Pengagum Rahasia

NICE GUY FF - After The Ending

Maroo POV

Sungguh aku ingin membuatnya jadi sederhana, namun segalanya mendadak menjadi rumit. Pria yang diperkenalkan oleh Eun Gi ternyata sanggup membuatku ‘jungkir balik’ seperti ini. Bukan dalam artian sebenarnya memang, namun tetap saja… semuanya menjadi sangat tidak sederhana.

Kalian ingin mendengarkan ceritaku? Sejak Eun Gi tak bisa kuajak bicara mengenai hal ini, maka aku akan datang pada kalian dan menceritakan semuanya.

Jadi hari itu, di hari pertama pesta adat digelar. Hari yang seharusnya menjadi hari penuh suka cita. Hari dimana pawai besar-besaran dan segala kesenian tradisional khas pulau Tamra dipertunjukkan. Eun Gi datang dengan seorang pria bercelana jeans, berkemeja biru tua dengan kacamata hitam yang membuat pias-pias wajahnya terlihat gagah.

Kata Eun Gi, mereka bertemu di jalan. Pria yang kemudian kukenal sebagai Joo Won (dengan double O setelah J bukan setelah W) itu menolongnya sampai ke desa Tong Yeong.

Istriku yang memang tidak suka berhutang budi kepada siapapun, akhirnya menawarkan rumah kami sebagai tempatnya menginap selama berada di desa ini. Joo Won adalah seorang photographer. Gayanya santai dan ia cepat akrab dengan orang. Tipikal flamboyant yang dapat memikat gadis di manapun ia berada. Meski demikian, kurasa aku masih lebih unggul darinya dalam menaklukkan hati wanita.

Terdengar sombong? Mungkin karena aku sedang kesal dan ingin memaki seseorang.

Aku tidak bisa menolak permintaan Eun Gi karena memang rumah kami (Ruko yang disewa Eun Gi) memiliki 2 kamar. Aku putuskan untuk menerimanya dengan selarik pengertian, “apa salahnya berbagi?”

Joo Won mengucapkan terima kasih, ia bahkan memanggilku ‘Hyung’. Ya, usia kami terpaut 2 tahun. Joo Won lahir setahun setelah Eun Gi, jadi bahkan pada Eun Gi pun ia memanggil ‘Nuuna’. Mulanya lucu karena kami seolah memiliki adik baru, namun lama kelamaan, aku kurang bisa menolerir sikap Joo Won yang kepalang berani di hadapanku.

“Kau bisa tidur di kamar ini, maaf karena agak berdebu. Sebelumnya kamar ini dibiarkan kosong,” ucapku pada Joo Won yang mengangguk dengan mata berbinar cerah.

“Terima kasih,” katanya.

Ia menenteng ranselnya yang terlihat berat dan duduk di atas ranjang. Kakinya berayun ke kanan dan kiri dan tatapan matanya mulai berpendar mengitari seantero kamar. Ia nampak senang.

“Baiklah, kami permisi dulu,” ujarku lantas menggandeng Eun Gi pergi menuju kamar kami sendiri. Aku punya sesuatu yang perlu dituntaskan dengannya.

Begitu sampai di dalam kamar, kupandangi Eun Gi yang nampak tidak bersalah sedikit pun.

“Aaah… aku rindu pada kamar ini! Badanku pegal semua….” desahnya.

Aku duduk di sampingnya. Kami saling pandang. Eun Gi meraih tanganku dan menaruhnya di atas perutnya. Sebuah tendangan kecil.

Eun Gi tersenyum, “Mereka bisa merasakan kehadiran Ayahnya,” bisiknya.

“Kau ingin merayuku dengan cara seperti ini?” tukasku menghabisi rencana licik di otaknya.

“Jadi Kang Maroo benar-benar marah pada Seo Eun Gi?” Eun Gi melingkarkan tangannya di atas bahuku dengan santai. Aku mengibas tangannya dengan dingin.

