekspresi. Garis wajahnya begitu datar.

“Kalian akan mati di tanganku!” Eungi membulatkan tekadnya dan bergegas menaiki tangga.

Di seberang jalan, di balik sebuah tikungan, Maroo tengah memperhatikannya diam-diam.

“Kau ingin bermain teka-teki ini berapa lama lagi denganku, Nona Seo?” Maroo mengulum sebuah senyuman penuh arti.

~oOo~

Hari itu juga Eungi mulai membersihkan rumah atap yang disewanya. Ia menyapu, mengepel, menata kursi dan meja hingga menyemprot seluruh sudut rumah dengan obat pembasmi serangga. Dengan kacamata selam yang ia pinjam dari si pemilik rumah dan masker, ia membunuh setiap serangga yang mencoba mengusik kedamaian calon toko rotinya.

Perjuangan mendapatkan hati Maroo kembali ternyata tidak semudah yang Eungi pikirkan. Mulai hari ini ia akan menguntit kemanapun pria itu pergi dan menjadi penganggu nan elegan. Kenapa Eungi menyebutnya demikian? Karena ia akan terus bersikap jual mahal tapi juga tak bisa disingkirkan oleh Maroo.

Eungi sedang menyemprot laci di dalam lemarinya saat seorang pria menepuk pundaknya dari belakang. Eungi yang kaget dan tak siap lantas berbalik dan menyemprot muka tersebut.

“HUAAAA… UHUK…UHUK… HENTIKAN!!!” teriak pria asing berwajah manis di hadapannya. Pria itu terjatuh dan sibuk menutup mulut serta hidungnya.

 “Kau… siapa?” teriak Eungi balik. Pernah nyaris terbunuh membuatnya mudah curiga.

“Ah… namaku… Tak Go. Kim Tak Go. Uhuukkk… Uhuuuk…” jawab pria itu kepayahan.

“Tak Go? Sepertinya aku pernah mendengarnya, tapi dimana ya?” Eungi melirik tajam dan mengamati Tak Go dari atas sampai bawah, kemudian atas lagi dan bawah lagi.

Tak Go bangkit dan mengibas-ngibas udara di hadapannya.

“Hmm… Apa kau diutus oleh Pengacara Park?” tanya Eungi datar.

“Iya,” jawab Tak Go masih sedikit sesak.

“Oh, baiklah. Kau bisa mulai mengajari membuat kue setelah semua serangga di tempat ini mati,” Eungi memberikan semprotan serangganya pada Tak Go yang bengong. Ingin rasanya ia menjerit jika ia adalah Chef bukannya tukang pembasmi serangga, karena sebenarnya ia juga… takut pada kecoa, apalagi kecoa terbang.

.

Sementara itu di rumah penginapannya yang sederhana, Maroo baru saja selesai berbenah dan merasa lelah. Ia merebahkan dirinya di atas hamparan kasur yang nyaman meski agak berbau apek.

Sebuah panggilan masuk mengusik matanya yang hampir terpejam. ‘Kang Choco is calling‘ tertera di atas layar andronya.

“Halo?” sapa Choco ceria di ujung telepon begitu Maroo mengangkat teleponnya.

“Iya?” jawab Maroo agak malas, ia mengantuk.

“Kakak, apa yang sedang kau lakukan?” tanya Choco penuh semangat.

“Sedang telepon denganmu,” jawab Maroo disambut desahan kecewa Choco.

“Aku serius Kak! Bagaimana tempat itu?” Choco berbinar dalam antusiasme.

“Biasa saja di sini,” jawab Maroo.

“Biasa saja?” Choco merasa aneh dengan jawaban Maroo. Apa Kak Eungi belum menemuinya? Pikir Choco.

“Choco, bagaimana kalau kita bicara nanti saja. Kakak ingin istirahat,” pinta Maroo.

“Tunggu! Kak, apa di tempat itu gadisnya cantik-cantik?”

“Kau bertanya gadisnya cantik-cantik? Kau menyukai sesama jenis sekarang? Apa Jae Gil membuatmu kesal?” Maroo yang mengantuk mulai meracau.

“HYAAA… MAKSUDKU APA TIDAK ADA YANG MENARIK PERHATIANMU???” teriak Choco kesal.

“Kenapa semua orang meneriakiku hari ini? TIDAK ADA! DI SINI TIDAK ADA GADIS CANTIK!”

“Benar-benar tidak ada?”

“Tidak ada, sudah kakak mau tidur,” Maroo menutup teleponnya.

