Tamu Tak Diundang

NICE GUY FF - After The Ending

Eun Gi menatap layar USG di hadapannya dengan mata berbinar. Ia sedang menjalani kontrol rutinnya di Rumah Sakit. Perutnya diolesi semacam gel dan rasanya sangat dingin. Dokter menekan pelan perut buncitnya yang kini genap berusia 5 bulan. Ada dua makhluk kecil bergerak-gerak di dalam sana. Senyum Eun Gi pecah, ia merasa sangat takjub dan bahagia. Ah, andai Maroo ada di sampingnya saat ini. Sayangnya, hari ini Eun Gi hanya ditemani Choco dan Seul Gi, keponakannya.

“Aku akan mengeraskan detak jantungnya,” ujar Dokter Park seraya tersenyum.

Eun Gi, Choco dan Seul Gi mendengarkannya dengan antusias.

Eun Gi termangu, netranya berkaca-kaca. Airmatanya jatuh setetes. Sekali lagi, ia berharap Maroo bersamanya saat ini.

“Kedua bayinya memang sangat sehat, tapi bukan berarti ibunya bisa sembarangan. Pola makan dan istirahat yang cukup, serta jangan lupa mengonsumsi vitamin yang diresepkan,”

“Dok….” Panggil Eun Gi agak ragu.

Dokter Park menoleh.

“Berarti sekarang berpergian dengan pesawat tidak akan membahayakan lagikan?” tanya Eun Gi penuh harap.

Dokter Park tersenyum, “Memangnya anda mau kemana?” tanyanya ringan.

Choco dan Seul Gi ikut menatap penasaran.

“Jawab saja, sekarang sudah boleh atau tidak?” paksa Eun Gi.

Dokter Park tertawa kecil, ia mengangguk.

~oOo~

“Apa setelah ini kalian akan kembali secepatnya ke Tong Yeong?” tanya Choco tak rela. Mereka berada di dalam taksi menuju rumah Eun Gi.

Eun Gi hanya tersenyum kecil, sok misterius. Ia menangkup wajah sedih Choco dengan gemas.

“Kau mau cokelat?” gurau Eun Gi. Hatinya sedang berbunga-bunga sekarang.

“Kakak! Jangan meniru Kak Maroo yang selalu merayuku dengan cokelat. Lagipula, aku sudah punya anak, bagaimana bisa aku masih akan terpengaruh dengan cokelat?!” Choco melotot sewot.

Eun Gi tertawa geli melihatnya. Ia melirik Seul Gi yang mengikik kecil di kursi depan.

Handphone Eun Gi berbunyi, sudah ia duga, telepon dari Maroo. Diangkatnya telepon itu dengan segera. Choco manyun karena merasa teracuhkan.

“Hallo?” sapa Eun Gi riang.

“Kau terdengar gembira, tidak sedang pemotretan dengan CN Blue lagikan?” sindir Maroo ringan.

“Hyaaa… berhenti membahasnya! Moodku sedang sangat bagus. Jangan mengacaukannya!” ancam Eun Gi sok galak.

Maroo tergelak membayangkan tatapan seram Eun Gi biasanya.

“Aku hanya bercanda,” jawab Maroo santai, tanpa dosa.

“Maroo…” panggil Eun Gi dengan suara yang agak dibuat-buat. Ia sama sekali tidak perduli ataupun merasa malu karena kehadiran Choco, Seul Gi dan si sopir Taksi. Wataknya tidak berubah.

“Hmm….” Sahut Maroo gemas.

“Semalam aku mimpi kita berkencan di Aomori. Kapan kita bisa kesana lagi? Aku ingin bernostalgia,” tanya Eun Gi mesra, seolah dunia hanya milik mereka berdua sementara semua orang di dalam Taksi  mendadak ngontrak.

Choco menggeleng-gelengkan kepalanya, melirik ke Seul Gi yang paham betul dengan sikap frontal Bibinya itu.

“Nanti saat kau sudah melahirkan,” jawab Maroo.

Eun Gi mendesah kecewa, ia tahu ucapan Maroo tidak salah sedikit pun tapi, memangnya Aomori ada di Kutub Utara, kenapa harus menunggu sampai ia melahirkan.

