Begging

NICE GUY FF - After The Ending

Pukul 01.04 KST,

Sebuah Ambulan meraung dan menyibak kerumunan orang-orang di halaman Tae San yang mulai kondusif. Puluhan orang terdorong ke belakang demi memberikan jalan bagi ambulan tersebut. Pintu belakangnya terbuka dan sesosok tubuh berlumuran darah ditandu masuk ke dalamnya.

Bukankah nyawa manusia terlihat sangat murah sekarang?

Hujan merintik perlahan, petir menyambar tanpa permisi. Maroo menatap kepergian ambulan itu dengan iba. Ia memejamkan matanya, “Tuhan… selamatkan dia…” doanya di dalam hati.

1 jam sebelumnya,

Hae Jin menatap Eungi tajam, ia membalik bahu Eungi dengan cepat. Mereka sekarang berdiri berhadapan.

“Jadi kau Direktur dari Tae San? Seseorang yang dengan kejamnya telah menghancurkan hidup kami? Kalian sekumpulan anjing tengik yang memandang orang-orang miskin seperti cacing!” ia berdesis marah.

Eungi merasa perutnya semakin sakit, keringat dingin meluncur turun mengembuni tengkuk dan keningnya, namun wanita berwajah pucat itu berkeras untuk mengabaikan rasa sakitnya.

Hae Jin memandang penuh amarah, seluruh tubuhnya gemetar oleh dendam. Darahnya mendidih karena merasa telah menemukan sasaran yang tepat – DIREKTUR TAE SAN YANG TERHORMAT.

Eungi mengepalkan tangannya, ia mengumpulkan semua keberanian yang tersisa. Maniknya menghunus dingin pada si pria bersenjata api.

“Kau yakin sanggup membunuhku?” tanya Eungi, suaranya menegaskan perasaan simpati.

Hae Jin nyaris tergelak mendengar itu, keningnya berkerut tak paham, ia merasa Eungi sangatlah lucu.

“Kenapa? Kau kira aku takut?” gertaknya.

“Tidak, aku tahu kau sangat pemberani. Kau pasti ayah yang baik, tapi… jika kau membunuhku, apa anakmu akan hidup kembali? Lalu bagaimana dengan istri dan anakmu yang lainnya? Siapa yang akan bertanggungjawab pada mereka?”

Hae Jin terdiam, ia menunduk, batinnya kalut, jiwanya rapuh.

“AAAAHH… KAU BERUSAHA MEMPENGARUHIKU AGAR TIDAK MEMBUNUHMU, HUH?” pekik Hae Jin emosional.

Eungi mencoba bersikap tenang.

“Kau benar, aku sedang berusaha menyelamatkan diriku,” jawab Eungi ringan.

Hae Jin menggertakkan giginya kuat-kuat, ia merasa sangat geram. Tangannya menarik pelatuk pistol dan siap untuk mementahkan satu-satunya peluru yang ia punya pada tengkorak Eungi.

“Pikirkan kembali! Jika kau membunuhku, apa yang kau dapatkan? Apa eksekusi tanah kalian akan berhenti? Kau hanya akan mendapatkan label pembunuh, tidakkah terpikir olehmu bagaimana hidup keluargamu nanti? Menjadi anak seorang pembunuh… menjadi istri seorang pembunuh… kau benar-benar sinting! Egois! Dungu!” teriak Eungi mengintimidasi.

Keraguan… keraguan muncul dalam mata Hae Jin. Ia merasa marah pada igauan Eungi, tapi juga merasa bahwa apa yang diucapkan oleh wanita itu bukanlah sebuah kebohongan. Semuanya benar, bahkan sangat benar.

“Kau hanya mencoba menyelamatkan dirimu sendirikan? Kau berlagak seperti pahlawan di hadapan teman-temanmu dengan melakukan ini semua. Kau berusaha menutupi rasa malumu karena tak berguna sebagai seorang ayah. Kau marah pada dirimu sendiri tapi kau mencoba menikam orang lain! Kau itu… kepala keluarga macam apa?” Eungi terus menyudutkan.

