The Jealous Maroo

NICE GUY FF - After The Ending

Eungi masih mematung memandangi punggung Maroo yang perlahan lenyap di persimpangan. Wanita berambut panjang itu tersenyum malu-malu menatap kantong kue di tangannya yang kini terasa begitu istimewa.

“Pria bodoh! Dia pikir aku tidak punya nomornya?” gumam Eungi gemas.

Ya, siapa bilang Eungi tak tahu nomor Maroo. Wanita itu sudah memilikinya sejak bertahun-tahun lalu. Setiap kali Maroo berganti nomor, ia adalah orang kedua yang tahu setelah Choco.

Sayangnya, selama 7 tahun kemarin Eungi hanya menyimpan nomor-nomor itu tanpa berani mengucapkan halo.

Eungi memeluk dan mencium kantong kuenya. Ia berlari girang menaiki tangga.

Di sisi lain, Maroo yang tengah dalam perjalanan pulang berhenti sejenak. Ia menatap ke atas, dilihatnya RuKo milik Eungi telah menyala lampunya.

“Ia sudah masuk rumah,” gumam Maroo. Hatinya terasa begitu riang.

~oOo~

Maroo membuka matanya, melirik ke samping kanannya lantas memejamkan matanya lagi dengan kecewa. Sudah lebih dari 1 jam ia melakukan itu. Dokter muda nan tampan itu gelisah sendiri melihat layar handphonenya yang sunyi sepi. Merasa tak sabar, Maroo akhirnya meraih handphonenya dari atas meja dan memelototinya dengan penasaran.

“Aku tidak salah memberinya nomorkan? 02900…92… benar kok!” Maroo terdiam sebentar.

“Tapi kenapa dia tidak segera menghubungiku?” Maroo menggerutu sendiri di atas kasur.

Jam berbunyi 8 kali. Pukul 8 malam.

Maroo meninggalkan handphonenya di atas kasur, berlagak masa bodoh. Ia melangkah keluar kamar untuk menyeduh secangkir teh.

Namun, alih-alih bersikap santai, ia malah bolak-balik berlari ke kamar untuk memeriksa isi handphonenya.

Sedikit banyak, Maroo merasa menyesal. Harusnya ia langsung menyambar handphone Eungi saja saat itu dan memiscal nomornya dari sana.

“Aaaahhh….” Maroo menyalahkan dirinya.

Siapa sangka, di balik sikapnya yang sok dingin dan angkuh di hadapan Eungi. Ia heboh sendiri karena tak kunjung mendapatkan pesan dari wanita itu.

Pukul 9 malam, dan Maroo akhirnya menyerah. Ia membalik layar handphonenya menghadap ke bawah dan membenamkan wajahnya di balik selimut tebal.

Terdengar suara ketukan pintu, begitu keras. Maroo menyibak selimutnya pergi dan berlari keluar dengan penasaran.

Seorang kakek tua setengah baya meminta Maroo segera ke Klinik karena ada pasien darurat. Maroo menyambar mantel dan peralatan dokternya dengan tergesa. Mereka berlari menembus salju yang turun begitu deras malam ini.

Sementara itu, Eungi sedang memelototi layar handphonenya. Sudah lebih dari 2 jam ia sibuk mengetik dan menghapus ratusan kalimat di atas kotak smsnya.

“Aku harus menulis apa?” Eungi menggaruk kepalanya dengan kesal.

“Ah, sejak kapan aku jadi tidak to the point begini? SEJAK KAPAN???” Eungi heboh sendiri di atas kasurnya.

“Baiklah, aku akan memulainya dengan kalimat sederhana,” Eungi memantapkan dirinya untuk menekan tombol ‘send’.

Terkirim!

Wanita itu tersenyum sembari berharap balasan dari Maroo.

1 menit… 5 menit…30 menit…1 jam… tak ada balasan.

Eungi mengamati layar handphonenya yang geming.

“Baiklah, mungkin aku harus mengirim pesan lain,” Eungi kembali mengetik, ia begitu serius.

1 menit…5 menit…30 menit…1 jam…. Handphonenya masih geming.