“Hyaaa.. halo… halo????” Choco menggaruk kepalanya dengan kesal. Di sisinya ada Jae Gil yang menguping seperti biasa.

“Bagaimana?”

“Entahlah, Kak Maroo mungkin belum bertemu dengan Kak Eungi…” Choco manyun.

~oOo~

Pukul 3 sore,

Maroo menggeliat di atas ranjangnya. Ia membuka matanya dan menguap panjang kali lebar. Ia mengusap mukanya, berusaha menghilangkan kantuk.

Seseorang terus mengetuk pintu kamarnya dengan tak sabaran.

“Kang Maroo… Maroo-shi… Kang Maroo…” suara seorang wanita yang terdengar begitu familiar. Maroo terdiam sejenak di tepi ranjangnya.

Seseorang pernah memanggilnya seperti ini. Seolah ada dejavu dari masa lalu yang Maroo sendiri tak terlalu ingat.

Maroo meraih pegangan pintunya dan menariknya ke dalam, pintu lantas terbuka. Seorang wanita menatapnya kesal. Di tangannya ada sebuah kotak kertas beraroma lezat.

“Bagaimana bisa seorang Dokter tidur sesore ini? Bagaimana jika ada pasien?” Eungi berjalan masuk dengan seenaknya. Ia menatap ke sekeliling dan memutuskan untuk menaruh kotak berisi kue di tangannya ke atas meja.

Maroo melipat sikunya di tepi pintu. Memandang keheranan.

“Apa kita sepasang kekasih?” tanya Maroo curiga.

Eungi tercekat, ia berbalik dan menatap Maroo.

Apa Maroo sudah mengingatku? Eungi bertanya-tanya.

Maroo berjalan lurus, mendekatkan wajahnya pada wajah Eungi.

“Apa kita sepasang kekasih?” Maroo bertanya sekali lagi.

Eungi mengubah ekspresinya dengan cepat dan menjawab santai,

“Kau berharap kita jadi sepasang kekasih, Kang Maroo?” tanyanya membuat Maroo segera mengalihkan pandangannya pada kotak kue di atas meja.

“Lalu apa artinya itu?”

“Jika kotak itu berarti kita sepasang kekasih, apa yang akan kau lakukan? Membuangnya? Memakannya?”

Maroo sangat menyukai gaya wanita di hadapannya ini. Tak tergoyahkan sedikit pun dan begitu penuh percaya diri.

“Apa yang menurutmu seharusnya aku lakukan pada kotak itu, Nona Seo?” tanya Maroo balik.

“Kau bisa membuangnya,” Eungi menatap serius.

“Setelah memakan kue di dalamnya,” Eungi tersenyum dan Maroo ikut tersenyum tanpa sadar.

Tepat di saat itu, seorang pria dengan wajah memelas muncul di depan pintu. Mendobrak romansa beraura aneh yang tengah menghinggapi Maroo dan Eungi.

“Nona Seo, kemana lagi kita menyebarkan kotak-kotak ini?” tanyanya kelelahan dengan setumpuk kotak di tangan.

Maroo mengernyit, menatap Eungi dengan aneh.

“Aku membuka toko kue di seberang sana dan sedang memberikan sample-nya pada seluruh penduduk desa,” bisiknya sebelum melangkah pergi dengan sebersit senyum kemenangan.

Maroo menggeleng, merasa malu sendiri. Wanita itu sejak kapan jadi begitu menarik di matanya.

“Kurasa aku terlalu berlebihan,” gumam Maroo seraya memandangi kotak kue yang ditinggalkan Eungi.

~oOo~

Paradok waktu adalah hal yang paling sulit untuk Maroo taklukan. Hatinya menggiringnya ke suatu tempat sementara otaknya koma di koordinat bumi yang lain. Dan kali ini, kebenaran mengenai masa-masa di masa lalu yang terkulum pergi akibat cedera otaknya seolah bangkit dan menggoda untuk disimak. Maroo ingat benar dengan wajah si cantik nan misterius yang seringkali mengunjungi di rumah sakit secara diam-diam. Bayangan jelita yang menguar di lorong-lorong sempit samping kampusnya. Sosok ambigu tak teraba yang hinggap di kursi-kursi taman kala musim beranjak menjadi cerah.

Semua kenangan tanpa nama itu kini sedikit banyak menjadi kian jelas. Maroo yakin ia adalah Seo Eungi. Giliran Maroo akhirnya tiba, ia harus membuktikan segala teori sok detektifnya tentang Eungi. Siapapun ia, mereka adalah ikatan di masa lalu yang belum sepenuhnya berakhir.