Wanita keras kepala itu kehilangan moodnya.

“Kau tahu, Dokter sebenarnya sudah mengijinkanku berpergian jauh,” seru Eun Gi.

“Lalu kau mau langsung ke Aomori? Ke Kutub Utara? Afrika?”

“Bukan begitu! Ah, sudahlah…” Eun Gi sewot sendiri. Seul Gi dan Choco cekikikan diam-diam.

Maroo tertawa kecil, semakin merasa rindu dan gemas pada Eun Gi yang sensitif sekali selama hamil. Ini bukan pertama kalinya telepon mesra mereka berubah menjadi pertengkaran kecil seperti ini.

Lupakan kalimat, “Aku ingin mendengar kau mengucapkan bahwa kau mencintaiku setiap hari,” lupakan kalimat, “Aku ingin menua bersamamu,” lupakan “Karena Kang Maroo aku menikmati bangun tidur, bla bla bla-ku…” dan masih banyak lagi. Hmm…sebenarnya masih! Eun Gi masih sangat mencintai Maroo, begitu pula sebaliknya namun, mereka lebih realistis saat ini. Mereka tak ubahnya pasangan biasa yang dapat mengumbar kemesraan dan perdebatan tak penting sekaligus.

Kalian tidak lupakan bahwa mereka bukan lagi 100% pasangan mellow drama.

Baiklah, sampai di mana kita? Oh, sampai di kesewotan Eun Gi yang merasa Maroo senang menggodanya dan tidak seromantis dulu.

“Kau menelepon hanya untuk membuat moodku turun?”

“Jadi moodmu turun karena teleponku? Baiklah, besok aku tidak akan menelepon duluan,” Maroo mencoba menggoda lagi.

“Kang Maroo! Tidak bisakah kau romantis sedikit? Istrimukan sedang hamil!” pekik Eun Gi geram. Ia benar-benar amnesia kalau di dalam Taksi ada 6 pasang telinga yang menguping pembicaraannya.

Maroo tertawa renyah, Eun Gi sungguh membuatnya ingin berlari ke Seoul dan memeluk istrinya itu sekarang juga.

“Aku meneleponmu karena aku merindukanmu, sangat merindukanmu istriku Seo Eun Gi,” ucap Maroo pada akhirnya.

Eun Gi terdiam, cukup terkejut dengan rayuan gombal Maroo yang datang tiba-tiba. Pria itu tidak berubah sama sekali, ia masih suka menarik ulur perasaannya seperti layang-layang. Bersikap sok dingin, tapi kemudian mengejutkannya dengan banyak kalimat puitis.

Eun Gi tersenyum malu-malu campur geram.

“Apa aku harus bertanggung jawab kalau kau merindukanku? Katakan padaku apa yang harus kulakukan, suamiku sayang?” Eun Gi balas menggoda.

Choco, Seul Gi dan si sopir taksi (yang entah beruntung atau tidak) melirik aneh. Baru semenit lalu mereka bertengkar dan sekarang mengumbar kemesraan.

“Entahlah… kurasa Kang Maroo hanya bisa sembuh dengan pelukan Seo Eun Gi. Ah, coba saja besok tidak ada pesta adat di desa ini, aku pasti sudah terbang ke Seoul dan menemanimu ke Dokter,”

Eun Gi tersenyum, “Sebenarnya, aku dalam perjalanan pulang dari Rumah Sakit dengan Choco dan Seul Gi. Aku memajukan jadwal periksanya dan seperti yang kukatakan tadi, Dokter mengijinkanku naik pesawat sekarang. Bayi-bayimu tumbuh sangat sehat, mereka memahami ibunya dengan baik. hehe… Jadi, kapan kau bisa menjemputku? Bukankah Kang Maroo sangat merindukan Seo Eun Gi?”

“Itu berita baik! Tapi sepertinya aku tidak bisa meninggalkan Tong Yeong untuk menjemputmu dalam waktu dekat. Pesta adatnya berlangsung berhari-hari. Aku tidak bisa kemana-mana. Kau… tidak masalahkan?” tanya Maroo cemas. Ia hapal watak Eun Gi, istrinya itu mungkin akan sewot lagi. Ia tidak akan menyalahkan Maroo, tapi pasti memaki-maki tetua adat di pulau itu karena mengadakan pesta berhari-hari hingga membuat suaminya tak bisa kemana-mana.