“Kau tidak merindukanku? Ckckck… sia-sia saja aku kemari. Kau tahu? Kau tahu? Aku mendapatkan banyak kesulitan untuk menemuimu,”

Ia kemudian mulai berkisah tentang segala kesulitan yang  didapatkannya hari ini. Dimulai dari insiden penundaan penerbangan yang membuatnya marah-marah di Bandara, kapal yang penuh hingga harus membuatnya menunggu lagi sampai tidak kebagian bus karena semua orang sepertinya tengah berlomba-lomba menuju desa Tong Yeong demi melihat perayaan adat.

“Baterei handphoneku habis total dan untungnya, mobil jeep Jo Woon lewat. Aku menghadangnya saja,”

Aku ingin mengingatkannya jika nama Joo Won memakai double O di belakang J bukan di belakang W tapi, sudahlah, toh nilai dollar tidak akan turun hanya karena Eun Gi selalu salah menyebut namanya.

“Kau menghadangnya?” tatapku kaget.

Eun Gi terdiam sejenak, kemudian mengangguk sok polos.

“Aku kesal! Aku sudah melambai nyaris pada sepuluh mobil namun semuanya tidak ada yang berhenti jadi aku lari saja dan menghadang langsung,” cerocosnya membela diri.

Aku geming, kehabisan kata.

“Aku ingin marah padamu tapi, energiku sudah habis karena mencemaskanmu tadi. Sekalipun ada, hanya sedikit dan aku mau menggunakannya untuk menelepon orang-orang di Seoul yang sudah kau buat cemas setengah mati,” Aku pergi dari sampingnya.

Eun Gi malah tersenyum semakin lebar.

“Kenapa tersenyum? Kau tahu mereka mungkin sudah melapor ke kantor Polisi dan kau masuk DPO!” omelku lantas memunggunginya.

Eun Gi menggeleng dan memelukku dari belakang. Kulepaskan tangannya dari pinggangku.

Eun Gi mendengus kesal, emosinya tersulut sempurna. “Kau benar-benar tidak mau memelukku atau setidaknya mengatakan jika kau merindukanku, Maroo??? Kau tidak menghargai usahaku sama sekali!!!Aiiissh… Okay! AKU PAHAM!”

Diam-diam aku tersenyum dan berbalik pelan. Kupandangi wajahnya yang menggerut marah. Kucondongkan tubuhku lebih dekat, semakin dekat. Eun Gi terdiam, mengira jika aku akan menciumnya. Namun maaf, kali ini ia salah. Aku memalingkan wajahku tepat sebelum bibir kami bersentuhan, kubisikkan sesuatu di telinganya, “Mandilah! Kau bau matahari!”

Eun Gi melotot, ia mendorong tubuhku ke belakang dan pergi ke kamar mandi dengan sewot. Aku tertawa kecil diam-diam.

15 menit berlalu, aku sudah selesai menelepon semua orang yang mungkin sedang ikut panik karenanya. Kutatap koper miliknya yang tergeletak di bawah ranjang. Aku penasaran dia membawa apa saja. Kuhampiri dan kubuka koper itu. Boneka Barbie, Eun Gi membawa boneka pemberian ibunya. Kuambil boneka itu. Kutatap dengan sebuah senyuman penuh arti.

Pintu kamar mandi terbuka, Eun Gi keluar dengan tubuh berselimutkan baju mandi. Perutnya yang tak lagi rata menonjol seukuran bola basket. Rambutnya basah dan aromanya membuat kerinduan yang kutahan semakin membuncah.

Ia duduk di depan cermin rias, mengeringkan rambutnya dengan hairdryer.

“Kau membawanya? Apa Dokter sudah memberitahumu jenis kelamin anak kita? Perempuan?” kuacungkan boneka Barbie itu.

Eun Gi hanya melirik, ia masih marah karena kukatai bau.

“Sepertinya pemilikmu sedang marah,” aku berbicara pada boneka Barbie miliknya. Kuletakkan boneka itu ke atas meja dan kurebahkan diriku di ranjang dengan posisi miring ke kanan, menatapnya.

Eun Gi melepas baju mandinya. Sudah lama aku tidak melihatnya seperti ini dan sungguh agak mengejutkan. Bentuk tubuhnya benar-benar berubah. Ia terlihat lebih menggoda meskipun sedang hamil. Darahku berdesir-desir seketika. Ekor mataku terus mengutitnya.