“DIAM!!! DIAM!!!” Hae Jin menangis histeris, pistol di tangannya berguncang ke sana kemari.

Melihat itu, Eungi segera menahan moncongnya, ia mendorong tubuh Hae Jin hingga jatuh ke belakang dan Doorr… pria gila mementahkan pelurunya tak sengaja.

Praaaangg…. Cermin di atas wastafel pecah berkeping-keping.

Eungi tersentak, matanya mendelik karena kaget. Gendang telinga sebelah kirinya berdengung. Peluru baru saja melesat beberapa inci dari telinga kirinya dan menumbuk cermin di belakangnya.

Pistol di tangan Hae Jin jatuh ke lantai, pria itu gemetar dan menutup telinganya dengan ketakutan. Eungi berkaca-kaca melihatnya dan jatuh terduduk di hadapannya.

“Apa yang kulakukan? Apa yang telah kulakukan? Huhuhuu… maafkan Ayah, Hae Soo-ah… Maafkan Ayah… huhuhu….” Hae Jin menggeru, airmatanya jatuh bercucuran.

Pintu toilet terbuka, Sekretaris Hyun, Maroo dan 3 orang Polisi muncul di ambang pintu. Hae Jin dan Eungi mendongak kaget. Berbanding terbalik dengan Eungi yang langsung berlari keluar untuk menyongsong uluran tangan dan pelukan Maroo, Hae Jin malah melemparkan dirinya menuju lantai yang dipenuhi serpihan kaca. Pria itu mengancam semua orang agar tidak mendekat atau ia akan mengiris tangannya dengan potongan kaca.

Kreeess… Hae Jin memotong nadinya tanpa ekspresi. Darah memuncrat, Sekretaris Hyun memilih untuk mundur karena tak sanggup menonton aksi ekstrem itu sementara Eungi membenamkan wajahnya dalam dekapan Maroo.

Tak menunggu lama, Polisi segera meringkus Hae Jin yang mulai terkulai lemas. Ambulan meraung di luar sana, pria itu digotong keluar dan ditandu ke dalam ambulan.

Hal gila itu akhirnya berakhir dan Eungi berkeras untuk menuntaskan tugasnya. Ia berjalan masuk ke dalam ruangan rapat setelah semuanya menjadi cukup tenang. Dini hari itu juga Eungi menandatangai dokumen pengalihan kuasa tanah. Sebuah dokumen yang secara resmi membubarkan semua pengunjuk rasa dan memulangkan semua pekerja yang terjebak ke rumahnya.

~oOo~

“Mimpi apa aku menikahi wanita gila sepertimu?” ujar Maroo sembari merebah bersama Eungi ke atas ranjang. Eungi tersenyum, ia memeluk suaminya itu.

“Omeli aku sesukamu!” bisik Eungi tak berdosa.

“Tentu saja! Aku akan mengomelimu sampai pagi!” ancam Maroo. Eungi tersenyum geli dan memeluk Maroo lebih erat, “Aaarrggh…” Maroo menggerang tanpa sadar. Eungi tanpa sengaja menyentuh memar di tubuhnya.

“Kau kenapa?” Eungi duduk dengan cepat dan menatap Maroo khawatir.

Ia baru sadar jika kening suaminya itu terluka. Tanpa ijin, Eungi bergegas menaikkan kaos Maroo dan dilihatnya tubuh suaminya itu penuh memar.

“Maroo? Ini apa?” Eungi terkejut setengah mati.

Maroo menurunkan kaosnya lagi, “Tidak apa-apa. Yang penting kau kembali dengan selamat!”

“Hyaaa… bagaimana bisa? Kau…” Eungi terdiam, ia baru sadar jika suaminya itu pasti terjebak dalam kericuhan karenanya.

