TRUTH OR DATE

NICE GUY FF - After The Ending

CHAPTER 8

 

“Mau mencoba sebuah permainan denganku, Eungi?”

“Ya?”

“Truth or Date. Katakan segalanya atau kita berkencan!”

Maroo menatap sok polos.

:::

Maroo terdiam di ruang kerjanya yang sederhana serta hanya berisi meja dan dua buah kursi. Di hadapannya stetoskop tergeletak begitu saja. Tak banyak pasien yang datang pagi ini. Hanya seorang balita yang menderita diare.

Sunyi… Maroo menyalakan mp3 di handphonenya. Lagu San Fransciso mengalun memenuhi ruangan, memberikan ketentraman dalam batinnya.

Entah mengapa, Maroo selalu merasa damai saat mendengarkan lagu milik Scott McKenzie itu. Disandarkannya kepalanya ke kursi dan dipejamkannya matanya.

Maroo jatuh tertidur. Di dalam mimpinya ia melihat Eungi. Wanita itu tengah duduk tertidur sembari bersandar pada tiang jembatan. Ia memakai gaun dengan balutan blazer berwarna merah muda. Wajahnya yang biasanya polos dirias dan bibirnya memakai lipstick.

Maroo  menghampirinya dan berjongkok di depannya. Pandangannya lurus ke depan, netranya dipenuhi oleh siluet Eungi. Ada rasa iba dan tak nyaman di dalam hatinya. Maroo mendekat, jemarinya membelai rambut Eungi hingga membuatnya terbangun.

Eungi terlihat malu dan buru-buru berdiri meski dengan sedikit sempoyongan karena kesemutan.

“Kau akhirnya datang!” Eungi tersenyum riang. Wajahnya polos seperti seorang anak kecil yang memenangkan hadiah dari mesin ding dong.

Maroo hanya mengamati, jemarinya bergerak dan menyapu pelan pipi Eungi yang kenyal seperti bayi.

“Kau tahu, ini pertama kalinya aku memakai gaun, aku bahkan tak bisa merentangkan kakiku. Sungguh tidak nyaman,”

Maroo tersenyum geli, ia merasa gemas pada Eungi.

“Kita punya hutang yang belum diselesaikan ya kan? Kita mulai darimana? Pujian untukmu, penghormatan untukmu, kekaguman untukmu atau pelukan untukmu?” tanya Eungi.

Maroo tak menjawab, Ia malah menarik Eungi dalam dekapannya. Kedua tangannya lantas menyangga lembut lehernya sementara bibirnya berdansa di atas lembab bibir Eungi yang memberikan sensasi aroma cherry.

Maroo menghirup kebersamaan mereka dengan sepenuh hati. Matanya terpejam.

Setelah puas saling mengecup di hening dan remang jembatan, mereka bergandengan tangan berdua menuju pusat kota dimana ada pawai besar-besaran tengah digelar.

Eungi tak mau melepaskan tangannya dari lengan Maroo. Ia terus menggelayutinya dengan manja.

Tak lama, Eungi mengeluarkan kamera digital miliknya dan menggoda Maroo dengan terus-menerus mengambil gambarnya.

Eungi terlihat senang karena berhasil mengusik Maroo yang tak suka difoto.

“Ayo berfoto bersama!” Eungi menarik Maroo mendekat dan mengklik kameranya. Saat itulah Maroo terbangun dari mimpinya. Jarum jam menunjukkan pukul 8 malam.

“Eungi…” Maroo tertegun.

Ia sudah pernah mengalami mimpi seperti ini namun baru kali ini wajah wanita dalam mimpinya itu terlihat jelas.

Ia segera bangkit dari kursinya dan memakai mantel.

“Aku ada urusan penting. Kalau ada pasien, telepon saja. Aku akan datang secepatnya!” seru Maroo pada Perawat Min yang tengah meminum tehnya. Kasihan sekali, Maroo mengagetkannya hingga hampir tersedak.