“Bukankah kau bilang bahwa sedang kehabisan energi? Jangan menatapku seperti kita akan menghabiskan malam tanpa tidur! Aku lelah!” Eun Gi menyindir dengan tajam.

Ia memakai branya. Ukuran buah dadanya lebih penuh dari sebelumnya. Aku tak menjawab, rasanya jantungku berdetak sangat cepat. Kedua bola mataku terus menatapnya tanpa berkedip.

Eun Gi mengenakan gaun berwarna putih sepanjang lutut. Ia memakai cream wajah terlebih dulu sebelum berbaring di sisiku.

Aku menggeser posisiku lebih dekat, ingin mencium aromanya.

Eun Gi memalingkan mukanya, jika tidak sedang hamil besar, ia mungkin sudah memunggungiku, namun kehamilan ini memaksanya untuk terus tidur dengan posisi terlentang.

Ada perasaan bersalah menyelinap dalam hatiku. Meski hari ini ia sudah sukses besar membuatku cemas setengah mati, tapi jika ditilik ulang. Semua itu ia lakukan karena dunianya adalah diriku. Seo Eun Gi mencintai Kang Maroo dengan sangat telak. Sejauh ini, Eun Gi menunjukkan cintanya berulang kali. Kadang aku merasa malu melihat caranya mencintaiku, aku jarang menunjukkan seberapa besar cintaku padanya. Kadang pula, aku merasa sebagai bebannya. Eun Gi terdampar di pulau kecil seperti ini juga karenaku.

Kupeluk tubuhnya dengan hangat. Eun Gi tak menolak meski mulutnya masih bungkam.

Kukecup telinga dan pipinya. Tanganku mengusap-usap pelan janin kembar kami yang terbungkus rahimnya. Kupejamkan mata. “Terima kasih,” bisikku.

Eun Gi melirik keheranan.

“Karena mencintaiku sebesar ini,” ungkapku.

Ia memandangku, sekarang netranya terlihat teduh.Mungkin ia terharu.

Sebuah senyum merangkak naik di kedua sudut bibirnya yang lama tak kukecup.

Kami tergelak bersama, merasa konyol sendiri karena pertengkaran tadi. Eun Gi memelukku, menyandarkan kepalanya di atas lenganku. Aku beringsut agak mundur, memberi ruang pada perutnya yang besar.

Jemariku bergerak di sekitar keningnya, kusibak beberapa helai rambutnya yang jatuh menutupi wajah.

Pipinya terlihat semakin chubby dan itu membuatku semakin gemas padanya.

“Cium aku!” pintanya.

Aku tersenyum, hendak mengecup bibirnya saat ketukan di pintu kamar menyela romansa kami. Ah, aku lupa bahwa kami punya tamu.

 “Maaf mengganggu, tapi aku kelaparan, dimana aku bisa membeli makanan?” Joo Won menatapku dengan wajah memelas begitu pintu terbuka.

~oOo~

 

 

Eun Gi POV

Aku keluar kamar karena suara berisik dari dapur. Begitu pintu kubuka, aroma pasta menyerbu kedua rongga hidungku. Aku baru ingat kalau belum makan, kebahagiaan bertemu Maroo membuatku lupa para rasa lapar.

“Aku baru akan memanggilmu untuk makan, kau sudah keluar duluan,” ucap Maroo. Ia menarik kursi untukku.

“Pasta? Kau membuatnya?” tanyaku.

“Aku hanya membantu merebus pasta, sausnya dibuat oleh Joo Won,” jawab Maroo.

“Kurasa aku menumpang di mobil yang tepat,” ucapku santai. Joo Won tersenyum mendengar itu. Ia terlihat manis, wajahnya… sepertinya aku pernah tahu. Entah dimana.

“Tapi tindakanmu tadi berbahaya sekali, Nuuna… menghadang mobilku seperti itu,”

Maroo melirikku karena ucapan Jo Woon, ehm Joo Won.

Aku tidak mengubrisnya dan sibuk melahap pasta di hadapanku.

“Enakkan?” Joo Won lagi-lagi tersenyum menatapku. Senyuman itu, aku sungguh pernah melihatnya, tapi dimana.