Maroo memasukkan kedua tangannya ke dalam mantelnya yang hangat. Butiran salju turun perlahan menyapu hening atmosfer.

Bulan Desember dan musim dingin adalah kisah baru bagi Maroo. Kakinya yang dibalut sepatu bot melangkah menaiki tangga, ia memandang lurus ke depan. Rumah atap milik Eungi yang di halamannya kini tertata beberapa kursi dan meja.

Maroo berhenti sejenak, seorang pria dengan wajah kusut layu turun. Mereka bertegur sapa sejenak.

Kim Tak Go pulang ke rumahnya setelah kontraknya sebagai chef pengajar cara membuat kue terbaik di Korea, disalahgunakan oleh Eungi yang seenaknya menyodori Tak Go berbagai pekerjaan. Mulai dari pendekar pembasmi kecoa hingga pengantar kue keliling.

Eungi sedang menata berbagai macam roti di dalam estalasenya saat Maroo sampai di depan pintu tokonya.

Handphone Eungi berdering, wanita itu menerima teleponnya dengan senyuman lebar. Maroo mengintip.

Eungi menekan tombol loudspeaker dan berbicara sambil menata kue-kuenya.

Suara yang Maroo kenal menggema mengisi tempat itu. Kang Choco! Itu suara adiknya.

Maroo terdiam sejenak, ia kemudian membuka pintu dan sukses membuat si pemilik toko terlonjak kaget.

Maroo meraih telepon Eungi dari atas meja, matanya memeriksa nomor dan nama yang tertera di atas layarnya.

‘Kang Choco’

“Maroo….” Eungi menelan ludahnya karena telah tertangkap basah. Entah sebuah game over atau sebuah reset.

“Halo? Choco?” sapa Maroo penasaran.

“Kakak?” Choco menyahut spontan, ia kebingungan.

Maroo menutup telepon dari Choco. Ia sudah menemukan sekeping mozaik dari puzzle tentang masa lalunya. Sudut bibirnya merangkak naik dan merangkai sebuah senyuman sarkastik.

Tapi sebelum Maroo sempat melontarkan sepatah kata, Eungi maju lebih dulu dengan sangat tenang, “Kau mengingatku?” tanyanya.

“Haruskah kuperkenalkan diriku sekali lagi?” Eungi mengulurkan tangannya.

Maroo menatap Eungi, sebuah dejavu menyusuri rongga otaknya. Mereka pernah seperti ini sebelumnya. Di depan sebuah rumah dengan pilar-pilar besar dari bata.

“Namaku Seo Eungi dan aku adalah fansmu,” ujar Eungi.

Maroo tak bereaksi, ia membiarkan tangan Eungi menggantung di udara.

“Begitukah?” tiba-tiba Maroo menarik tangan Eungi dan memeluk wanita itu begitu erat.

Eungi terpaku merasakan hangat tubuh Kang Maroo menyentuh raganya lagi.

“Maroo?”

“Diamlah Seo Eungi! Aku sedang mencoba mengingat semuanya,” desah Maroo.

~oOo~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Methaalana
Si Maroo berasa sialan banget ah! Cekaka~ Sok kagak butuh, sok jaim, sok dingin tapi ngarep! Marooo... aku padamu! *Nulis sendiri, ngomel-ngomel sendiri*^^

Comments

You must be logged in to comment
Alexasky
#1
Chapter 6: Hii i would really love to read the story. Do you happen to know how to translate the story to English please?
kyuhaeni #2
Chapter 42: annyeong.. reader baru di sini..
Kang Maroo di sini ga jauh beda sma Yoo Shi Jin ya yg palyful..
makasi ff nya.. aku yg blm puas nonton Nice Guy baca ini jadi suka bgt! comedy romance lagi.. waah harapan aku tuh kelak Joongki main com-rom drama..
oladilia1310 #3
Chapter 41: Kalo aku berani ngomelin eungi, pasti udah kuomelin! Udah masa" mau melahirkan kok ekstrimnya gk ilang sih *gemesssss* hahahhh
Trus ini gimana eungi lahirannya masa di pulau tanpa RS??!!! Semoga Maroo bisa nanganin kalo emg gk bisa balik ke Seoul :')
And.... i miss ChaeKi Couple so much ㅠㅠ
Semangat kak author!! Kutunggu update selanjutnya! 파이팅! ♡♡
Chaeki_Novit #4
Chapter 38: aku udh baca chapter 39 nya d wattpad
dan waaah cerita'y makin menarik dan seru,, apa yg mencelakai jang mi itu eungi??
d tnggu chap selanjut'y ya :)