Di tengah perjalanan menuju RuKo Eungi, Maroo berhenti sejenak. Ia memejamkan matanya. Bayangan Eungi muncul di manapun, di setiap tempat ada wajahnya. Pria bermantel cokelat itu terdiam, memaksa isi kepalanya untuk berotasi mundur dan mengingat segala hal yang mungkin pernah terjadi di antara mereka.

Sementara itu di dalam rumah, Eungi tengah menonton TV bersama Eunsuk sambil menikmati dua cup mie ramen yang masih mengepul panas. Ini pertama kalinya Eunsuk makan mie ramen cup, karena sebelumnya ia memang tak pernah makan makanan instant tersebut.

Apa boleh buat, Eungi sendiri sebenarnya sebelum bertemu dengan Maroo juga tak pernah makan mie ramen instant, tapi sekarang makanan itu malah menjadi teman sejatinya. Terutama sejak pindah ke Tong Yeong. Hidupnya dipenuhi oleh mie ramen. Sudah menjadi rahasia umum jika Eungi tak berbakat turun ke dapur, dan anehnya wanita itu malah nekat mendirikan toko roti di desa ini.

Eunsuk memindahkan channel TV sekenanya. Mereka menonton sebuah drama keluarga, dimana ada adegan pertemuan Ibu dan anak lelakinya yang lama terpisah.

Eunsuk diam-diam menunduk dan merasa sedih. Ia teringat pada Ibunya, Han Jae Hee. Meski masih tak berhubungan dengannya dan menyimpan sedikit kemarahan, namun Eunsuk merindukannya. Eungi yang menyadari itu pun segera mematikan TVnya sambil mengomel, “Ah, acara TVnya tak ada yang menarik!!! Andai desa ini memiliki gedung bioskop, kakak akan mengajakmu kesana dan kita nonton film baru Song Joongki!” Eungi mengoceh seenak jidatnya. Eunsuk tak menjawab. Mereka dibekam hening selama beberapa menit. Eungi tahu Eunsuk sedang mencoba menetralkan perasaannya kembali yang sempat kacau balau.

“Kakak…” Eunsuk akhirnya bersuara. Ia terdengar serius.

“Ya?” Eungi meletakkan cup mienya dengan penasaran.

“Tidak bisakah kau pulang ke rumah? Aku kesepian….”

Eungi terdiam mendengar permintaan Eunsuk yang begitu jujur.

“Tidak bisa,” Eungi menjawab pelan. Ia merasa bersalah.

Ingin sekali ia meminta Eunsuk untuk kembali menghubungi Ibunya yang telah keluar dari penjara sejak beberapa bulan lalu, tapi Eungi takut Eunsuk salah paham serta mengira Eungi ingin mengusirnya dari hidupnya.

“Kakak sangat mencintai pria itu ya?” Eunsuk mendongak, matanya berkaca-kaca.

Eungi mengangguk tak nyaman. “Hmm…” jawabnya.

“Apa dia juga mencintai kakak?” tanya Eunsuk polos.

Eungi mengangguk dengan mantap kali ini. “Iya,” jawabnya.

Eunsuk tersenyum kecil, mengobati kekecewaan yang tengah ia rasakan.

“Aku ingin bertemu dengannya,” pinta Eunsuk disambut ekspresi kaget Eungi.

“Baiklah, kakak akan menunjukkannya padamu,” Eungi berjalan masuk ke dalam kamarnya, ia membuka laci meja yang sebelumnya terkunci dan mengeluarkan sebingkai foto.

“Kakak mencintai pria ini,” Eungi menyodorkan bingkai foto di tangannya pada Eunsuk yang terbelalak tak percaya.

“Inikan?” Eunsuk terperangah, tak tahu harus berkomentar apa. Ia takjub sendiri mendapati foto si kakak dokter yang tampan bersama kakaknya.

“Kau mungkin tidak ingat, tapi kau pernah bertemu dengannya beberapa kali saat usiamu masih 5 tahun,” Eungi mendesah. Ramen di hadapannya telah menjadi begitu dingin.