Aku mengangguk, membalas senyumnya. Maroo menatapku agak aneh.

“Kenapa?” tanyaku pada Maroo. Ia menggeleng dan memakan pastanya.

“Aku beruntung bertemu kalian. Kukira akan menghabiskan malam di mobil selama pesta adat digelar. Kalian tahu, penduduk desa biasanya enggan menerima orang kota,” Joo Won menyendok pastanya dan menguyahnya dengan nikmat.

“Ini mahakarya!” Ia memuji masakannya sendiri.

Pria ini agak narsis!

“Orang-orang di sini semuanya ramah, bahkan jika kau tidak bertemu kami. Akan tetap ada penduduk yang mau menerimamu di rumahnya,” ucap Maroo.

Joo Won manggut-manggut dan tersenyum kecil.

“Oh ya, kalian berdua datang dari Seoulkan? Sudah berapa lama tinggal di sini?” tanyanya antusias.

“Mungkin dua tahunan,” jawab Maroo.

Joo Won manggut-manggut lagi. Ia mengalihkan pandangannya ke arahku yang sibuk makan. Caranya menatapku membuatku sedikit tak nyaman. Aku meliriknya dan ia langsung memalingkan wajahnya, terlihat salah tingkah.

Selepas makan malam, Maroo menyuruhku untuk cepat tidur. Di tengah malam, aku terbangun, rasanya lapar lagi. Kulirik Maroo yang terlelap di sampingku. Aku ingin membangunkannya tapi, tidak tega.

Kulirik jam di atas meja, pukul 1 dini hari.

“Kalian lapar ya?” aku mengelus perutku yang membuncit. Masih 5 bulan tapi karena bayinya kembar jadi perutku nampak lebih besar.

Kulangkahkan kaki ke dapur. Aku mencari-cari sesuatu yang bisa kumakan. Mungkin pastanya masih ada, pikirku.

“Mencari apa Nuuna?” sebuah suara yang terdengar gagah menyapaku dari belakang. Joo Won menatap heran dengan kamera SLR menggantungi lehernya.

“Ha?” Aku menjawab spontan karena agak kaget.

Joo Won tersenyum dan mendekat dengan penasaran.

“Apa bayinya kelaparan?” tanyanya ringan. Ia tidak kikuk sekali padahal kami baru bertemu kemarin.

“Ya,” jawabku agak tergagap.

 Joo Won meletakkan kameranya di atas meja. “Mau kubuatkan pasta lagi atau sesuatu yang lain?” tanyanya.

Aku menunggunya yang tengah sibuk memasak dengan perasan aneh.

“Kau tadi darimana dengan kamera?” tanyaku demi memecahkan kecanggunganku sendiri.

Joo Won menoleh, “Mengambil gambar bintang,” jawabnya kemudian berbalik lagi menatap penggorengan.

“Gambar bintang?” aku mengernyit aneh.

“Bintang terlihat jelas di pulau ini, dari halaman rumah kalian terutama. Hehe…” ia mematikan kompor dan meletakkan sepiring nasi goreng kimchi ke hadapanku. Asapnya mengepul panas, menggugah selera.

“Kau menjamin rasanyakan?” tanyaku tak ingin basa-basi. Joo Won tergelak kecil mendengar itu.

“Ingin bertaruh?” kelakarnya.

Aku tak menjawab dan langsung mencicip sedikit makanan buatannya.

Wow! Ini enak!

“Bagaimana?”

“Rasanya biasa saja. Memangnya nasi goreng harus terasa seperti apa?” jawabku datar.

Joo Won lagi-lagi tersenyum. Aku tidak tahu harus menanggapi senyumannya dengan apa. Seumur hidupku, dia satu-satunya pria yang banyak tersenyum saat berbicara denganku.

Apa aku terlihat lucu di matanya?

Kami berdua di meja makan, Joo Won sibuk memeriksa hasil fotonya sambil terus menerus bergumam, “Ini mahakarya,” sementara aku asyik menghabiskan masakannya yang sangat lezat.

“Sejak kapan kau suka dunia foto memoto?” tanyaku.