Eun Gi geming.

“Eun Gi? Sayang… kau mendengarku?” tanya Maroo.

“Tidak masalah, aku paham kalau kau tidak bisa menjemputku dalam waktu dekat,” Eun Gi menjawab biasa saja, nada bicaranya menegaskan bahwa ia tak terusik sedikit.

Maroo mengernyit heran.

“Benar?”

“Hmm….” Eun Gi mengangguk santai, ia bahkan tersenyum.

Maroo gantian geming, merasa tak enak hati.

“Oh ya, nanti akan kukirimkan foto USG terbaru bayi-bayi kita. Kau mau mendengar detak jantung mereka juga? Aku merekamnya untukmu,” Eun Gi mengusap perutnya dengan ceria.

Tatapan Maroo berubah cerah, “Kirimkan padaku!” pintanya antusias. Eun Gi tersenyum makin lebar.

“Nanti akan kukirim saat sampai rumah,” janji Eun Gi.

“Baiklah. Sekarang aku harus menutup teleponnya dulu. Aku mau makan siang,” ucap Maroo.

Eun Gi mengangguk, “Aku mencintaimu!” seru Eun Gi.

“Aku juga mencintaimu,” balas Maroo. Keduanya menutup telepon dengan hati bahagia.

“Jadi, kakak tidak akan kembali ke Tong Yeong dalam waktu dekatkan?” Choco memandang penuh harap.

Lagi-lagi Eun Gi tak menjawab, ia kembali menatap Choco dengan gemas. Adik iparnya itu pernah bercerita jika ia berharap Eun Gi dan Maroo menetap saja di Seoul, jadi ia dapat melihat kedua keponakan kembarnya saat mereka lahir. Namun, hal itu agak mustahil mengingat Maroo punya tanggung jawab besar di Tong Yeong dan tak bisa meninggalkan pekerjaannya sembarangan.

“Kau mau cokelat?” goda Eun Gi tak bosan.

“KAKAK!!!” Choco memekik sewot, lupa pada statusnya sebagai Ibu beranak satu. Seul Gi cekikikan di depan.

Begitu sampai di rumah, Eun Gi masuk ke kamarnya dan duduk di atas ranjangnya. Rumah sedang sepi karena Eunsuk sedang ikut kegiatan perkemahan di Sekolahnya, padahal Eun Gi ingin sekali menunjukkan foto terbaru USGnya pada adik semata wayangnya itu.

Hening… Eun Gi memang tidak sendirian karena ada Jae Hee di rumah bersama beberapa orang pembantu mereka namun, tetap saja, akan aneh jika mereka ngobrol dengan akrab. Eun Gi memang menerima Jae Hee kembali, tapi itu bukan berarti mereka dapat ngobrol selayaknya sahabat.

Kemarahan itu masih ada, meski Eun Gi tak menampakkannya namun, ia masih tak terlalu menyukai Jae Hee.

Bola matanya menatap sebuah bingkai foto yang berisi gambar dirinya dan Maroo saat berada di Aomori dulu. Eun Gi mengelus perutnya yang kian berat.

Tangannya kemudian mengambil selembar tiket pesawat kelas VIP dengan jadwal terbang kapan saja dari dalam laci.

Ia memandanginya agak lama dengan bimbang. Eun Gi mendesah, melirik fotonya dan Maroo di tangan satunya.

Baiklah, tekadnya sudah mantap. Secarik senyuman terukir misterius di bibirnya. Eun Gi, wanita gila itu memiliki rencana di benaknya.

~oOo~

Maroo menatap handphonenya dengan resah. Ini hari pertama pesta adat di desa tempatnya mengabdi selama kurang lebih 2 tahun ini.

Bukan kali pertama lagi baginya untuk bersiaga di acara seperti ini. Namun, ini pertama kalinya ia merasa sangat tidak fokus. Siapa lagi biang keroknya kalau bukan seorang wanita bernama Seo Eun Gi.