“Maroo…” Eungi merasa sangat bersalah dan terharu, airmatanya jatuh berderaian, anehnya Maroo malah tersenyum.

“Kau baru sadar sekarang, huh? Mulai sekarang jangan melakukan apapun tanpa ijinku lagi. Bagaimana kau akan bertanggungjawab sekarang?” omel Maroo pura-pura marah.

Eungi menangis semakin keras.

Maroo yang kelabakan sekarang, “Hyaaa… berhentilah menangis! Eunsuk dan para pembantu di rumah ini akan mengira jika aku menyiksamu. Eungi…Seo Eungi!” Sayangnya Eungi tak mengubrisnya, dan Maroo terpaksa menghabiskan malam dengan menepuk-nepuk punggungnya agar tenang.

Sementara itu di tempat lain, Sekretaris Hyun tengah mengobati luka di punggung Jae Shik dengan kompresan air hangat serta salep di ruang tamu rumahnya.

Jae Shik sesekali memekik kesakitan dan meminta Sekretaris Hyun untuk melakukannya dengan lebih pelan serta sepenuh hati.

Beberapa kali, Sekretari Hyun sewot dan menegaskan jika ia sedang melakukannya dengan sepenuh hati tapi Jae Shik terus mengaduh. Itu membuat Jung Hwa (nama panjang sekretaris Hyun) meletakkan baskom dengan kesal.

Ia hendak melangkah pergi, tapi Jae Shik segera menggenggam tangannya, menahannya untuk pergi. Mereka saling pandang dalam hening malam.

Jae Shik menariknya untuk duduk di sampingnya, lantas tanpa dialog, dikecupnya bibir wanita itu. Sekretaris Hyun tak siap, ia menarik dirinya dengan cepat.

“Maa..maaf…” Jae Shik terbata.

Tapi sungguh di luar dugaan, bukannya marah, Sekretaris Hyun malah menarik lehernya lebih dekat dan menaut bibir keduanya kuat-kuat. Mereka bercumbu dengan penuh gairah di atas sofa. Apa yang terjadi esok pagi? Biarlah itu jadi urusan mereka.

~oOo~

Eungi membuka matanya dan ia sangat suka dengan apa yang dilihatnya pagi ini – senyuman di wajah Maroo.

Suaminya itu rupanya telah terbangun lebih dulu dan sibuk memandanginya sedari tadi.

“Good Morning….” Sapa Eungi.

Maroo membalas sapaan paginya dengan sebuah kecupan manis. Wajah Eungi merona merah. Mereka saling pandang.

“Bagaimana tidurmu? Nyenyak?” tanya Maroo.

Eungi menggeleng, “Perutku agak nyeri sejak kemarin,” jawabnya jujur.

“Sejak kemarin? Kenapa tidak mengatakannya?” Maroo memekik cemas, ia langsung duduk dan menyingkap selimut yang menyelubungi tubuh Eungi lantas menaruh tangannya di atas perut istri tercintanya itu.

Eungi mengikik geli, ia menarik Maroo untuk kembali merebah di sisinya.

“Hanya sedikit nyeri, sudah hilang kok,” jawabnya santai membuat Maroo menggeleng gemas.

“Dasar kau!” Maroo menyentil kepala istrinya dengan geram.

“Aaacck!” Eungi memekik kesakitan dan mengusap-usap kepalanya.

“Lain kali, kalau sakit katakan langsung padaku! Kau ini… selalu menganggap enteng masalah! Ckckck… Aku jadi ingat saat kita pertama kali bertemu di atas pesawat dulu. Kau sadar kalau kau hampir mati jika saja suamimu ini tak ada di sana?!” Maroo memulai omelan ‘selamat paginya’

Eungi hanya mengangguk santai.

“Untunglah kau ada di sana, jika tidak mungkin kau akan tua sendirian, karena Kang Maroo hanya milik Seo Eun Gi. Aku satu-satunya jodohmu di dunia ini. Ah tunggu, bahkan di kehidupan setelah ini, kita akan berjodoh,” sahut Eungi enteng.