“SIALAN! IA PASTI MENGERJAIKU! JANGAN-JANGAN NOMOR YANG DIBERIKANNYA PALSU?!” Eungi mulai delusional, padahal jelas-jelas ia tahu bahwa nomor Maroo asli sebab itu nomor yang sama dengan yang diberikan Choco dulu.

Eungi melemparkan handphonenya ke atas kasur begitu saja. Ia keluar menuju dapur untuk menyeduh teh, tapi alih-alih menyeduh teh. Tangan nakal Eungi malah menarik sebotol soju yang tersimpan di dalam lemari.

“Aku tidak mood untuk minum teh!” Ia meletakkan botol soju dengan kasar, nyaris seperti membantingnya. Tegukan pertama… tegukan kedua… tegukan ketiga…dan seterusnya… Ia mengambil botol kedua dari dalam lemari. Kali ini tak sekedar soju, Eungi juga memasak mie ramen sebagai teman makan.

Wanita itu mabuk total. Ia beringsut menuju kamar dengan sempoyongan. Matanya menatap awas handphone di atas kasur yang terabaikan.

“KANG MAROO… KAU SOMBONG SEKALI!” Eungi memaki.

Jemarinya yang lentik menyambar handphone dari atas kasur dan mulai mengetik pesan nan panjang. Wanita itu terkekeh lebar sebelum akhirnya jatuh tertidur dengan pose cicak keseleo.

:::

“Suhu badannya sudah normal meski masih belum sadarkan diri. Sebaiknya cucu kakek menginap saja di Klinik sampai siuman. Saya akan memeriksa kondisinya lebih lanjut nanti,” ujar Maroo pada Kakek tua di depannya.

“Hmm… dok… sebenarnya, anak kecil ini bukan cucu saya,” Kakek itu pun terbata menjelaskan pertemuannya dengan si anak kecil yang kini terbaring tak sadarkan diri di hadapan mereka.

Maroo mengernyit mendengarnya. Dari pengakuan Kakek itu, ia menemukan anak kecil ini di jalan setapak di dekat hutan. Saat ditemukan, kondisinya hanya lemas dan kedinginan namun begitu dibawa ke Klinik, ternyata ia pingsan di perjalanan.

Maroo mendiagnosanya dengan gejala hipotermia.

“Anda bisa pulang, Kek. Biar aku yang merawatnya,” ujar Maroo, disambut ucapan terimakasih si Kakek yang lantas pergi.

Maroo mendesah panjang, ia merasa iba dan cemas.

“Siapa namamu? Darimana kau berasal dan bagaimana aku harus menghubungi orangtuamu?” Maroo bermonolog.

Ia menatap ransel berwarna kuning milik pasien kecilnya. Dengan segera, digeledahnya isi tas itu. Seperti yang sudah ia duga, anak sekecil ini tak mungkin punya KTP. Tas itu hanya berisi baju dan sebuah buku bertuliskan ‘Eunsuk’ di sampulnya.

Maroo lantas membuka buku tersebut dan menemukan selembar foto. Seorang wanita berambut sebahu tengah tersenyum sambil memeluk seorang anak lelaki berseragam TK. Setelah ia amati, anak kecil di foto tersebut adalah si anak kecil yang tengah ia rawat.

Maroo memperhatikan foto di genggamannya dengan lebih jeli.

Ia sungguh merasa familiar.

Ia belum menyadari siapa wanita di dalam foto tersebut. Maroo melupakannya, ia melupakan Han Jae Hee.

~oOo~

Eungi membuka matanya yang terasa begitu berat. Suara handphonenya begitu mengusik. Eungi yang masih setengah tak sadar, mengira bahwa itu alarm. Ia bolak-balik menekan tombol reject. Namun handphonenya terus berbunyi. Setelah mengumpulkan lebih banyak kesadaran, Eungi akhirnya dapat melihat dengan jelas bahwa itu adalah sebuah panggilan masuk dari nomor rumahnya.

“Eunsuk?” sapa Eungi heran. Tidak biasanya Eunsuk meneleponnya sepagi ini.

“Nona, Eunsuk tidak ada!” adu Bibi penjaga rumah panik.