“Tapi kenapa sikap Kak Maroo seperti itu pada kakak. Ia bahkan tak tahu bahwa aku adikmu hingga aku menyebutkan namamu,”

“Maroo kehilangan ingatannya, dan sekarang alasan kakak tidak bisa berada di sisimu, karena kakak mencintai pria itu dan ingin berada di sisinya, selamanya… meski dia tidak mengenali kakak lagi,” Eungi tersenyum sedih. Ia membelai kepala Eunsuk.

“Kenapa kakak tidak jujur saja pada Kak Maroo? Meskipun ingatannya kosong, tapi kakakkan cantik. Hanya pria bodoh yang tidak mau!” Eunsuk mendadak merasa geram.

Eungi tersenyum geli mendengarnya.

“Masalahnya, Kang Maroo itu bodoh!” bisik Eungi membuat Eunsuk terkekeh pelan.

“Rahasiakan ini ya! Kakak benar-benar ingin memulai dari awal dengannya,” pinta Eungi yang lantas dijawab dengan anggukan dari Eunsuk.

Tanpa mereka sadari, di dekat jendela Maroo sudah mendengar semuanya. Ia bahkan melihat foto yang diletakkan oleh Eunsuk di atas meja.

Airmatanya mengalir turun tanpa sadar. Ia tersenyum dalam haru.

~oOo~

Maroo menatap kertas di tangannya, kertas itu penuh dengan nama Seo Eungi… Seo Eungi… Seo Eungi…

Malam ini hatinya begitu merindukan Eungi, ia sangat merindukannya. Meski ingatannya tak sepenuhnya kembali tapi hatinya tak dapat berbohong. Ia menyukai wanita Seoul itu. Wanita aneh yang seolah menguntitnya.

Jarum jam bergerak menuju angka kembar – 11 malam. Dipandanginya layar handphonenya. Dibacanya kembali pesan dari Eungi.

“Meski kau melupakan aku, aku tetap mencintaimu Maroo!”

Sekarang semuanya semakin jelas dan masuk akal. Sms itu bukannya tanpa alasan. Eungi dan dirinya saling mencintai di masa lalu. Maroo menyentuh dadanya, jantungnya berdetak keras. Cinta itu masih ada. Ia dapat merasakannya.

Ditekannya nomor Eungi tanpa banyak pertimbangan.

Ia belum bertemu lagi dengan wanita itu sejak insiden ciuman di rumahnya kemarin. Saat itu Maroo begitu gugup hingga memutuskan untuk pergi tanpa sepatah katapun, sementara Eungi si pencuri kecupan segera berlari masuk ke dalam kamarnya.

“Halo?” sapa Eungi ragu-ragu.

“Aku demam dan ingin menuntut tanggungjawabmu, Nona Seo!” ujar Maroo. Ia dengan cepat mematikan teleponnya dan heboh sendiri di dalam kamar.

Segala aura dan sikapnya yang tadi sok cool mengabur begitu saja.

“Dia akan datangkan?”

“Ah, kenapa aku memanggilnya Nona Seo? Harusnya Eungi saja!”

“Ah, tidakkah ini terlalu larut? Harusnya aku meneleponnya besok!”

Maroo masih sibuk mengomeli kekurang ajarannya sendiri saat terdengar ketukan pintu yang sangat keras.

Dengan segera pria tampan itu berlari keluar kamar, namun langkahnya terhenti. Ia berbelok ke dapur. Kepalanya menoleh ke sana ke mari. Matanya akhirnya melihat rice cooker di atas meja. Dibukanya benda itu, dibiarkannya uapnya yang panas menyerbu pori-pori wajahnya selama beberapa menit.

Lantas setelah dirasa cukup, Maroo berjalan menuju pintu dengan gaya terhuyung lemah.

Ia membuka pintu, ada Eungi yang menatap cemas di hadapannya.

“Kau benar-benar sakit?” tanya Eungi.