Maroo menyentik kepalanya lagi, semakin merasa gemas.

“Lihat! Kau benar-benar percaya diri, Nyonya! Darimana kau belajar sikap itu, huh? Awas saja jika kau mengajarkannya pada anak kita nanti! Aku akan sangat sibuk mengomel setiap hari!” Maroo memandang geram.

Eungi terkekeh, ia mengelus perutnya.

“Kau tahu? Di dunia ini hanya ada 2 orang yang berani mengomeliku. Kau dan Ayahku, selain kalian berdua, tidak ada yang berani menentangku. Seo Eungi yang gila, semua orang tahu itu. hehehe…”

“Dan kau senang membuatku terus-terusan mengomel?”

“Kupikir iya, kau semakin terlihat seksi saat mengomel,” bisik Eungi.

Maroo tergelak dibuatnya.

“Sayang…” panggil Maroo.

“Hmm?” Eungi memandang Maroo dalam-dalam.

“Kau mau mendengar jawaban dari pertanyaanmu dulu?” tanya Maroo.

“Tentang kapan kau mulai mencintaiku?”

“Hmm…”

“Memang kau sudah menemukan jawabannya?”

“Aiiissh… banyak tanya! Kau mau mendengarnya tidak?” Maroo memencet hidung Eungi. Keduanya tertawa.

“Katakan!” pinta Eungi. Jantungnya berdegub kencang.

“Aku tidak tahu kapan aku mulai jatuh hati pada gadis skeptis, keras kepala, sukar diatur dan menyebalkan sepertimu,” Maroo menjeda kalimatnya karena melihat bibir Eungi yang mengerucut manyun serta matanya yang melirik tajam.

“Tapi aku tahu kapan aku akan berhenti mencintaimu,” lanjut Maroo membuat Eungi memicing curiga.

“Kau mau menjawab bahwa cintamu baru berhenti saat kau mati nanti? Ugh, klise sekali! Kau mau menggombaliku pagi-pagi, huh?” ledek Eungi.

Maroo tersenyum lantas menggeleng, “Kau salah Nyonya! Jawabanku adalah tidak akan pernah. Bahkan setelah tubuhku lebur dimakan tanah, Kang Maroo tidak akan pernah berhenti mencintai Seo Eungi. Kau puas?”

Eungi tersenyum gemas, “Kau benar-benar playboy, Tuan Kang! Sangat gombal! Sudah berapa wanita yang kau rayu dengan kalimat itu?”

“Enam belas kurasa, kau yang ke tujuh belas!” jawab Maroo datar seraya pura-pura sibuk menghitung.

“Hyaaa… kau harus sejujur itu, huh?” Eungi memekik protes. Maroo mengangkat bahunya dengan tampang polos.

“Kau membuatku kesal!” Eungi memukul bahu Maroo karena geram.

“Aaawwwh…” pekik Maroo. Eungi lupa tubuh suaminya masih memar-memar.

“Kau tidak apa-apa?” tanya Eungi cemas. Maroo berakting kesakitan sejenak lantas tertawa dan memeluknya.

“Hahaha… aku suka melihat wajah cemasmu!”

“Hyaaa… kukira aku melukaimu…” Eungi meronta kecil dalam dekapan Maroo.

~oOo~

Hyun Jung Hwa menggeliat pelan, ia membuka matanya dan mendapati Jae Shik tertidur pulas di sebelahnya. Wanita itu melongok balik selimutnya dan memekik tanpa suara. Hatinya berdebar keras serta tak beraturan. Tidak salah lagi, mereka benar-benar melakukannya semalam. Jung Hwa sedang merutuki kecerobohannya saat tangan kekar Jae Shik mendekap tubuhnya kembali. Pria itu mengingau dan menyerukan namanya.

Terpaksa, daripada menyesali apa yang telah terjadi, Jung Hwa memilih untuk menikmatinya. Ia membiarkan Jae Shik memeluk tubuhnya lebih lama lagi.