*maaf ya aku komen disini. wattpad aku lg gk bsa buat komen

oya aku mulai setuju dngan author-nim kaya'y klu cerita eunma datar2 aja gk kn trasa eunma'y n pasti'y krang menarik hihi jdi aku prcayakan alur'y kpada sang pakar'y aja
semangatt ya thor :D
emoonsong #5
Chapter 38: Hmmm joahhh... ditunggu next chapnya....hehehe
Chaeki_Novit #6
Chapter 38: ayoo ayoo cepat tes DNA biar semua tau (trutama eunma) kalau itu bukan anak'y maroo n jang mi juga harus jujur n selesain msalah dia sendiri sama ex husband'y

aduuhh ini nyonya song kalau lg ngmbek sifat asli'y kluar hahaha lupa ya kalau lg ngandung dede kembar hehehe

semangat thor, next chapter'y jgn lama2 ya
give me sweet happy ending. really happy ending. jeballl
Chaeki_Novit #7
Chapter 38: ayoo ayoo cepat tes DNA biar semua tau (trutama eunma) kalau itu bukan anak'y maroo n jang mi juga harus jujur n selesain msalah dia sendiri sama ex husband'y

aduuhh ini nyonya song kalau lg ngmbek sifat asli'y kluar hahaha lupa ya kalau lg ngandung dede kembar hehehe

semangat thor, next chapter'y jgn lama2 ya
give me sweet happy ending. really happy ending. jeballl
eonnifan
#8
Chapter 38: kan.. udh ketebak jonghyun bukan anak maroo hahhahahaha

sabarlah eungi
tp entah knp aku pengen eungi ky ngelakuin sesuatu yg ekstrim gitu lol
jgn2.. yg jd pembunuhnya.. eungi :O
emoonsong #9
Chapter 37: Komen selanjutnya dariku....

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°©©©°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Jong Hyun tinggal bersama Eng Gi? Kurasa ini baru namanya saingan yang seimbang...
Eng gi tdk mungkin kalah dr wanita manapun dihati Maroo... tp dgn Jong Hyun?....
Aku rasa Maroo akan sedikit bingung bukan?
Meski hatix untuk Eng Gi tapi Maroo tak mampu mengabaikan Jong Hyun...
Dan ini yang akan menyakiti Eun Gi... bukan begitu?
Ah sial bagimu Kang Maroo...

Eun Gi akan mendapat dukungan penuh dr semuanya bahkan dr si Twin...
Dan krn Jong Hyun tdk memiliki siapa siapa disisinya? Kau mungkin akan mengambil tanggung jawab itu...

Dan itu yg tidak diinginkan Eun Gi...
Kau berada bersebrangan dengannya...
Karena itu Eun Gi menginginkan mesin waktu... untuk bisa menemukanmu lebih dulu...
Tapi tentu sj hal yg mustahil... krn ini bukan fanfic doraemon tapi ini ff chaeki...
Hak paten mesin waktu hanya untuk doraemon, nobita dan kawan kawan Readers dan Eun Gi tau itu..
*plakkk abaikan*

Krn itu... kita akan berharap seperti biasa untuk Eun Gi sekali lagi berlari ke pihak Kang Maroo tanpa memedulikan apapun...
Meski itu artinya dia berada dipihak yang sama dengan Jong Hyun... si anak kecil yg menjadi saingannya...

Hey tunggu dulu...
Kurasa Eun Gi tdk sebodoh itu untk mempercayainya...tanpa mengkonfirmasinya dan ayolah Maroo bahkan seorg dokter ... apa mereka bahkan tdk terpikir untk melakukan tes DNA...?
Mengapa perkataan seorg wanita dari masa lalu menjadi begitu terpercaya? Hingga diterima tanpa pembuktian...
#mungki Eun Ma Lelah... butuh piknik...

Hemm meski tes DNA tdk murah tp biaya bukan hal yg perlu dirisaukan oleh seorg Eun Gi kan?
Yah cukup mnngirim sampel rambut Kang Maroo dan Jong Hyun kurasa... hal Ini bisa dipecahkan...





©¶©¶©¶

Eun Gi bisa saja menyerah untuk apapun dan siapapun tp Eun Gi tdk akan menyerah untuk Kang Maroo ...

©¶©¶©¶