Siang ini, Maroo mendengar berita di radio bahwa seluruh wilayah Jepang diguncang gempa berkekuatan 4,3 Skala richter. Sebenarnya, sebagai seseorang yang memiliki kenangan di sana, tepatnya di Aomori, Maroo merasa bersimpati. Namun mendadak perasaan simpatinya berubah menjadi perasaan cemas, khawatir dan ketakutan sendiri. ia resah bercampur kebingungan.

Eun Gi, ya istrinya yang sedang hamil itu pagi ini tidak mengangkat teleponnya sama sekali. Puluhan sms tak dijawab dan baik Choco, Jae Gil, orang-orang di rumahnya termasuk Jae Hee mengatakan jika pagi tadi mendadak Eun Gi keluar kamar sambil menggeret koper. Ia tidak menjawab saat ditanya mau kemana dan hanya menitipkan pesan untuk Eunsuk yang belum pulang dari perkemahan.

Maroo berkali-kali mendesah, ia takut Eun Gi nekat pergi ke Aomori. Bukankah kemarin istrinya bilang jika ia ingin ke sana dan bernostalgia. Maroo bisa gila dibuatnya.

Waktu menunjukkan pukul 4 sore. Eun Gi masih belum mengangkat teleponnya. Nomornya tidak aktif. Maroo menatap sekelilingnya, berharap menemukan Eun Gi yang secara ajaib muncul di antara kerumuman para penikmat pesta adat.

Tapi rasanya juga mustahil, jika Eun Gi tidak pergi ke Aomori tapi ke Tong Yeong. Ia harusnya sudah sampai sejak 1-2 jam lalu. Nihil! Maroo semakin putus asa.

Ia menghembuskan napasnya dengan kasar. Rasanya kesabarannya telah sampai di ubun-ubun. Haruskah ia nekat kabur dari desa malam ini juga, kemudian memesan tiket ke Aomori dan mencari Eun Gi disana. Tapi, iya kalau Eun Gi di sana. Kalau tidak?

Aaaarrrgghh… amarah Maroo ingin meledak rasanya. Bukan sekali dua kali Eun Gi seenaknya seperti ini. BUKAN SEKALI DUA KALI. GARIS BAWAHI ITU.

Perlahan, Maroo mengendurkan emosinya, menata ulang napasnya agar tak sepanik sebelumnya. Ia harus berpikir jernih. Pria itu tertunduk di keramaian yang mulai menyusut menjelang senja.

Pesta adat akan berakhir dalam 1 atau 2 jam ke depan lantas dimulai lagi esok pagi.

Handphone Maroo mendadak bergetar dan berbunyi, nomor tak dikenal. Ia mengernyit tipis sebelum memutuskan untuk mengangkatnya.

“Hallo? Maroo???”

SUARA EUN GI!

Maroo menyahut cepat dengan mata terbelalak.

“EUN GI???” pekiknya.

“Iya, ini Seo Eun Gi istrimu! Kenapa?” jawab Eun Gi agak bingung. Dari nadanya, ia terdengar keheranan karena Maroo mengangkat teleponnya seperti itu.

“Hyaaa… KAU!!! KEMANA SAJA??? KAU DIMANA???” semprot Maroo tanpa basa-basi.

“JANGAN BERTERIAK!!! AKU TIDAK TULI!” Eun Gi memekik sewot.

“Kau dimana?” Maroo menurunkan nada bicaranya, ia bertanya dengan lebih lembut meskipun masih dengan menahan amarah.

“Di belakangmu!” jawab Eun Gi.

Maroo menoleh dan benar! SEO EUN GI. Wanita gila itu berdiri di belakangnya dengan tatapan heran. Maroo menghembuskan napasnya kasar, begitu lega.

“Hyaaa… KAU!” Maroo menunjuk istrinya dengan geram. Ia hendak memeluk Eun Gi  namun seorang pria berwajah tampan menyela. Pria itu tersenyum canggung dan membungkuk memberi salam. Di tangannya ada koper yang sangat Maroo kenali. Koper Eun Gi.

“Ah, dia… Jo Woon,”

“Hmm… Joo Won sebenarnya, dengan dobel O di belakang J bukan belakang W,” ucap si pria tampan tersebut.