~oOo~

Eungi membuka pintu kamar mandi, perutnya terasa kram dan nyeri. Ia mematut diri di depan wastafel. Kedua tangannya mencengkeram bibir wastafel yang dingin.

“Aaaa…” pekik Eungi pelan.

Di bawah, tepatnya di ruang makan, Maroo dan Eunsuk sedang menunggunya sarapan. Maroo berbincang-bincang dengan Eunsuk. Mereka sesekali tertawa dengan akrabnya.

Sementara itu, Eungi merasa perutnya semakin sakit.

Rasanya ia juga mual.

Selangkangannya terasa panas dan perih. Eungi menggerang pelan, menahan tubuhnya agar tidak jatuh. Cengkramannya pada bibir wastafel semakin kuat. Giginya ikut gemeretak menahan sakit.

“Maroo…” panggilnya.

“Maroo….” Ia memanggil sekali lagi.

“MAROO….” Eungi berteriak sekeras yang ia bisa. Suaranya gemetar dan parau.

Maroo yang sedang mengoles selai pada roti mendengar itu, perasaannya tidak enak. Ia berlari menaiki tangga. Suara Eungi makin jelas terdengar. Maroo sampai di kamarnya.

“Marrrroooo…” suara Eungi berasal dari kamar mandi. Dengan cepat, Maroo bergegas menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar mereka.

Ia membuka pintunya dan di sanalah Eungi, berdiri gemetaran menahan sakit sembari mencengkeram bibir wastafel.

Darah mengucur dari sela-sela kakinya.

“Maroo…” Eungi mengulurkan tangannya, tak berani bergerak barang seinci pun. Ia ketakutan, sangat ketakutan.

~oOo~

Hyaaa.. Eothoke… eothoke… eothoke…

Eungi and her baby…

Let’s pray for her!

Hahahaha…

*Mean Writer On Mode*

Don’t forget your comment! NOW I CAN REPLY! Hihihi…^^

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
Methaalana
Si Maroo berasa sialan banget ah! Cekaka~ Sok kagak butuh, sok jaim, sok dingin tapi ngarep! Marooo... aku padamu! *Nulis sendiri, ngomel-ngomel sendiri*^^

Comments

You must be logged in to comment
Alexasky
#1
Chapter 6: Hii i would really love to read the story. Do you happen to know how to translate the story to English please?
kyuhaeni #2
Chapter 42: annyeong.. reader baru di sini..
Kang Maroo di sini ga jauh beda sma Yoo Shi Jin ya yg palyful..
makasi ff nya.. aku yg blm puas nonton Nice Guy baca ini jadi suka bgt! comedy romance lagi.. waah harapan aku tuh kelak Joongki main com-rom drama..
oladilia1310 #3
Chapter 41: Kalo aku berani ngomelin eungi, pasti udah kuomelin! Udah masa" mau melahirkan kok ekstrimnya gk ilang sih *gemesssss* hahahhh
Trus ini gimana eungi lahirannya masa di pulau tanpa RS??!!! Semoga Maroo bisa nanganin kalo emg gk bisa balik ke Seoul :')
And.... i miss ChaeKi Couple so much ㅠㅠ
Semangat kak author!! Kutunggu update selanjutnya! 파이팅! ♡♡
Chaeki_Novit #4
Chapter 38: aku udh baca chapter 39 nya d wattpad
dan waaah cerita'y makin menarik dan seru,, apa yg mencelakai jang mi itu eungi??
d tnggu chap selanjut'y ya :)