Eungi terlonjak seketika, kesadaran kembali.

“APA MAKSUDMU???” teriak Eungi.

“Tuan muda meninggalkan surat jika ia… pergi… menyusul Nona….”

~oOo~

“Dokter, anak kecil itu baru saja siuman,” seru Perawat Min pada Maroo yang duduk tertidur menunggui Eunsuk.

Maroo mengusap wajahnya untuk menghilangkan kantuknya. Ia memandang Eunsuk yang mengerjap polos melihatnya.

“Hi?” sapa Maroo.

Eunsuk mengerjap sekali lagi, begitu polos. Ia menoleh ke sekitar, tak tahu tempat apakah yang menawannya saat ini.

“Bagaimana? Sudah merasa baikan?” tanya Maroo.

“Ini dimana?” Eunsuk balik bertanya.

Maroo tersenyum kecil, ia lantas menjelaskan dimana mereka saat ini.

“Jadi, sekarang bisa kau beritahu aku siapa namamu pasien kecil? Dan dimana orangtuamu?”

Eunsuk terdiam sejenak, sebelum akhirnya menceritakan alasan kedatangannya ke pulau ini. ia bercerita dengan begitu gamblang dan jujur. Bahkan ia juga mengatakan tentang kegilaan kakaknya yang rela meninggalkan Seoul dan tinggal di pulau terpencil seperti ini demi mengejar seorang pria.

Eunsuk sampai sekarang tak tahu wajah dan nama pria yang digilai kakaknya tersebut, menurutnya kakaknya berlagak sok misterius. Maroo mendengarkannya dengan seksama, ia jadi begitu tertarik pada kepribadian sosok yang disebut-sebut Eunsuk sebagai kakaknya. Di sisi lain, ia juga tak habis pikir pada keberanian serta kenekatan Eunsuk yang masih berusia 13 tahun.

“Siapa nama kakakmu itu?” tanya Maroo.

“Eungi. Seo Eungi,” Eunsuk menjawab polos.

“SEO EUNGI?” Maroo nyaris memekik karena kaget.

~oOo~

Maroo mengetuk pintu RuKo Eungi, di sisinya ada Eunsuk dengan ransel kuning mudanya.

“Nona Seo….” Maroo mengetuk semakin keras namun tak ada sahutan.

“Apa mungkin dia sedang keluar untuk membeli sesuatu?” pikir Maroo. Ia dengan segera mengajak Eunsuk meninggalkan tempat itu. Maroo mampir ke sebuah toko kelontong dan bertanya pada penjualnya.

“Apa Bibi melihat wanita pemilik toko roti di atas?” tanya Maroo.

“Wanita yang nyaris membakar desa itu?” tanya si Bibi disambut tatapan penasaran Eunsuk dan senyum paksa Maroo.

“Iya, apa bibi melihatnya lewat?”

“Sekitar satu jam yang lalu, aku melihatnya berlari seperti orang kesetanan. Ia terlihat panik dan terburu-buru,” jawab Bibi pemilik toko kelontong yang bertubuh tambun.

“Sepertinya kakakmu ada urusan penting, kau mau menunggunya di rumahku?” tanya Maroo yang kemudian dijawab dengan anggukan Eunsuk.

~oOo~

Eungi berlari menyibak keramaian dan hiruk pikuk manusia di pelabuhan. Setelah sebelumnya mencari di terminal keberangkatan bus dan tak menemukan tanda-tanda keberadaan Eunsuk, Eungi segera mengarahkan target lokasi pencariannya ke Pelabuhan. Jika tak ada juga, ia akan pergi ke bandara meski harus menyeberang dengan kapal di cuaca sedingin ini.

Di pelabuhan, Eungi bertanya pada petugas di sana. Sebuah titik terang, salah seorang petugas itu mengatakan bahwa ia bertemu dengan seorang anak kecil beransel kuning. Anak kecil itu sendirian dan menanyakan arah ke desa Tong Yeong.

“Saya mengantarnya naik bus,” ujar Petugas tersebut, nampak sekali ia juga cemas.