Maroo mengangguk, berakting kedinginan. Eungi menempelkan tangannya menyentuh dahi Maroo yang hangat dan berkeringat karena bantuan rice cooker.

“Bagaimana bisa seorang dokter jatuh sakit semudah ini?” omel Eungi. Ia memapah Maroo ke kamar.

“Kurasa aku tertular saat kau menciumku,” jawab Maroo santai, seolah itu kalimat biasa.

Wajah Eungi bersemu merah.

Ia merebahkan Maroo dengan segera ke atas ranjang yang sebenarnya lebih seperti membanting. Eungi lantas meniru gaya Maroo yang heboh mencari kain untuk mengompres.

Ia ingin mengalihkan topik pembicaraan.

“Dimana aku bisa menemukan kain untuk mengompresmu?” tanya Eungi.

“Di dalam laci,” jawab Maroo.

Eungi segera membuka laci dan mengambil kain kompres yang rasanya seperti sudah dipersiapkan. Wanita itu mengernyit agak curiga.

Ia bergegas menuju dapur untuk mengambil baskom air. Setelah itu dikompresnya dahi Maroo.

“Kau sudah minum obat?” Eungi mengompres dahi Maroo namun menghindari tatapan matanya.

“Sudah,” jawab Maroo datar. Diperhatikannya wajah Eungi, Maroo teringat mimpinya.

“Seo Eungi…” panggil Maroo.

“Hmm…” Eungi masih berusaha menghindari tatapan Maroo.

“Sms itu, apa maksudnya?”

“Sms yang mana?” Eungi berlagak bodoh membuat Maroo tersenyum geli.

“Mau mencoba sebuah permainan denganku, Eungi?” tanyanya.

“Ya?” Eungi menatap bingung.

“Truth or Date. Katakan segalanya atau kita berkencan!”

Eungi tergagap, ia seketika berhenti dari aktivitasnya yang sedang memeras kain kompresan untuk Maroo.

“Maroo?”

“1…2…3… Waktumu untuk menjawab sudah habis. Jadi sekarang kita berkencan?” Maroo menatap sok polos padahal sebenarnya ia tersenyum diam-diam.

~oOo~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Methaalana
Si Maroo berasa sialan banget ah! Cekaka~ Sok kagak butuh, sok jaim, sok dingin tapi ngarep! Marooo... aku padamu! *Nulis sendiri, ngomel-ngomel sendiri*^^

Comments

You must be logged in to comment
Alexasky
#1
Chapter 6: Hii i would really love to read the story. Do you happen to know how to translate the story to English please?
kyuhaeni #2
Chapter 42: annyeong.. reader baru di sini..
Kang Maroo di sini ga jauh beda sma Yoo Shi Jin ya yg palyful..
makasi ff nya.. aku yg blm puas nonton Nice Guy baca ini jadi suka bgt! comedy romance lagi.. waah harapan aku tuh kelak Joongki main com-rom drama..
oladilia1310 #3
Chapter 41: Kalo aku berani ngomelin eungi, pasti udah kuomelin! Udah masa" mau melahirkan kok ekstrimnya gk ilang sih *gemesssss* hahahhh
Trus ini gimana eungi lahirannya masa di pulau tanpa RS??!!! Semoga Maroo bisa nanganin kalo emg gk bisa balik ke Seoul :')
And.... i miss ChaeKi Couple so much ㅠㅠ
Semangat kak author!! Kutunggu update selanjutnya! 파이팅! ♡♡
Chaeki_Novit #4
Chapter 38: aku udh baca chapter 39 nya d wattpad
dan waaah cerita'y makin menarik dan seru,, apa yg mencelakai jang mi itu eungi??
d tnggu chap selanjut'y ya :)