*maaf ya aku komen disini. wattpad aku lg gk bsa buat komen

oya aku mulai setuju dngan author-nim kaya'y klu cerita eunma datar2 aja gk kn trasa eunma'y n pasti'y krang menarik hihi jdi aku prcayakan alur'y kpada sang pakar'y aja
semangatt ya thor :D
emoonsong #5
Chapter 38: Hmmm joahhh... ditunggu next chapnya....hehehe
Chaeki_Novit #6
Chapter 38: ayoo ayoo cepat tes DNA biar semua tau (trutama eunma) kalau itu bukan anak'y maroo n jang mi juga harus jujur n selesain msalah dia sendiri sama ex husband'y

aduuhh ini nyonya song kalau lg ngmbek sifat asli'y kluar hahaha lupa ya kalau lg ngandung dede kembar hehehe

semangat thor, next chapter'y jgn lama2 ya
give me sweet happy ending. really happy ending. jeballl
Chaeki_Novit #7
Chapter 38: ayoo ayoo cepat tes DNA biar semua tau (trutama eunma) kalau itu bukan anak'y maroo n jang mi juga harus jujur n selesain msalah dia sendiri sama ex husband'y

aduuhh ini nyonya song kalau lg ngmbek sifat asli'y kluar hahaha lupa ya kalau lg ngandung dede kembar hehehe

semangat thor, next chapter'y jgn lama2 ya
give me sweet happy ending. really happy ending. jeballl
eonnifan
#8
Chapter 38: kan.. udh ketebak jonghyun bukan anak maroo hahhahahaha

sabarlah eungi
tp entah knp aku pengen eungi ky ngelakuin sesuatu yg ekstrim gitu lol
jgn2.. yg jd pembunuhnya.. eungi :O
emoonsong #9
Chapter 37: Komen selanjutnya dariku....

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°©©©°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Jong Hyun tinggal bersama Eng Gi? Kurasa ini baru namanya saingan yang seimbang...
Eng gi tdk mungkin kalah dr wanita manapun dihati Maroo... tp dgn Jong Hyun?....
Aku rasa Maroo akan sedikit bingung bukan?
Meski hatix untuk Eng Gi tapi Maroo tak mampu mengabaikan Jong Hyun...
Dan ini yang akan menyakiti Eun Gi... bukan begitu?
Ah sial bagimu Kang Maroo...

Eun Gi akan mendapat dukungan penuh dr semuanya bahkan dr si Twin...
Dan krn Jong Hyun tdk memiliki siapa siapa disisinya? Kau mungkin akan mengambil tanggung jawab itu...

Dan itu yg tidak diinginkan Eun Gi...
Kau berada bersebrangan dengannya...
Karena itu Eun Gi menginginkan mesin waktu... untuk bisa menemukanmu lebih dulu...
Tapi tentu sj hal yg mustahil... krn ini bukan fanfic doraemon tapi ini ff chaeki...
Hak paten mesin waktu hanya untuk doraemon, nobita dan kawan kawan Readers dan Eun Gi tau itu..
*plakkk abaikan*

Krn itu... kita akan berharap seperti biasa untuk Eun Gi sekali lagi berlari ke pihak Kang Maroo tanpa memedulikan apapun...
Meski itu artinya dia berada dipihak yang sama dengan Jong Hyun... si anak kecil yg menjadi saingannya...

Hey tunggu dulu...
Kurasa Eun Gi tdk sebodoh itu untk mempercayainya...tanpa mengkonfirmasinya dan ayolah Maroo bahkan seorg dokter ... apa mereka bahkan tdk terpikir untk melakukan tes DNA...?
Mengapa perkataan seorg wanita dari masa lalu menjadi begitu terpercaya? Hingga diterima tanpa pembuktian...
#mungki Eun Ma Lelah... butuh piknik...

Hemm meski tes DNA tdk murah tp biaya bukan hal yg perlu dirisaukan oleh seorg Eun Gi kan?
Yah cukup mnngirim sampel rambut Kang Maroo dan Jong Hyun kurasa... hal Ini bisa dipecahkan...





©¶©¶©¶

Eun Gi bisa saja menyerah untuk apapun dan siapapun tp Eun Gi tdk akan menyerah untuk Kang Maroo ...

©¶©¶©¶