Eungi mengucapkan terima kasih dan bergegas pergi. Ia mungkin harus mencari ke seluruh penjuru Tong Yeong. Tak masalah baginya, Tong Yeong tidak seluas Seoul, lagipula hatinya benar-benar tak tenang jika tak mendapatkan kabar tentang Eunsuk.

Salju turun kembali hari ini, Eungi tak perduli meski badannya terasa lelah dan mulai menggigil. Ia terus mencari dari satu tempat ke tempat lain seperti orang gila.

~oOo~

Maroo membuka pintunya dan menggandeng Eunsuk masuk ke dalam rumah dinasnya yang sederhana.

“Kau belum makankan? Mau apa? Telur goreng? Telur rebus atau telur pangang?” tanya Maroo seraya menunjukkan 2 butir dari dalam lemari es.

“Kau berkunjung di saat yang kurang tepat, aku sedang kehabisan bahan makanan,” ucap Maroo.

Hari ini Maroo sengaja hanya setengah hari berjaga di klinik. Perawat Min bilang bahwa Maroo sebaiknya pulang saja karena sudah semalaman menunggui Eunsuk yang tak sadarkan diri. Biarlah hari ini, Perawat Min merelakan dirinya berjaga sendirian. Toh, klinik tak terlalu ramai. Penduduk desa ini lebih suka mengobati sakit mereka dengan cara tradisional.

Maroo sedang menghidangkan telur goreng dan 2 buah roti ke atas piring saat ia teringat handphonenya yang ia tinggalkan begitu saja semalam.

“Kau ingat nomor kakakmu?” tanya Maroo sembari menyuruh Eunsuk memakan masakannya.

“Aku ingat,”

“Sebaiknya kita hubungi kakakmu,” Maroo segera berlari memasuki kamarnya dan meraih handphone di bawah tumpukan selimut.

Matanya melotot seketika.

33 pesan masuk dan 19 panggilan tak terjawab?

Ia membaca pesan itu satu persatu dan berkali-kali menahan tawa serta mengernyit aneh.

Seo Eungi, wanita ini benar-benar abnormal!

Maroo keluar dan menunjukkan deretan nomor kepada Eunsuk.

“Apa ini nomor kakakmu?” tanya Maroo.

“Iya. Dokter mendapatkannya darimana?” tanya Eunsuk keheranan.

Maroo tak menjawab dan hanya mengacak gemas rambut Eunsuk.

“Kau mau memberikannya kejutan?” tanya Maroo misterius.

~oOo~

“Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif. Cobalah beberapa saat lagi,”

tut…tut…tut....

Maroo menutup teleponnya dengan kecewa.

“Kakakmu tidak menjawab,” desahnya.

Eunsuk pun manyun, “Dokter mau menemaniku menunggu Kak Eungi di depan rumahnya?” Eunsuk mengiba, membuat Maroo tak tega.

:::

Maroo menggandeng Eunsuk menyusuri jalanan desa yang berkelok menurun. Hujan salju telah sepenuhnya berhenti malam ini. Karena agak licin, Maroo menggenggam tangan Eunsuk dengan hati-hati.

“Kau benar-benar keras kepala ya? Baru sembuh dari hipotermia dan ingin menunggu di musim dingin seperti ini. ckckck…”

“Aku merindukan kakakku,” ucap Eunsuk tertunduk. Maroo jadi tak sanggup melanjutkan omelannya sebagai seorang Dokter.

“Sudah satu jam kita di sini. Aku akan menelepon kakakmu lagi,” Maroo mengeluarkan handphonenya dan menekan opsi call pada nomor Eungi.

Terdengar nada dering. Maroo menoleh ke arah Eunsuk.

“Kakakmu di sekitar sini sepertinya. Tunggu di sini!” Maroo memberi perintah sementara ia berlari menuruni tangga, dan tepat di ujung tangga, langkah Maroo terhenti.

“Halo?” sebuah suara menyapa pelan di ujung telepon.

Sayangnya itu bukan suara Eungi melainkan suara berat seorang pria.

Maroo tak perlu bertanya tentang siapa pemilik suara itu karena tepat di hadapannya. 5 anak tangga di bawahnya, Maroo dapat melihat dengan jelas wajah dari pria yang menjawab teleponnya.