“Sejak kecil, mungkin SMP,” ia menjawab.

Aku mengangguk.

“Selain foto Bintang, kau suka memoto apa?” tanyaku mulai penasaran.

“Banyak hal! Apapun yang bisa menghasilkan uang atau apapun yang membuatku bahagia saat membidiknya. Kau mau lihat Nuuna?” Joo Won menarik kursinya mendekatiku. Ia menunjukkan foto-foto hasil bidikannya.

Suasana mulai mencair terutama saat ia menunjukkan foto-foto bayi nan lucu.

“Wah… ini kau yang membidiknya? Mereka lucu sekali!” Mataku membulat cerah melihat bayi-bayi nan menggemaskan hasil jepretannya.

“Memangnya siapa lagi?” ia tersenyum lebar, alisnya yang tebal mengepak mempesona.

~oOo~

Author POV

Pukul berapa sekarang?

Pertanyaan itu melintas di benak Maroo saat ia terbangun dan mendapati Eun Gi di sisinya. Matanya mencari keberadaan si jam weker di atas meja. Pukul 01.30 dini hari. Ia menggeliat dan menguap lebar.

“Sayang?” panggil Maroo. Tak ada jawaban. Ia terpaksa bangun dan memeriksa kamar mandi, Eun Gi benar-benar tak di sana. Maroo menggaruk lehernya, matanya merah karena masih sangat mengantuk.

Dimana Eun Gi? Pikirnya.

Ia menguap sekali lagi. Kakinya beranjak keluar kamar, masih mencari. Ia mendengar bunyi berisik dari dapur. Dengan agak-agak ngantuk, Maroo bergegas memastikannya.

Eun Gi, istrinya itu tengah duduk-duduk berdua bersama si pria asing yang baru dikenalnya beberapa jam lalu. Mereka terlihat akrab.

Ngantuk Maroo hilang seketika, ia merasa tak nyaman.

Tanpa perlu diperintah, kedua tungkai kakinya bergerak mendekat.

“Kalian tidak tidur? Selarut ini melakukan apa?” Maroo menatap curiga. Ia menarik tangan Eun Gi agar berdiri dan menggeretnya masuk ke kamar, meninggalkan Joo Won yang terpaku sendirian di meja makan dengan tatapan bingung.

“Ibu hamil macam apa yang jam segini belum tidur tapi malah cekikikan tidak jelas dengan pria yang baru dikenalnya?” semprot Maroo.

 

~oOo~

Okay, what do you think about Joo Won?

Is he annoying?

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Methaalana
Si Maroo berasa sialan banget ah! Cekaka~ Sok kagak butuh, sok jaim, sok dingin tapi ngarep! Marooo... aku padamu! *Nulis sendiri, ngomel-ngomel sendiri*^^

Comments

You must be logged in to comment
Alexasky
#1
Chapter 6: Hii i would really love to read the story. Do you happen to know how to translate the story to English please?
kyuhaeni #2
Chapter 42: annyeong.. reader baru di sini..
Kang Maroo di sini ga jauh beda sma Yoo Shi Jin ya yg palyful..
makasi ff nya.. aku yg blm puas nonton Nice Guy baca ini jadi suka bgt! comedy romance lagi.. waah harapan aku tuh kelak Joongki main com-rom drama..
oladilia1310 #3
Chapter 41: Kalo aku berani ngomelin eungi, pasti udah kuomelin! Udah masa" mau melahirkan kok ekstrimnya gk ilang sih *gemesssss* hahahhh
Trus ini gimana eungi lahirannya masa di pulau tanpa RS??!!! Semoga Maroo bisa nanganin kalo emg gk bisa balik ke Seoul :')
And.... i miss ChaeKi Couple so much ㅠㅠ
Semangat kak author!! Kutunggu update selanjutnya! 파이팅! ♡♡
Chaeki_Novit #4
Chapter 38: aku udh baca chapter 39 nya d wattpad
dan waaah cerita'y makin menarik dan seru,, apa yg mencelakai jang mi itu eungi??
d tnggu chap selanjut'y ya :)