“Ah, iya terserahlah!” sahut Eun Gi masa bodoh.

Maroo menatap penuh tanya, masih kurang paham.

“Aku menumpang mobilnya kemari dan dia butuh tempat tinggal, Maroo,” ucap Eun Gi.

Maroo merasa tak nyaman, siapa pria ini dan bagaimana Eun Gi bisa mengenalnya serta membawanya kemari. Maroo masih tak paham.

“Bolehkan dia menginap di rumah kita?” Eun Gi berbisik.

“Ha?” Seperti meteor yang datang 2 kali. Eun Gi mengejutkannya lagi.

~oOo~

DAN SAATNYA MAROO CEMBURU!!!

Hahaha….

Anw, mau ngasih selembar dua lembar prakata nih. Cekaka

Gak deh, beberapa kalimat aja^^

Pertama, karena aku serakah alias gak hanya nulis ini FF, maka mohon sabar jika updatenya gak sekilat dulu ya. Hehe… ditambah jadwal liputan yang mulai normal, jadi perlu nyolong-nyolong waktu buat tetep jad jurnalis yang baik dan penulis FF yang baik. Haha…

Kedua, THANKS FOR EVERYONE WHO SPENT THEIR TIME FOR MAKING SOME COMMENTS HERE. I WILL ALWAYS REMEMBER YOU WHEN I AM WRITING THIS FF.

@itsrj90 @camzjoy @fhnump @chaekielf @shih-na. Did I miss someone name? And oh yeah, I want to reply @emoonsong in here since I don’t know why I can’t klik my reply tool. Hiks…

“Sebenernya, aku juga punya pemikiran yang sama kayak kamu Sis. Aku ngerasa chapter 23 itu ending yang sempurna sebenernya dan berniat lanjutin chapter 24 di judul NICE GUY lainnya yang entahlah apa… semacam season 2 atau NICE GUY season tahun baru. (Cinta Fitri kali. Hahaha….) tapi, aku takut dikira kelar dan judul barunya gk ditemukan sama pembaca FF ini. Jadilah, lanjut dimari. Hehe… kau merasakan yang kurasakan sepertinya^^”

DAN, TERIMA KASIH SEMUA ATAS KOMENTAR-KOMENTARNYA.

Tulisan saya hidup dan memiliki nyawa berkat komentar-komentar kalian yang walau kadang cuma sekalimat tapi efeknya selamanya :*

Ketcuuuuppp… mesraaa dari Marooo…. *ditabok Eun Gi*

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Methaalana
Si Maroo berasa sialan banget ah! Cekaka~ Sok kagak butuh, sok jaim, sok dingin tapi ngarep! Marooo... aku padamu! *Nulis sendiri, ngomel-ngomel sendiri*^^

Comments

You must be logged in to comment
Alexasky
#1
Chapter 6: Hii i would really love to read the story. Do you happen to know how to translate the story to English please?
kyuhaeni #2
Chapter 42: annyeong.. reader baru di sini..
Kang Maroo di sini ga jauh beda sma Yoo Shi Jin ya yg palyful..
makasi ff nya.. aku yg blm puas nonton Nice Guy baca ini jadi suka bgt! comedy romance lagi.. waah harapan aku tuh kelak Joongki main com-rom drama..
oladilia1310 #3
Chapter 41: Kalo aku berani ngomelin eungi, pasti udah kuomelin! Udah masa" mau melahirkan kok ekstrimnya gk ilang sih *gemesssss* hahahhh
Trus ini gimana eungi lahirannya masa di pulau tanpa RS??!!! Semoga Maroo bisa nanganin kalo emg gk bisa balik ke Seoul :')
And.... i miss ChaeKi Couple so much ㅠㅠ
Semangat kak author!! Kutunggu update selanjutnya! 파이팅! ♡♡
Chaeki_Novit #4
Chapter 38: aku udh baca chapter 39 nya d wattpad
dan waaah cerita'y makin menarik dan seru,, apa yg mencelakai jang mi itu eungi??
d tnggu chap selanjut'y ya :)