Pria itu tengah merangkul pundak Eungi sembari menjawab panggilan Maroo.

Maroo menurunkan teleponnya. Ia memandang dingin pada Eungi dan si pria berpakaian formal dengan jas serta dasi.

“Maroo-shi?” Park Joon Ha memekik pelan. Sudah sangat lama ia tak bertemu dengan Maroo.

Maroo melangkah turun, ia menatap tajam pada sosok Eungi yang terlihat salah tingkah dan langsung melepaskan diri dari Pengacara Park yang tadi memapahnya menaiki tangga.

“Maaf menganggu kencanmu Nona Seo, tapi adikmu benar-benar merindukanmu,” ucap Maroo.

Tepat setelah itu, sebuah panggilan panjang memekik dari belakang.

“KAKAK….” Eunsuk berlari menuruni tangga dan langsung memeluk Eungi dengan riang.

“Kurasa tugasku sudah selesai,” gumam Maroo.

Ia melangkah pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada Eunsuk, Eungi maupun Joon Ha.

Aku lupa… aku lupa pada satu hal.

Seo Eungi sudah punya kekasih dan pria itu pasti kekasihnya.

~oOo~

“Hi, ini nomorku,”

“Lombanya tadi menyenangkan,”

“Kau baik-baik saja kan? Belum merasa sakit?”

“Kenapa tidak membalas pesanku?”

“Kau sudah tidur?”

“Hyaaa… sombong sekali?”

“Apa yang kau lakukan sekarang?”

“Aku kesepian, ingin ngobrol denganmu!”

“Tidak ingin minum kopi di tempatku? Kuberikan gratis!”

“Maroo…”

“Kang Maroo…”

Maroo membaca setumpuk sms yang dikirim Eungi dan mulai menghapusnya satu persatu. Maroo membuka sms terakhir.

“Meski kau melupakan aku, aku tetap mencintaimu Maroo!”

Maroo termenung, mencoba memahami isi sms itu. Ia membacanya berulang kali.

“Melupakannya?”

Sebuah panggilan masuk, nomor Eungi.

Maroo mengangkatnya dengan ragu dan menempelkan handphonenya ke telinga perlahan.

“Dokter, tolong kakakku! Badannya panas sekali,” pinta suara kecil di ujung telepon.

Pukul 12 malam lewat 5 menit. Maroo berlari dengan tas Dokternya menuju kediaman Eungi.

~oOo~

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Methaalana
Si Maroo berasa sialan banget ah! Cekaka~ Sok kagak butuh, sok jaim, sok dingin tapi ngarep! Marooo... aku padamu! *Nulis sendiri, ngomel-ngomel sendiri*^^

Comments

You must be logged in to comment
Alexasky
#1
Chapter 6: Hii i would really love to read the story. Do you happen to know how to translate the story to English please?
kyuhaeni #2
Chapter 42: annyeong.. reader baru di sini..
Kang Maroo di sini ga jauh beda sma Yoo Shi Jin ya yg palyful..
makasi ff nya.. aku yg blm puas nonton Nice Guy baca ini jadi suka bgt! comedy romance lagi.. waah harapan aku tuh kelak Joongki main com-rom drama..
oladilia1310 #3
Chapter 41: Kalo aku berani ngomelin eungi, pasti udah kuomelin! Udah masa" mau melahirkan kok ekstrimnya gk ilang sih *gemesssss* hahahhh
Trus ini gimana eungi lahirannya masa di pulau tanpa RS??!!! Semoga Maroo bisa nanganin kalo emg gk bisa balik ke Seoul :')
And.... i miss ChaeKi Couple so much ㅠㅠ
Semangat kak author!! Kutunggu update selanjutnya! 파이팅! ♡♡
Chaeki_Novit #4
Chapter 38: aku udh baca chapter 39 nya d wattpad
dan waaah cerita'y makin menarik dan seru,, apa yg mencelakai jang mi itu eungi??
d tnggu chap selanjut'y ya :)