*maaf ya aku komen disini. wattpad aku lg gk bsa buat komen

oya aku mulai setuju dngan author-nim kaya'y klu cerita eunma datar2 aja gk kn trasa eunma'y n pasti'y krang menarik hihi jdi aku prcayakan alur'y kpada sang pakar'y aja
semangatt ya thor :D
emoonsong #5
Chapter 38: Hmmm joahhh... ditunggu next chapnya....hehehe
Chaeki_Novit #6
Chapter 38: ayoo ayoo cepat tes DNA biar semua tau (trutama eunma) kalau itu bukan anak'y maroo n jang mi juga harus jujur n selesain msalah dia sendiri sama ex husband'y

aduuhh ini nyonya song kalau lg ngmbek sifat asli'y kluar hahaha lupa ya kalau lg ngandung dede kembar hehehe

semangat thor, next chapter'y jgn lama2 ya
give me sweet happy ending. really happy ending. jeballl
Chaeki_Novit #7
Chapter 38: ayoo ayoo cepat tes DNA biar semua tau (trutama eunma) kalau itu bukan anak'y maroo n jang mi juga harus jujur n selesain msalah dia sendiri sama ex husband'y

aduuhh ini nyonya song kalau lg ngmbek sifat asli'y kluar hahaha lupa ya kalau lg ngandung dede kembar hehehe

semangat thor, next chapter'y jgn lama2 ya
give me sweet happy ending. really happy ending. jeballl
eonnifan
#8
Chapter 38: kan.. udh ketebak jonghyun bukan anak maroo hahhahahaha

sabarlah eungi
tp entah knp aku pengen eungi ky ngelakuin sesuatu yg ekstrim gitu lol
jgn2.. yg jd pembunuhnya.. eungi :O
emoonsong #9
Chapter 37: Komen selanjutnya dariku....

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°©©©°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Jong Hyun tinggal bersama Eng Gi? Kurasa ini baru namanya saingan yang seimbang...
Eng gi tdk mungkin kalah dr wanita manapun dihati Maroo... tp dgn Jong Hyun?....
Aku rasa Maroo akan sedikit bingung bukan?
Meski hatix untuk Eng Gi tapi Maroo tak mampu mengabaikan Jong Hyun...
Dan ini yang akan menyakiti Eun Gi... bukan begitu?
Ah sial bagimu Kang Maroo...

Eun Gi akan mendapat dukungan penuh dr semuanya bahkan dr si Twin...
Dan krn Jong Hyun tdk memiliki siapa siapa disisinya? Kau mungkin akan mengambil tanggung jawab itu...

Dan itu yg tidak diinginkan Eun Gi...
Kau berada bersebrangan dengannya...
Karena itu Eun Gi menginginkan mesin waktu... untuk bisa menemukanmu lebih dulu...
Tapi tentu sj hal yg mustahil... krn ini bukan fanfic doraemon tapi ini ff chaeki...
Hak paten mesin waktu hanya untuk doraemon, nobita dan kawan kawan Readers dan Eun Gi tau itu..
*plakkk abaikan*

Krn itu... kita akan berharap seperti biasa untuk Eun Gi sekali lagi berlari ke pihak Kang Maroo tanpa memedulikan apapun...
Meski itu artinya dia berada dipihak yang sama dengan Jong Hyun... si anak kecil yg menjadi saingannya...

Hey tunggu dulu...
Kurasa Eun Gi tdk sebodoh itu untk mempercayainya...tanpa mengkonfirmasinya dan ayolah Maroo bahkan seorg dokter ... apa mereka bahkan tdk terpikir untk melakukan tes DNA...?
Mengapa perkataan seorg wanita dari masa lalu menjadi begitu terpercaya? Hingga diterima tanpa pembuktian...
#mungki Eun Ma Lelah... butuh piknik...

Hemm meski tes DNA tdk murah tp biaya bukan hal yg perlu dirisaukan oleh seorg Eun Gi kan?
Yah cukup mnngirim sampel rambut Kang Maroo dan Jong Hyun kurasa... hal Ini bisa dipecahkan...





©¶©¶©¶

Eun Gi bisa saja menyerah untuk apapun dan siapapun tp Eun Gi tdk akan menyerah untuk Kang Maroo ...

©¶©¶©¶