*maaf ya aku komen disini. wattpad aku lg gk bsa buat komen

oya aku mulai setuju dngan author-nim kaya'y klu cerita eunma datar2 aja gk kn trasa eunma'y n pasti'y krang menarik hihi jdi aku prcayakan alur'y kpada sang pakar'y aja
semangatt ya thor :D
emoonsong #5
Chapter 38: Hmmm joahhh... ditunggu next chapnya....hehehe
Chaeki_Novit #6
Chapter 38: ayoo ayoo cepat tes DNA biar semua tau (trutama eunma) kalau itu bukan anak'y maroo n jang mi juga harus jujur n selesain msalah dia sendiri sama ex husband'y

aduuhh ini nyonya song kalau lg ngmbek sifat asli'y kluar hahaha lupa ya kalau lg ngandung dede kembar hehehe

semangat thor, next chapter'y jgn lama2 ya
give me sweet happy ending. really happy ending. jeballl
Chaeki_Novit #7
Chapter 38: ayoo ayoo cepat tes DNA biar semua tau (trutama eunma) kalau itu bukan anak'y maroo n jang mi juga harus jujur n selesain msalah dia sendiri sama ex husband'y

aduuhh ini nyonya song kalau lg ngmbek sifat asli'y kluar hahaha lupa ya kalau lg ngandung dede kembar hehehe

semangat thor, next chapter'y jgn lama2 ya
give me sweet happy ending. really happy ending. jeballl
eonnifan
#8
Chapter 38: kan.. udh ketebak jonghyun bukan anak maroo hahhahahaha

sabarlah eungi
tp entah knp aku pengen eungi ky ngelakuin sesuatu yg ekstrim gitu lol
jgn2.. yg jd pembunuhnya.. eungi :O
emoonsong #9
Chapter 37: Komen selanjutnya dariku....

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°©©©°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Jong Hyun tinggal bersama Eng Gi? Kurasa ini baru namanya saingan yang seimbang...
Eng gi tdk mungkin kalah dr wanita manapun dihati Maroo... tp dgn Jong Hyun?....
Aku rasa Maroo akan sedikit bingung bukan?
Meski hatix untuk Eng Gi tapi Maroo tak mampu mengabaikan Jong Hyun...
Dan ini yang akan menyakiti Eun Gi... bukan begitu?
Ah sial bagimu Kang Maroo...

Eun Gi akan mendapat dukungan penuh dr semuanya bahkan dr si Twin...
Dan krn Jong Hyun tdk memiliki siapa siapa disisinya? Kau mungkin akan mengambil tanggung jawab itu...

Dan itu yg tidak diinginkan Eun Gi...
Kau berada bersebrangan dengannya...
Karena itu Eun Gi menginginkan mesin waktu... untuk bisa menemukanmu lebih dulu...
Tapi tentu sj hal yg mustahil... krn ini bukan fanfic doraemon tapi ini ff chaeki...
Hak paten mesin waktu hanya untuk doraemon, nobita dan kawan kawan Readers dan Eun Gi tau itu..
*plakkk abaikan*

Krn itu... kita akan berharap seperti biasa untuk Eun Gi sekali lagi berlari ke pihak Kang Maroo tanpa memedulikan apapun...
Meski itu artinya dia berada dipihak yang sama dengan Jong Hyun... si anak kecil yg menjadi saingannya...

Hey tunggu dulu...
Kurasa Eun Gi tdk sebodoh itu untk mempercayainya...tanpa mengkonfirmasinya dan ayolah Maroo bahkan seorg dokter ... apa mereka bahkan tdk terpikir untk melakukan tes DNA...?
Mengapa perkataan seorg wanita dari masa lalu menjadi begitu terpercaya? Hingga diterima tanpa pembuktian...
#mungki Eun Ma Lelah... butuh piknik...

Hemm meski tes DNA tdk murah tp biaya bukan hal yg perlu dirisaukan oleh seorg Eun Gi kan?
Yah cukup mnngirim sampel rambut Kang Maroo dan Jong Hyun kurasa... hal Ini bisa dipecahkan...





©¶©¶©¶

Eun Gi bisa saja menyerah untuk apapun dan siapapun tp Eun Gi tdk akan menyerah untuk Kang Maroo ...

©¶©¶©¶