*maaf ya aku komen disini. wattpad aku lg gk bsa buat komen

oya aku mulai setuju dngan author-nim kaya'y klu cerita eunma datar2 aja gk kn trasa eunma'y n pasti'y krang menarik hihi jdi aku prcayakan alur'y kpada sang pakar'y aja
semangatt ya thor :D
emoonsong #5
Chapter 38: Hmmm joahhh... ditunggu next chapnya....hehehe
Chaeki_Novit #6
Chapter 38: ayoo ayoo cepat tes DNA biar semua tau (trutama eunma) kalau itu bukan anak'y maroo n jang mi juga harus jujur n selesain msalah dia sendiri sama ex husband'y

aduuhh ini nyonya song kalau lg ngmbek sifat asli'y kluar hahaha lupa ya kalau lg ngandung dede kembar hehehe

semangat thor, next chapter'y jgn lama2 ya
give me sweet happy ending. really happy ending. jeballl
Chaeki_Novit #7
Chapter 38: ayoo ayoo cepat tes DNA biar semua tau (trutama eunma) kalau itu bukan anak'y maroo n jang mi juga harus jujur n selesain msalah dia sendiri sama ex husband'y

aduuhh ini nyonya song kalau lg ngmbek sifat asli'y kluar hahaha lupa ya kalau lg ngandung dede kembar hehehe

semangat thor, next chapter'y jgn lama2 ya
give me sweet happy ending. really happy ending. jeballl
eonnifan
#8
Chapter 38: kan.. udh ketebak jonghyun bukan anak maroo hahhahahaha

sabarlah eungi
tp entah knp aku pengen eungi ky ngelakuin sesuatu yg ekstrim gitu lol
jgn2.. yg jd pembunuhnya.. eungi :O
emoonsong #9
Chapter 37: Komen selanjutnya dariku....

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°©©©°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Jong Hyun tinggal bersama Eng Gi? Kurasa ini baru namanya saingan yang seimbang...
Eng gi tdk mungkin kalah dr wanita manapun dihati Maroo... tp dgn Jong Hyun?....
Aku rasa Maroo akan sedikit bingung bukan?
Meski hatix untuk Eng Gi tapi Maroo tak mampu mengabaikan Jong Hyun...
Dan ini yang akan menyakiti Eun Gi... bukan begitu?
Ah sial bagimu Kang Maroo...

Eun Gi akan mendapat dukungan penuh dr semuanya bahkan dr si Twin...
Dan krn Jong Hyun tdk memiliki siapa siapa disisinya? Kau mungkin akan mengambil tanggung jawab itu...

Dan itu yg tidak diinginkan Eun Gi...
Kau berada bersebrangan dengannya...
Karena itu Eun Gi menginginkan mesin waktu... untuk bisa menemukanmu lebih dulu...
Tapi tentu sj hal yg mustahil... krn ini bukan fanfic doraemon tapi ini ff chaeki...
Hak paten mesin waktu hanya untuk doraemon, nobita dan kawan kawan Readers dan Eun Gi tau itu..
*plakkk abaikan*

Krn itu... kita akan berharap seperti biasa untuk Eun Gi sekali lagi berlari ke pihak Kang Maroo tanpa memedulikan apapun...
Meski itu artinya dia berada dipihak yang sama dengan Jong Hyun... si anak kecil yg menjadi saingannya...

Hey tunggu dulu...
Kurasa Eun Gi tdk sebodoh itu untk mempercayainya...tanpa mengkonfirmasinya dan ayolah Maroo bahkan seorg dokter ... apa mereka bahkan tdk terpikir untk melakukan tes DNA...?
Mengapa perkataan seorg wanita dari masa lalu menjadi begitu terpercaya? Hingga diterima tanpa pembuktian...
#mungki Eun Ma Lelah... butuh piknik...

Hemm meski tes DNA tdk murah tp biaya bukan hal yg perlu dirisaukan oleh seorg Eun Gi kan?
Yah cukup mnngirim sampel rambut Kang Maroo dan Jong Hyun kurasa... hal Ini bisa dipecahkan...





©¶©¶©¶

Eun Gi bisa saja menyerah untuk apapun dan siapapun tp Eun Gi tdk akan menyerah untuk Kang Maroo ...

©¶©¶©¶