*maaf ya aku komen disini. wattpad aku lg gk bsa buat komen

oya aku mulai setuju dngan author-nim kaya'y klu cerita eunma datar2 aja gk kn trasa eunma'y n pasti'y krang menarik hihi jdi aku prcayakan alur'y kpada sang pakar'y aja
semangatt ya thor :D
emoonsong #5
Chapter 38: Hmmm joahhh... ditunggu next chapnya....hehehe
Chaeki_Novit #6
Chapter 38: ayoo ayoo cepat tes DNA biar semua tau (trutama eunma) kalau itu bukan anak'y maroo n jang mi juga harus jujur n selesain msalah dia sendiri sama ex husband'y

aduuhh ini nyonya song kalau lg ngmbek sifat asli'y kluar hahaha lupa ya kalau lg ngandung dede kembar hehehe

semangat thor, next chapter'y jgn lama2 ya
give me sweet happy ending. really happy ending. jeballl
Chaeki_Novit #7
Chapter 38: ayoo ayoo cepat tes DNA biar semua tau (trutama eunma) kalau itu bukan anak'y maroo n jang mi juga harus jujur n selesain msalah dia sendiri sama ex husband'y

aduuhh ini nyonya song kalau lg ngmbek sifat asli'y kluar hahaha lupa ya kalau lg ngandung dede kembar hehehe

semangat thor, next chapter'y jgn lama2 ya
give me sweet happy ending. really happy ending. jeballl
eonnifan
#8
Chapter 38: kan.. udh ketebak jonghyun bukan anak maroo hahhahahaha

sabarlah eungi
tp entah knp aku pengen eungi ky ngelakuin sesuatu yg ekstrim gitu lol
jgn2.. yg jd pembunuhnya.. eungi :O
emoonsong #9
Chapter 37: Komen selanjutnya dariku....

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°©©©°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Jong Hyun tinggal bersama Eng Gi? Kurasa ini baru namanya saingan yang seimbang...
Eng gi tdk mungkin kalah dr wanita manapun dihati Maroo... tp dgn Jong Hyun?....
Aku rasa Maroo akan sedikit bingung bukan?
Meski hatix untuk Eng Gi tapi Maroo tak mampu mengabaikan Jong Hyun...
Dan ini yang akan menyakiti Eun Gi... bukan begitu?
Ah sial bagimu Kang Maroo...

Eun Gi akan mendapat dukungan penuh dr semuanya bahkan dr si Twin...
Dan krn Jong Hyun tdk memiliki siapa siapa disisinya? Kau mungkin akan mengambil tanggung jawab itu...

Dan itu yg tidak diinginkan Eun Gi...
Kau berada bersebrangan dengannya...
Karena itu Eun Gi menginginkan mesin waktu... untuk bisa menemukanmu lebih dulu...
Tapi tentu sj hal yg mustahil... krn ini bukan fanfic doraemon tapi ini ff chaeki...
Hak paten mesin waktu hanya untuk doraemon, nobita dan kawan kawan Readers dan Eun Gi tau itu..
*plakkk abaikan*

Krn itu... kita akan berharap seperti biasa untuk Eun Gi sekali lagi berlari ke pihak Kang Maroo tanpa memedulikan apapun...
Meski itu artinya dia berada dipihak yang sama dengan Jong Hyun... si anak kecil yg menjadi saingannya...

Hey tunggu dulu...
Kurasa Eun Gi tdk sebodoh itu untk mempercayainya...tanpa mengkonfirmasinya dan ayolah Maroo bahkan seorg dokter ... apa mereka bahkan tdk terpikir untk melakukan tes DNA...?
Mengapa perkataan seorg wanita dari masa lalu menjadi begitu terpercaya? Hingga diterima tanpa pembuktian...
#mungki Eun Ma Lelah... butuh piknik...

Hemm meski tes DNA tdk murah tp biaya bukan hal yg perlu dirisaukan oleh seorg Eun Gi kan?
Yah cukup mnngirim sampel rambut Kang Maroo dan Jong Hyun kurasa... hal Ini bisa dipecahkan...





©¶©¶©¶

Eun Gi bisa saja menyerah untuk apapun dan siapapun tp Eun Gi tdk akan menyerah untuk Kang Maroo ...

©¶©¶©¶